,
Baru saja UTS Universitas Al-Azhar
berlalalu, setelah beberapa minggu berusaha keras menelan lembar demi lembar
materi pelajaran dan berusaha mencerna isi yang terselip disetiap lembarnya.
Tidak peduli dengan kantuk yang
mengrogoti mata. Tidak peduli dengan rasa dingin yang mencekam. Berbagai cara dilakukan
untuk mengusirnya. Bahkan rasa nyeri
yang berada dibergai titik tubuhpun seakan tidak terasa.
Menit-menit waktu seakan berubah
menjadi emas yang sangat berharga. Tidak rela jika waktu itu dibiarkan lewat
begitu saja, tanpa mengisinya dengan membaca dan memahami materi pelajaran.
Berbagai kegiatan yang dulunya
sangat penting, setelah ujian tiba, kegiatan itu berubah bak sampah yang
berserakan, semuanya diabaikan begitu saja, hingga ujian selesai. Semua fokus
terhadap ujian, agar bisa menjawab pertanyaan diwaktu ujian dengan jawaban yang
bernar dan tepat. Dengan memaksimalkan semua tenaga dan kesempatan.
“Lebih baik lelah sekarang dari pada
harus mengulang tahun depan” itulah kata-kata yang sering terlintas di telinga.
Semua berlomba-lomba untuk memperoleh IPK yang tinggi di akhir semester nanti. Agar
bisa melanjutkan di jengjang selanjutnya.
Dua jam sebelum ujian dilaksanakan semua
sudah berdiri dipinggir jalan, menanti bus tujuan kampus. Berangkat lebih awal,
menghindari kemacetan dan lain sebagainya. Agar bisa sampai di kampus sebelum
waktu ujian dimulai. Dan melaksanakan ujian dengan tepat waktu.
Sungguh, ujian ini sangat
membosankan. Tapi dengan selesainya ujian ini seakan-akan otak terlepas dari
jaring yang selama ini membelitnya. Dan sekarang mulai kembali lega lagi
seperti semula. Rasanya senang sekali, meskipun tidak tau apa nilai yang akan
diperoleh nanti. Yang penting sudah berusaha. Untuk hasilnya dipasrahkan kepada
yang Maha Tahu.
Setelah beberapa kali ikut ujian di
Al-Azhar, terlihat seberkas cahaya hikmah yang memancar darinya, menyinari jiwa
yang tersesat dalam jubah hitam dunia. Dan menunjukkannya kepada jalan terang hidup
yang sesungguhnya.
Meskipun ujian ini
meberikan kesempatan bagi yang tidak lulus nantinya untuk mengulang kembali.
Tapi, tidak ada di antara peserta ujian
yang ingin menyia-nyiakan waktunya selama satu tahun, hanya untuk mengulang mata
pelajaran yang tidak sampai pada target.
Semuanya berusaha keras untuk lulus
dalam ujian ini. dengan mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari sebelumnya.
Meninggkatkan ketekunan dalam belajar, mengurangi waktu istirahat dan waktu
santai. Agar nantinya bisa merasakan senangnya lulus di akhir semester.
Kalau ujian Azhar saja dipersiapkan
dengan sedemikian rupa, lantas apa yang telah dipersiapkan untuk menghadapi
ujian yang di berikan Tuhan. Bukankah ujian Tuhan jauh lebih besar dan beresiko
dari pada ujian Azhar? Lantas apa yang telah dipersiapkan?. Semua tahu kalau semua manusia sedang melaksanakan ujian Tuhan. Tapi, sedikit sekali yang menyadarinya. Lalu usaha apa yang telah dipersiapkan untuk mempertanggungjawabkan nilai amal di hadapan Tuhan?
Sungguh ini akan menjadi perbuatan
yang zalim pada diri sendriri. Apabila ujian yang kecil ini saja telah
merenggut banyak waktu dan memeras tenaga untuk mendapatkan IPK yang baik. Tentu
ujian yang akan dipertanggungjawabkan
di hadapan Tuhan lebih pantas mendapatkan keseriusan dan kesungguhan dalam
menghadapinya. Agar tidak termasuk dari sebagian orang yang menzalimi dirinya
sendiri.
Semoga kita senantiasa mengambil pelajaran
dari setiap jengkal hidup ini. dan
selalu berupaya melakukan intropeksi diri, meningkatkan Iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang dengan menysukuri segala nikmat yang
dianugrahkan olehNya.
Yang terakhir semoga kita selalu diberikan
kemudahan dan kelancaran dalam urusan dunia dan akhirat. Amin yaa Rab!
"Ya
Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah
Kami dari siksa neraka”