Januari 22, 2016

,


Baru saja UTS Universitas Al-Azhar berlalalu, setelah beberapa minggu berusaha keras menelan lembar demi lembar materi pelajaran dan berusaha mencerna isi yang terselip disetiap lembarnya.

Tidak peduli dengan kantuk yang mengrogoti mata. Tidak peduli dengan rasa dingin yang mencekam. Berbagai cara dilakukan untuk mengusirnya.  Bahkan rasa nyeri yang berada dibergai titik tubuhpun seakan tidak terasa.

Menit-menit waktu seakan berubah menjadi emas yang sangat berharga. Tidak rela jika waktu itu dibiarkan lewat begitu saja, tanpa mengisinya dengan membaca dan memahami materi pelajaran.

Berbagai kegiatan yang dulunya sangat penting, setelah ujian tiba, kegiatan itu berubah bak sampah yang berserakan, semuanya diabaikan begitu saja, hingga ujian selesai. Semua fokus terhadap ujian, agar bisa menjawab pertanyaan diwaktu ujian dengan jawaban yang bernar dan tepat. Dengan memaksimalkan semua tenaga dan kesempatan.

“Lebih baik lelah sekarang dari pada harus mengulang tahun depan” itulah kata-kata yang sering terlintas di telinga. Semua berlomba-lomba untuk memperoleh IPK yang tinggi di akhir semester nanti. Agar bisa melanjutkan di jengjang selanjutnya.

Dua jam sebelum ujian dilaksanakan semua sudah berdiri dipinggir jalan, menanti bus tujuan kampus. Berangkat lebih awal, menghindari kemacetan dan lain sebagainya. Agar bisa sampai di kampus sebelum waktu ujian dimulai. Dan melaksanakan ujian dengan tepat waktu.

Sungguh, ujian ini sangat membosankan. Tapi dengan selesainya ujian ini seakan-akan otak terlepas dari jaring yang selama ini membelitnya. Dan sekarang mulai kembali lega lagi seperti semula. Rasanya senang sekali, meskipun tidak tau apa nilai yang akan diperoleh nanti. Yang penting sudah berusaha. Untuk hasilnya dipasrahkan kepada yang Maha Tahu.

Setelah beberapa kali ikut ujian di Al-Azhar, terlihat seberkas cahaya hikmah yang memancar darinya, menyinari jiwa yang tersesat dalam jubah hitam dunia. Dan menunjukkannya kepada jalan terang hidup yang sesungguhnya.

Meskipun ujian ini meberikan kesempatan bagi yang tidak lulus nantinya untuk mengulang kembali. Tapi, tidak  ada di antara peserta ujian yang ingin menyia-nyiakan waktunya selama satu tahun, hanya untuk mengulang mata pelajaran yang tidak sampai pada target.

Semuanya berusaha keras untuk lulus dalam ujian ini. dengan mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari sebelumnya. Meninggkatkan ketekunan dalam belajar, mengurangi waktu istirahat dan waktu santai. Agar nantinya bisa merasakan senangnya lulus di akhir semester.

Kalau ujian Azhar saja dipersiapkan dengan sedemikian rupa, lantas apa yang telah dipersiapkan untuk menghadapi ujian yang di berikan Tuhan. Bukankah ujian Tuhan jauh lebih besar dan beresiko dari pada ujian Azhar? Lantas apa yang telah  dipersiapkan?. Semua tahu kalau semua manusia sedang melaksanakan ujian Tuhan. Tapi, sedikit sekali yang menyadarinya. Lalu usaha apa yang telah dipersiapkan untuk mempertanggungjawabkan nilai amal di hadapan Tuhan?

Sungguh ini akan menjadi perbuatan yang zalim pada diri sendriri. Apabila ujian yang kecil ini saja telah merenggut banyak waktu dan memeras tenaga untuk mendapatkan IPK yang baik. Tentu  ujian yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan lebih pantas mendapatkan keseriusan dan kesungguhan dalam menghadapinya. Agar tidak termasuk dari sebagian orang yang menzalimi dirinya sendiri.

Semoga kita senantiasa mengambil pelajaran dari setiap jengkal hidup ini.  dan selalu berupaya melakukan intropeksi diri, meningkatkan Iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha pengasih lagi Maha Penyayang dengan  menysukuri segala nikmat yang dianugrahkan olehNya.

Yang terakhir semoga kita selalu diberikan kemudahan dan kelancaran dalam urusan dunia dan akhirat.  Amin yaa Rab!


"Ya Tuhan Kami, berilah Kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah Kami dari siksa neraka”

Follow Us @soratemplates