Tampilkan postingan dengan label tahtahawi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tahtahawi. Tampilkan semua postingan

Maret 07, 2019

,
BIOGRAFI IMAM Al-TAHTAHAWI




Al-Tahtahawi memiliki nama lengkap Rifa’ah Bey Badawi Rafi’ Al-Tahtawi, ia merupakan pembawa pemikiran pembaharuan yang besar pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad ke-19. Beliau lahir di Tahta pada tahun 1801. Tahtahawi merupakan kota di dataran tinggi mesir, yang berada di bagian selatan mesir dan wafat pada tahun 1873 di kairo.

 Saat Muhammad Ali menjadi gubernur mesir pada saat itu, dia mengambil alih kekayaan di Mesir, dan termasuk di dalamnya juga kekayaan keluarga Tahtawi dikuasai olehnya. sehingga beliau terpaksa menempuh pendidikan masa kecilnya oleh bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun al-Tahtawi memutuskan melanjutkan studinya ke al-Azhar untuk menimba banyak ilmu kepada masyayikh al-Azhar dan pada tahun 1822 M. beliau menyelesaikan studinya.
Al-Tahtawi merupakan murid kesayangan dari Syaikh Hasan al-Attar (grand Syaikh Al-Azhar kala itu) yang banyak mempunyai hubungan dengan Napoleon ketika ia datang ke mesir. Syaikh Hasan al-Attar sering mengadakan kunjungan kepada ahli-ahli dari Prancis untuk mengetahui kemajuan ilmu pengetahuan mereka, Dan mereka pun menerima kunjungan itu dengan senang hati karena mereka bisa belajar bahasa arab dari gurunya al-Tahtawi ini.
Setelah lulus menyelesaikan studinya di al-Azhar beliau dipercayakan untuk mengajar disana. Pada tahun 1824 al-Tahtawi diangkat menjadi pemimpin tentara, dan dua tahun kemudian al-Tahtawi diangkat menjadi pimpinan para mahasiswa-mahasiswa yang dikirim Muhammad Ali ke Paris. Selama lima tahun di Paris ia tidak menyianyiakan waktunya tersebut. ketika sesampainya disana ia langsung mencari guru khusus bahasa Prancis untuk mengajarinya belajar bahasa Prancis. Dengan waktu singkat ia berhasil menguasai bahasa tersebut karena kesungguhannya dalam mempelajari bahasa itu, dan terbukti selama masa tinggalnya di Paris, al-Tahtawi berhasil menterjemahkan 12 buku dan risalah, diantara risalah tersebut adalah tentang sejarah Alexander Macedonia, mengenai ilmu pasti, risalah tentang ilmu tektik, risalah mengenai hak-hak manusia, risalah tentang jasmani dan sebagainnya.
Selain menterjemahkan buku-buku dan risalah, waktu di Paris ia sempatkan juga untuk membaca buku-buku yang ada disana. buku-buku yang dibaca antara lain buku-buku sejarah, teknik, ilmu politik, ilmu bumi dan lain sebagainya.
Buku-buku yang dibaca al-Tahtawi rupanya mencakup berbagai lapangan ilmu pengetahuan. kelihatannya ia sengaja membaca lapangan-lapangan yang berbeda dan tidak memfokuskan kesatu lapangan ilmu pengetahuan saja, karena tujuannya ialah hanya menterjemahkan buku-buku Prancis kedalam bahasa Arab. dengan demikian pembaca-pembaca Arab dapat mengetahui ilmu pengetahuan barat yang ia rasa perlu mereka ketahui untuk kemajuan mereka.
Sekembalinya dari Paris, al-Tahtawi menjadi seorang guru bahasa Prancis dan penterjemah di sekolah kedokteran. Disini ia membimbing penerjemah buku-buku ilmu kedokteran. Dua tahun kemudian ia pindah ke Artileri untuk mengepali penerjemahan buku-buku tentang ilmu teknik dan kemiliteran.
Ditahun 1836 M. Muhammad Ali mendirikan  “Sekolah Penerjemah” yang kemudian nama sekolah tersebut berubah menjadi “Sekolah Bahasa-Bahasa Asing”. Adapun yang diajarkan sekolah ini antara lain bahasa Turki, Persia, Itali, dan juga ilmu-ilmu teknik, sejara dan ilmu bumi, dan al-Tahtawi dipercaya untuk menjadi pimpinan di sekolah ini. selain mengajar, ia juga mengkoreksi buku-buku yang diterjemahkan murid-muridnnya. Menurut keterangan hampir seribu buah buku yang diterjemahkan sekolah ini kedalam bahasa Arab.
            Setelah Muhammad Ali meninggal ditahun 1848 M. Sekolah tersebut dilanjutkan oleh cucunya, Abas. Kemudian. menggantikannya sebagai pasya (gubernur) di mesir. Karna ketidak senangan Abas pada al-Tahtahawi, lalu ia dipindahkan ke Sudan untuk mengepalai sebuah sekolah dasar disana. Setelah Abas wafat ditahun 1854 M. al-Tahtahawi dipanggil lagi ke Kairo, oleh Said yakni Pasya yang baru, Dan ia diangkat menjadi “kepala sekolah militer”. Disana ia pentingkan pelajaran bahasa asing dan mengadakan satu bagian khusus untuk penerjemahan. Ditahun 1863 M. Khedewi Ismail mengadakan “Badan Penerjemah Undang-Undang Prancis” dan al-Tahtawi dipercayai untuk menjadi pimpinan tersebut.


                                                                                                              Oleh : Abdul Majid Suaify


Follow Us @soratemplates