Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label OPINI. Tampilkan semua postingan

September 03, 2020

,






Oleh: Fadal Mohamad

Sering kita menyamakan Sesuatu yang tampak sama dari luar, namun berbeda dari segi esensial. Dan ini harus ditarik ulang bahwa hal yang demikian jika dibiarkan akan mengakibatkan paham yang salah ataupun salah paham, termasuk ketika kita menyamakan antara akhlak dan perilaku seseorang. 

Akhlak, ketika kita lihat dari perkataan seorang terhadap kata itu, seakan menyamakannya dengan tigkah laku atau perilaku yang timbul dari seseorang, namun hakikat keduanya tidak sama. perilaku seseorang tidak bisa menjadi jaminan mutlak dari akhlak seseorang, karena seseorang yang melakukan kejahatan tidak bisa dihukumi begitu saja bahwa ia seseorang yang tidak berakhlak. Begitu pula orang yang tidak bersedekah, juga tidak bisa dikatakan bahwa ia bukan orang saleh.

 Buktinya ketika ada seorang mencuri makanan dengan alasan karena kalau tidak mencuri, dia akan mati. Sedangkan ia tidak mendapatkan satu orang pun yang hendak memberinya makanan. Maka dengan keadaan yang seperti itu, tidak bisa dikatakan bahwa ia adalah seseorang yang buruk. Demikian orang shaleh. Kata sederhananya perilaku itu terkadang dilakukan karena ada sebab yang menuntut seseorang untuk bertindak.

 Oleh karena itu, kita harus paham mana yang akhlak dan yang mana itu perilaku. Akhlak adalah suatu keadaan atau sifat yang ada di dalam jiwa, yang mana dari sifat tersebut mendorong pada suatu tindakan dengan mudah tanpa proses berpikir panjang, bisa dikatakan juga akhlak adalah kekuatan atau kemampuan yang ada dalam diri manusia yang menuntut seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mudah, baik kelakuan yang timbul itu baik ataupun buruk. Sedangakan suluk ialah perilaku seseorang yang timbul atas dasar kehendak dan kemauannya sendiri.

 Jadi, dari sini bisa dipahami bahwa akhlak bersifat intern, sedangkan perilaku bersifat ekstern. Namun yang harus digarisbawahi di sini bahwa hubungan antara keduanya ialah pengaruh dan dampak. Dengan artian jika perilaku seseorang baik ialah karena dampak dari akhlak yang baik, jika perilaku seseorang jelek atau buruk ialah karena dampak dari akhlak yang buruk. Jadi ketika kita melihat hubungan antara keduanya, sama-sama memiliki hubungan yang erat yang saling tarik menarik. Dari satu sisi akhlak adalah kekuatan yang memaksa menimbulkan perilaku, dari sisi yang lain perilaku ialah kelakuan -dengan latihan untuk selalu memperbaiki- membentuk akhlak yang ada di dalam diri seseorang.

 Yang menjadi catatan penting di sini yang harus kita perhatikan, terkadang kita melihat akhlak baik dari seseorang namun perilakunya buruk, atau sebaliknya, itu dikarenakan hal tersebut ia lakukan karena adanya sebab-sebab eksternal yang memaksa dia untuk melakukan perihal tersebut. Maka untuk menghukumi perilaku yang berakhlak harus melihat bahwa perilaku tersebut ia lakukan dengan keinginannya sendiri dan tidak ada sebab-sebab eksternal yang memaksa dia untuk melakukan perihal yang tidak diinginkan oleh akhlaknya itu, seperti contoh yang disebutkan di atas. Dan juga yang harus dipahami betul, semua yg sudah terlampirkan di atas termasuk dalam ranah akhlak. Adapun dalam ranah yang lain munkin saja berbeda. Waallahu alam.

 Di akhir kalam, saya ingin mengutip sepotong bait:
 وقل لمن لم ينتصف لمقصدي # العذر حق واجب للمبتدي 
ولبني إحدى وعشرين سنة # معذرة مقبولة مستحسنة 


April 22, 2019

,


Baru-baru ini, di Youtube ada sebuah film yang bertajuk Sexy Killer. Judulnya yang menarik dengan nuansa dewasa membuata saya tertarik. Dengan sigap saya langsung mengklik video tersebut.  Saya harap kalian tidak seperti saya, yang mengklik tulisan ini karena judulnya yang bernuansa dewasa. Tapi, tidak apa, meski tujuan kalian memang ingin melihat nuansa dewasa. Karena itu akan membuat kalian semakin dewasa.
______

Di perjalanan Jogja-Pontianak saya iseng membuka majalah yang disediakan di depan saya. Sebenarnya, saya trauma ikut maskapai penerbangan ini. Karena, bulan lalu waktu saya melakukan perjalanan Jakarta-Pontinak koper saya dibobol oleh petugas bagasinya. Tentu ini adalah perbuatan zalim yang dilarang keras oleh agama. Sekarang saya ikut maskapai ini lagi, karena saya tidak membawa banyak barang, hanya tas gendong. Sudahlah! Itu sudah belalu.

Saya kembali lagi fokus pada majalah yang ada di tangan saya. Lembar demi lembar saya telusuri. Majalah ini memuat tentang keindahan alam, tempat wisata dan keanekaragaman suku di Indonesia. Saya sangat menikmati semua konten-kontennya. Saya terpesona sekaligus bangga karena telah menjadi bagian dari warga Indonesia dengan alam yang sangat indah dan keanekaragaman suku yang hidup rukun nan ramah. Jemari saya terus menelusuri lembaran majalah itu hingga akhirnya saya tiba di sebuah rubrik yang memuat sebuah artikel dengan judul yang sangat menarik.

Tulisan  yang mampu membuat jemari saya harus berhenti dihalaman tersebut dimulai dengan kisah seorang pemuda kampung yang sedang berjalan-jalan ke sebuah kota.  Setibanya di kota pemuda itu melihat banyak keramaian dan akhirnya ia tertarik untuk mengahampiri sebuah kerumunan. Ia pun berdesak-desakan agar ia bisa berada di baris paling depan.

"Ini adalah benda yang sangat ajaib yang pernah ada" Teriak laki-laki yang berdiri ditengah-tengah kerumunan itu sambil menunjuk pada mikroskop yang diletakkan di atas sebuah meja.
Penasaran dengan perkataan laki-laki tersebut, si pemuda menyimak dengan perhatian penuh.

Tiba-tiba ia mendengar suara laki-laki itu memanggilnya, ”Hei, kamu!”
Si pemuda menoleh ke kiri dan ke kanan memastikan siapa yang dimaksud oleh si laki-laki itu.
”Iya, kamu!” Lanjut si laki-laki. ”Ayo naik!”

Dalam kebingungannya, si pemuda melangkah ragu-ragu naik ke atas panggung.
”Lihat!” Si laki-laki memerintah si pemuda seraya menunjuk ke arah lubang mikroskop.
Si pemuda pun membungkukkan badannya perlahan-lahan dan mengintip ke dalam lubang tersebut.

”Astaga!” Seru si pemuda, hampir tidak percaya dengan penglihatannya.

Rupanya si laki-laki meletakkan sehelai kelopak bunga di bawah mikroskop tersebut. Si pemuda bisa melihat serat-serta kelopak bunga yang indah.

Lalu si laki-laki mengganti kelopak bunga tersebut dengan sebutir berlian. ”Nah, sekarang lihat lagi!” Perintah si laki-laki.
Kali ini, dengan penasaran si pemuda segera mengintip kembali lubang mikroskop tersebut.

”Waawww!!!!” Si pemuda bersorak kegirangan.

Dengan wajah berseri-seri ia pun tertawa gembira ke arah penonton seraya mengacungkan kedua jempol tangannya. Melalui mikroskop ini ia bisa melihat pantulan sinar-sinar berlian dengan sangat jelas dan indah.
Ketika si laki-laki penjual menawarkan mikroskop tersebut, ia pun segera membayarnya tanpa menawar-nawar lagi.

Setibanya di kampung, si pemuda memanggil semua warga kampung. Lalu setelah seluruh penduduk kampung berkumpul ia pun menjelaskan mikroskop yang baru dibelinya. Lalu ia pun memperagakan mikroskop tersebut seperti si laki-laki penjual tadi. Dengan rasa penasaran yang tinggi, ia pun mencoba berbagai benda untuk ditaruh di bawah lensa mikroskop tersebut.

Setelah puas bermain-main dengan mikroskop barunya, si pemuda pun merasa lapar dan bersiap-siap untuk menyantap hidangan makan. Sesaat sebelum melahap makanannya, si pemuda tiba-tiba tertarik dengan sambal kesukaannya.

”Saya sudah makan sambal ini bertahun-tahun. Penasaran, apa sih isinya?” Demikian gumam si pemuda.

Ia pun lalu mengambil sedikit sambal kesukaannya itu dan meletakkannya di bawah lensa mikroskop. Dengan perasaan berdebar-debar, ia pun mengintip lubang mikroskop tersebut.

”Astaga…????” Si pemuda kaget luar biasa.
Dengan jelas ia melihat cacing-cacing yang sangat kecil menari-nari di dalam sambal tersebut. Setengah tak percaya, si pemuda bersandar di dinding dengan penuh kebingungan.

”Apa yang harus aku lakukan?”
Setelah melihat kenyataan yang mengejutkan itu, si pemuda bimbang apakah ia harus menghentikan memakan sambal kesukaannya itu? Cukup lama ia berdiam diri tidak bergerak.

Sampai akhirnya si pemuda berusaha bangun dengan kekuatan tenaga yang tersisa. Ia pun melangkah gontai dan akhirnya mengambil mikroskop tersebut. Dengan perlahan ia melangkahkan kakinya ke halaman rumahnya. Sesaat ia berhenti melangkah, menarik nafas dalam-dalam dan menengadah ke atas. Lalu dengan berteriak nyaring, si pemuda membanting mikroskop tersebut sampai rusak dan melemparnya di antara semak belukar.

Sejenak saya mengangkat kepala saya, menoleh ke jendela melihat keindahan hamparan  awan yang membentuk seperti kerajaan langit. Saya menyandarkan badan sambil meresapi kisah pemuda kampung yang baru saja saya baca.

"Sebenarnya pemuda kampung itu adalah saya dan mikroskopnya itu adalah pengetahuan yang saya gunakan untuk menilai semua situasi atau sesuatu yang saya hadapi.

Saya sering menerima sebuah kenyataan atau pernyataan apabila itu sesuai dengan kemauan saya. Tapi, lebih sering lagi saya menolak sebuah fakta, hanya karena fakta itu bertentangan dengan kehendak atau keinginan saya. Bahkan, dengan modah menganggap fakta tersebut adalah sebuah dusta.

Seharusnya jika saya menerima keindahan yang saya lihat pada berlian dan kelopak bunga itu tentunya saya juga harus bisa menerima ulat-ulat kecil yang saya lihat pada sambal yang saya sukai itu dan berusaha untuk berhenti mengkonsumsinya agar  tidak sakit perut. Bukan malah membanting dan membuang mikroskop itu."

"Maaf, Pak! Mohon tegakkan lagi kursinya. Karena sebentar lagi kita akan landing" Suara itu seketika membuyarkan kontemplasi saya dengan tulisan yang baru saja saya resapi. Saya langsung menoleh kearahnya. Seorang pramugari seksi, cantik sedang berdiri tegak. Bajunya yang ketat melukis lekuk tubuh indahnya. Belahan roknya membelah hingga ke bagian paha.

Di situ, saya teringat lagi dengan kisah pemuda kampung dengan mikroskopnya. Saat itu seakan-akan saya adalah ejawantahan dari wantah pemuda kampung itu. Saya tahu kalau apa yang saya lihat adalah hal yang dilarang dalam keyakinan saya. Tapi kenapa saya masih melihatnya. Saat itu pula saya telah membanting, menghancurkan mikroskop yang saya dapatkan dengan susah payah. Mengahbiskan waktu bertahun-tahun untuk mendapatkanya dilembaga-lembaga pendidikan.


Saya lihat lagi wajah meronaya, dia mengukir sebuah senyum yang sangat ramah. Seketika itu saya langsung menegakkan kursi dan kembali duduk dengan tenang. Saya lihat pramugari seksi itu beranjak pergi mengecek kursi penumpang lain. Saya kembali melihat sayap burung besi diluar jendela.  Pemandangan hijau dan rumah-rumah sangat menakjubkan dinikmati dari ketinggian.

Mempertahankan mikroskop itu sangat sulit apalagi kita belum siap untuk melihat hasilnya. Jika tadi dengan lugas saya mengatakan bahwa perbutan salah satu maskapai ini adalah sebuah kezaliman karena telah membobol koper saya dan saya sangat setuju dengan hal itu. Karena perbuatan itu sudah sangat merugikan saya apalagi perbuatan itu sudah sangat jelas dilarang oleh agama. Tapi, kenapa ketika saya melihat pramugari seksi tadi saya sangat sulit untuk mengatakan bahwa hal itu juga dilarang keras dalam agama. Bahkan saya dengan santai menikmati pemandangan itu.

18.30 WIB. saya tiba di Bandara Supadio Pontianak. Di pintu keluar pramugari seksi itu melempari saya senyuman ramah untuk kedua kalinya dan mengucapkan terima kasih.

Hanya orang yang memiliki kesiapan, kekuatan, kedewasaan dan ketakwaan yang bisa mempertahankan mikroskop itu. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika kalian ingin melihat nuansa dewasa(ingat pikiran harus tetap fositif) agar kalian lebih dewasa dan bijak dalam menilai sesuatu.

Terima kasih pramugari seksi karena kamu telah mengajari saya kedewasaan dalam menilai sesuatu.

Kalau kalian belum menonton Sexy Killer, silahkan tonton agar kalian semakin dewasa dalam melihat keindahan Alam Indonesia yang lebih mempesona dari pramugari seksi tadi, lebih indah dari apa yang saya lihat di majalah dan lebih menakjubkan dari apa yang saya lihat dari jendela kecil pesawat. Sebelum keindahan itu dirusak oleh segelintir orang-orang elit. Karena mereka sudah sejak lama membanting dan membuang mekroskopnya demi kepuasan mereka.


Note; jangan terlalu serius membayangkan pramugari seksi itu, nanti bisa kerasukan jin. Ha ha ha 

April 14, 2019

,

         Masih ingat kasus Ratna Serumpaet yang mengaku digebukin dan membuat kronologi penganiayaan yang dialaminya. Dari hoax-nya tersebut RS mampu membuat banyak masyarakat mengutuk kemalangan yang menimpanya, meneriakkan keadilan untuknya dan bersatu untuk membantunya. Namun, faktanya hanya operasi plastik.  Ini benar-benar konyol, atas nama kemanusiaan kita begitu cepat mempercayai pernyataan orang lain tanpa mengkaji informasi secara utuh. Hanya mendengarkan sebelah pihak saja, tentu sangat fatal.

          Sekarang kita kembali tercengang dengan kasus terbaru, seorang pelajar mengaku mendapat penganiayaan namun seluruh hasil visum mengatakan dia dalam keadaan baik-baik saja.  Lalu semakin banyak spekulasi lainya, bahwa korban melakukan visum setelah beberapa hari kejadian sehingga wajar saja kalau hasilnya begitu.  Spekulasi lain aparat  dan segenap lembaga disuap uang untuk membela para pelaku. Bermunculan begitu banyak cerita dan spekulasi namun kenyataannya sangat pahit, seluruh hasil visum mengatakan, dia dalam keadaan baik-baik saja, kecuali tentang mentalnya, dan ini masih diteliti oleh para ahli yang mendampinginya.

           Korban adalah sosok yang polos dan tidak tau apa-apa namun dikeroyok. Ini tentu menggugah simpati masyarakat. Namun, kenyataanya dia memang terlibat sindir menyindir di sosial media. Setelah diteliti lebih dalam lagi korban juga memiliki akun sosial dimana masuk pada kesimpulan dia bukan anak yang polos seperti yang di deskripsikan media.  Dengan gaya gaul dan hitsnya di sosial media, foto ala selebgram dengan baju sexy dan sharing video konten dewasa yang sebenarnya tidak layak untuk dishare. Namun, keluarga mengatakan akunnya dihack dan seluruh foto maupun postingan yang tidak lazim telah dihapus. Padahal beberapa postingan dan foto juga di postingan sebelum masalah ini muncul kepublik. Namun, sudahlah jika memang itu klarifikasi dari orang tua korban.

          Sampai disini kita bukan mempermasalahkan kenakalan korban, bukan itu yang ingin saya sampaikan disini, tapi yang ingin saya sampaikan kita sempat tidak adil memahami situasi ini. Kita sempat melupakan teori sebab akibat. Kita hanya fokus mengadili para pelaku sementara kita tidak berada ditempat.  Kita belum memfilter dengan benar apakah seluruh cerita yang disampaikan itu real atau tidak.  Kita belum memiliki bukti kuat, tapi terlalu cepat memovonis para pelaku.  Inilah letak kesalahan kita sebagai orang dewasa. Harusnya kita lebih bijak dan bersabar mencari akar permasalahnya.

        Judul berita di media sangat tendensius dua belas pelajar SMA mengeroyok satu pelajar SMP.  Hati mana yang tidak remuk membacanya. Para netizen yang mebaca berita tersebut, juga teman-teman saya begitu gencar disosmed agar berita ini segera sampai ke presiden dan mendapat keadilan. Bahkan ketika saya baca di kolom komentar berita, para netizen pun mendoakan yang tidak-tidak pada dua belas pelaku tersebut. Namun, kenyataanya dua belas pelajar itu tidak semuanya terlibat, hanya tiga saja yang menjadi pelaku yang lain hanya menonton. Bahkan satu orang tidak berada di tempat kejadian namun diduga menjadi sumber percekcokan. Selain itu, yang tidak berada ditempat juga ikut menjadi sasaran bullyng masyarakat dan fotonya disebarkan kemana-mana.  Kita sangat emosional menyikapi persoalan ini sampai kita tidak sadar kita semua juga telah menjadi pelaku bullying.  

         Sungguh kita harus menyatukan suara untuk menentang bullying dan menghindari prilaku bullying tersebut agar tidak dicontoh oleh generasi muda kita. Kasus pelajar SMP tersebut harus tetap bergulir sesuai prosedur hukum dan keadilan harus ada untuknya jika memang ada penganiayaan walau tidak terjadi pencolokan alat vital seperti kelarifikasi beberapa media. Walau tubuhnya tidak biru lebam, dia tetap harus mendapatkan keadilan bila tiga pelaku menyentuh tubuhnya.  Namun mungkin kita harus mengerem lidah dan jari kita agar tidak menggebu-gebu sebagai hakim. 

         Korban dan pelaku butuh dampingan psikolog. Belakangan sudah tersebar foto pelaku dengan korban, dari foto tersebut mereka akrab artinya sudah saling mengenal. Pelaku juga mengatakan bahwa orang tua pelaku pernah meminjam uang kepada korban dan sudah dilunasi namun korban selalu mengungkit dan menyindir. Disini butuh proses panjang untuk para ahli hukum dan psikolog anak untuk menemukan akar permasalahanya.

            Permasalahan lain yang kita lupakan yaitu mempertanyakan peran orang tua dalam mengontrol anak-anaknya. Baik itu orang tua korban maupun pelaku. Bagaimana mungkin orang tua korban tidak mengetahui anaknya mengalami penganiayaan berat seperti cerita versi anaknya, dan bagaimana bisa orang tua para pelaku tidak memberi hukuman kepada anak-anaknya atas kenakalanya, membiarkan anak masih eksis disosial media, membuat video dikantor polisi, dan memaki sana sini melawan netizen; artinya kontrol orang tua  hilang dan ini bisa jadi salah satu permasalahan yang mungkin akan digali lagi oleh para ahli.

         Meskipun begitu saya tidak menyesal atas kentataan tersebut, saya tetap mendukung keadilan untuk anak SMP tersebut. Namun, saya juga tidak mau menghakimi para pelaku, karena mereka juga harus dibina. Kasus ini tamparan besar untuk para orang tua.  Di rumah, anak terlihat polos bukan lantas kita tidak mengawal akun sosial medianya dan membiarkan dia dengan bebas pergi keluar rumah bersama orang asing walau itu temanya sendiri.  Untuk anak dibawah umur bermain sosial media adalah toksin karena tidak semua anak mampu memfilter mana yang baik dan buruk kecuali memang mendapat bimbingan dari orang tua. Anak dibawah umur juga masih butuh perlakukan protektiv dari orang tua agar tidak keluyuran, karena zaman sekarang tindak kriminalitas sangat rentan menimpa anak dibawah umur.



                                                                                                          oleh : Abdul Majid Washil al-Asy'ary

Maret 12, 2019

,

Turbulensi Kalimat Munafik Menjelang Pilpres!
(kajian seputar term munafik dan tuduhan munafik menjelang kontestasi pilpres)
           

            Indonesia sebagai Negara dengan populasi umat islam terbanyak, tidak jarang dalam perjalanan politik kekuasaan sentimen agama dimainkan demi mengejar elektabilitas tertinggi. Retorika delusi dijual ke masyarakat demi kepentingan. Tuduhan kafir, munafik, anti islam, tidak cinta ulama merupakan rutinitas dalam catur perpolitikan. Kalangan menengah ke bawah (awam) adalah target utama menanamkan misi politik jahat sebagai doktrin kebencian. Akibatnya muncul gelombang bagaikan hantaman arus air besar dari kalangan menengah kebawah mengkafirkan, memusyrikkan atau memunafikkan siapapun yang berbeda dengan doktrin yang ditanamkan kepada mereka.
            Tuduhan munafik kepada individu atau kelompok lebih sering dimainkan daripada tuduhan kafir atau musyrik, Itu karena term munafik lebih mudah dilekatkan pada aktor politik daripada tuduhan kafir atau musyrik. Tuduhan munafik tidak butuh bukti empiris tapi cukup dengan indikasi yang menurut mereka masuk katagori munafik. Berbeda dengan justifikasi kafir atau musyrik yang membutuhkan bukti konkrit. Satu contoh TGB misalnya, tokoh yang dikenal sebagai ulama muda tafsir, gubernur yang hafidz Al-Qur’an dan salah satu lulusan terbaik Universitas al-Azhar Cairo, tiba-tiba berevolusi menjadi dimunafikkan masuk kelompok cebongers karena perbedaan pandangan politik. Contoh lain misalnya, yang tenar dimuat di berbagai media entitas sebauh masjid tidak menerima jenazah pendukung penista agama karena dianggap munafik. Ini terjadi pada perhelatan Pilgub DKI dua tahun yang lalu, dengan argumentasi, Rasulullah pernah ditegur Allah karena mensholati janazah Abdullah bin Ubay bin Salul adalah landasan pembenaran atas pendapat dan tindakan mereka.
            Itulah sebabnya, penting rasanya menuangkan apa sebetulnya definisi munafik itu? Benarkah Rasulullah mendapat teguran karena mensholati janazah Abdullah bin Ubay bin Salul? Bagaimanakah sebenarnya komonikasi atau intraksi Rasulullah dengan para munafik? Kemudian, apakah tuduhan munafik zaman now masuk katagori munafik yang ada di zaman Rasulullah? Pertanyaan-pertanyaan inilah akan coba dikupas pada kesempatan kali ini. Semoga bermanfaat.
A.    Definisi Munafik dan Pembagiannya
Term munfik menurut Syekh Abdurrahman Hasan al-Midani dalam kitabnya dhahiratun nifaq adalah menampakkan keislaman dengan lisan dan menyimpan kekufuran didalam hati, sebagai bentuk menipu dan membohongi orang lain. Sayyidina Hadzaifah ditanya : “siapa orang munafik itu?”, beliau menjawab : “laki-laki yang mangaku islam tapi tidak mengamalkannya”.
Lebih jauh, Syekh Abdurrahman Hasan al-Midani membagi sosok munafik sesuai tujuan dan motivasinya dengan empat bagian.
·   Pertama, orang munafik yang manampakkan keislamannya agar dapat menikmati dan tamak terhadap sesuatu yang bisa dimanfaatkan, semisal bisa menikmati hasil harta ghanimah dan lain sebagainya.
·   Kedua, orang munafik yang mengkhawatirkan dirinya, hartanya dan mengkhawatirkan segala sesuatu kemaslahatan baginya. hal ini, seperti yang dilakukan Abdullah bin Ubay bin Salul dan komplotannya.
·   Ketiga, orang munafik yang memorak-porandakan islam dari dalam. dia masuk dalam tubuh islam, maju bersama di atas nama perjuangan islam, tapi tiba-tiba ia berpaling berkhianat menghancurkan islam dari dalam, kasus ini seperti yang terjadi pada para munafik Madinah yang masuk islam kemudian menyebar fitnah di dalam tubuh islam.
·     Keempat, orang munafik yang pura - pura memeluk Islam karena keberadaannya sebagai keturunan orang Islam.
Masih tetap menurut Syekh Abdurrahman Hasan al-Madani, kelompok munafik ditinjau dari latar belakangnya dalam posisi mereka sebagai orang kafir, ada dua kelompok. Pertama, kelompok munafik yang mempunyai status resmi agama seperti Yahudi, Nasroni dan seterusnya, kemudian pura-pura masuk Islam. Kedua, kelompok munafik yang tidak mempunyai status resmi agama, kemudian pura-pura masuk Islam untuk menghasilakan kenikmatan yang menjadi misinya.  jika kenikmatan tersebut berada di pihak muslimin, kelompok tersebut bergegas seraya berkata : “Bukankah kami (turut berperang) bersama kalian?!”, tapi ketika kenikmatan tersebut berada di pihak kafirin, merekapun bergagas cepat danmenyatakan : “Bukankah kami turut memenangkakan, dan membela kalian dari orang-orang mukmin”.
B.     Rasulullah Sholati Janazah Abdullah bin Ubay bin Salul
Rasulullah memahami ayat  استغفر لهم أولا تستغفر لهم إن تستغفر لهم سبعين مرة
Sebagai pilihan baginya, sehingga beliau hendak menambah do’anya lebih dari tujuh puluh kali. Rasulullah kemudian mensholati janazah Abdullah bin Ubay bin Salul sedangkan Umar memprotesnya. Umar memahami ayat tersebut sebagai lil mubalaghah bukan sebagai pilihan, yang beranggapan antara memohonkankan ampunan dan tidak, itu sama tidak ada perbedaan. Belum lama dari protes Umar, tersebut turunlah ayat yang terkesan membenarkan pendepat Umar : ولا تصل على أحد منهم مات أبدا ولا تقم على قبره. Umar-pun berkata : “Setelah turunya ayat tersebut Rasullah tidak pernah mensholati janazah orang munafik sampai beliau meniggal”.
            Sekilas ayat tersebut membawa kita pada pembenaran pendapat Umar sedangkan pendapat Rasulullah salah. Tapi mungkinkah demikain?, bukankah Umar cuma sebatas sahabat Rasulullah? dan apakah pemahaman yang benar itu samar atau tidak timbul bagi Rasulullah?. Disini Syekh al-Zamahsyari berpendapat bahwa pemahaman yang benar tidaklah mungkin samar bagi Rasulullah, beliau mensholati janazah Abdullah bin Ubay bin Salul sebagai bentuk kecintaan dan kelembutan hatinya pada sahabatnya. Tidaklah keberadaan Rasulullah yang diprotes oleh Umar menunjukkan tingkat pemahamanmya berada dibawah standar Umar. Rasulullah mengatahui betul sebuah hakikat kebenaran jauh melebihi Umar, karena lisan Rasulullah adalah alat penyambung firman Allah. Hal ini, berbeda dengan Umar, apalagi pura-pura lupa untuk melahirkan sebuah kemaslahatan yang lebih besar hukumnya boleh dalam ilmu fikih. Andaikan Rasulullah tidak mensholati janazah Abdullah bin Ubay bin Salul (menuruti kemauan Umar), maka bisa jadi bola fitnah yang terus dihantamkan pada Rasulullah sampai saat ini, bahwa beliau tidak menjunjung tinggi nilai akhlak sebagai acuan instraksi sosial, mengingat Abdullah bin Ubay bin Salul secara dhahir adalah muslim.    
Entitas Rasulullah mensholati janazah Abdullah bin Ubay bin Salul mengeksplorasikan betapa penting sekali hidup dalam tatanan kecintaan satu sama lain, sekalipun kepada orang yang melukai dan mengkhinati kita. Tidakkah kita tahu bahwa Abdullah bin Ubay bin Salul[1] adalah gembong munafik Madinah?!. Tapi mengapa Rasulullah tetap mensholati janazahnya, dan Rasulullah merelakan bajunya dikafankan padanya. Semua ini menunjukkan betapa mulia sekali akhlak Rasulullah memperlakukan orang yang memfitnah istri beliau selingkuh. Kisah ini, ilustrasi nyata bagaimana umat Muhammad dalam menjalin hubungan antar sesama agar berpegang teguh pada asas kecintaan, kerendahan, tidak pendendam, dan menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak.
C.   Akhlak Rasulullah pada Munafik VS Munafik Zaman Now
Dalam sebuah hadis Rasulullah digambarkan Al-Qur’an yang berjalan. Akhlaqnya begitu indah nan mempesona. Tidak perlu bukti banyak untuk membuktikan kemulian budi pekerti beliau, cukup dengan kejadian di Thaif, beliau dihina dilecehkan, dipersekusi dilempari batu, bahkan Malaikat penjaga gunung menawarkan agar menimpakan dua buah gunung pada mereka (masyrakat Thaif), namun  Rasulullah menjawab dengan penuh kesabaran : “Tapi saya mengharap dari keturunan mereka menyembah Allah yang Esa dan tidak menyekutukanNya”. Rasulullah menolak tawaran Malaikat tersebut dan memilih bersabar menunggu keislaman dari pada anak cucu masyarakat Thaif.     
Tidak jauh berbeda, cobaan batin yang begitu dahsyat diterima oleh Rasuullah ketika istri beliau Sayyidah Aisyah difitnah kesucian oleh Abdullah bin Ubay bin Salul berselingkuh. Fitnah ini membuat susana keluarga Rasulullah berada pada kesedihan yang begitu dalam. Gambaran kesedihan tersebut dapat dijumpai dari perkataan Sayyaidah Aisyah :
“kemudian Rasulullah dan kedua orang tuaku masuk menghampiriku. Rupanya mereka menduga tangisanku benar benar menghancurkan hatiku. Sampai saat itu, Rasulullah Saw. Memang belum pernah menemuiku sejak tersebarnya berita bohong. Apalagi sudah sebulan berlalu, tetapi tak ada satupun wahyu turun berkenaan dengan perkara yang kuhadapi. Rasulullah duduk dan bersabda : “Ammaba’du, wahai Aisyah, sesungguhnya aku telah mendengar tentang dirimu begini dan begitu. Jadi, jika memang engkau tidak bersalah, Allah pasti akan membersihkan namamu. Namun, jika memang engkau melakukan dosa, segeralah engkau minta ampunan kepada Allah dan bertobatlah kepadaNya”. Mendengar ucapan Rasulullah Saw. Itu, tiba-tiba air mataku berhenti mengalir. Aku pun berkata pada Rasulullah Saw. “Demi Allah, sungguh aku tahu bahwa kalian telah mendengar perkara ini sehingga semua itu merasuk ke dalam diri kalian, dan kalian mempercainya. Jika sekarang kukatakan kepada kalian bahwa aku tidak bersalah, dan Allah mengetahui bahwa aku memang tidak bersalah, kalian pasti tidak mempercayaiku, dan jika aku sekarang mengakui perkara ini di depan kalian, walaupun Allah mengetahui bahwa aku sebenarnya tidak bersalah, kalian pasti akan membenarkan kata-kataku. Sungguh demi Allah, saat ini aku tidak menemukan sebuah tamsil yang paling tepat untuk menggambarkan apa yang terjadi antara diriku dengan kalian, selain apa yang dikatakan oleh ayah Nabi Yusuf a.s. “maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolonganya terhadap apa yang aku ceritakan, ”.Aku lalu berpaling dari mereka dan kurabahkan tubuhku di atas pembaringan”.[2]

Fitnah kebohongan tersbut hilang tanpa bekas di hati para orang-orang yang beriman ketika turun wahyu dari Allah sebagai bukti kesucian Sayyidah Aisyah. Sementara umat Islam tidak sabar agar Rasulullah menjatuhkan hukuman mati pada gembong munafik Madinah yaitu Abdullh bin Ubay bin Salul. Bahkan anaknya menawarkan diri kepada Rasulullah untuk mengeksekusinya. Namun Rasulullah menunjukkan kelas kerasulannya dengan bersabda : “Tidak, kita tetap harus berlaku baik kepadanya dan mempergaulkannya dengan sopan, selama ia bersama kita”. Dan lihatlah, bagaimana respon kebijaksanaan Rasulullah kepada Sayyidina Umar : “Wahai Umar, apa jadinya jika orang-orang bergunjing bahwa Muhammad membunuh sahabatnya sendiri?”.
Inilah ilustrasi konkrit bagaimana Rasulullah memperlakukan gembong munafik Madinah sebagaimana sahabat beliau yang lain tanpa membeda-bedakan, bahkan Rasulllah merelakan bajunya dijadikan kain kafannya ketika dia meninggal.
Bukankah kejadian tersebut adalah pelajaran yang begitu berharga, bagaimana cara kita memperlakukan sesorang dengan sopan sekalipun ada satu ciri yang terkesan dia orang munafik tapi tidak bisa dibuktikan di meja hukum. Terus bagaimana jika orang tersebut jauh dari term munafik seperti yang dijelaskan pada sub judul sebelummnya atau bahasa simpelnya; bagaimana kalau seandainya orang yang dituduh munafik adalah kekasih Allah yang sangat dicintaiNya. Bukankah berarti penuduh tersebut malah 'menyakiti' Allah dan utusanNya. Tidakkah kita tahu definisi munafik adalah berislam dengan lisan dan kufur dalam hati?! Terus siapakah diantara kita yang bisa mendeteksi hati sesorang bahwa ia tidak beriman kepada Allah dan utusanNya?! Ataukah mereka belum membaca sejarah, bahwa para sahabat utama tidak bisa menembus hati sesoarang kalau ia yang terjerat penyakit munafik. Sayyidina Umar-pun masih bertanya-tanya kepada Hudaifah sahabat curhat Nabi apakah dirinya (Umar) masuk katagori maunafik. Terus dari mana sebetulnya tuduhan munafik itu dihasilkan?! Atau jangan-jangan mereka mau mengambil hak Tuhan mendeteksi dan mengatur hati seseorang?. Jika argumentasi mereka menuduh seseorang itu munafik baik secara individu atau kelompok karena ia berbohong, janji tidak ditepati, amanah tak dikerjakan sebagaimana tersebut dalam sebuah hadis. Terus mengapa mereka tidak menunjuk jidat mereka sendiri setelah berapa kali mereka berbohong? seberapa banyak mereka tidak tepati janji, dan sekian ratus amanah yang mereka tidak penuhi!. Penulis tidak sedang menuduh mereka sebagai pendusta, pengkhianat dan tidak bertanggung jawab. Tapi yang penulis maksudkan, ayoklah kita saling intropeksi diri. Kita cari kesalahan kita sendiri, jangan buka aib orang lain. Kalaupun kita betul-betul mengatahui hakikat kebenaran bahwa ia munafik, tinggalkan pengetahun tersebut dan buang jauh-jauh, karena kita tidak diperintahkan mengorek aib orang lain. Jika kita terlanjur mengetahui aibnya maka kita wajib menyimpanya. Bukankah yang begini, adalah ajaran Islam?. Penulis juga juga sedang tidak lupa bahwa memang  term munafik terbagi pada al-Nifaq al-Akbar dan al-Nifaq al-Asghar sebagaimana term kafir ada juga kufrun nikmah. Tapi mengapa kalau memang yang dimaksudkan itu an-Nifak Asghwar,kok malah seperti masuk pada konteks an-Nifak Akbar, mulai dari masjid tidak menshaloti janazah pendukung penista agama, TGB diasingkan dalam komonitasnya dan seterusnya. Kalaupun yang dituduh memang terjangkit penyakit Nifak asghwar, terus apa perlunya menyebut dia munafik?! apalagi tuduhan tersebut disebarkan masif sekali dipublik. Hentikanlah bahasa munafik tersebut. Karena betapa sering kita juga sama-sama munafik (an-Nifak asghwar). Kalau mereka suka menebarkan kalimat munafik dengan cuma sebatas tanda-tanda tak beralasan yang multi tafsir, kenapa mereka tidak mencari saja seseorang yang wajahnya kuning bukan karena sakit, terus tampar orang tersebut karena masuk katagori munafik kemudian sampaikan kepada mereka sabda Rasulullah :
اذا رأيتم الرجل أصفر الوجه من غير مرض ولا علة، فذلك من غش الاسلام في قلبه.
Pertanyaan terakhir apa sebetulnya motif mereka menuduh orang lain munafik baik secara individu atau kelompok? Saya kurang tau pasti apa motifnya!. Silahkan pembaca budiman tentukan sendiri.Tapi bisa jadi, tuduhan munafik tersebut itu politis dan sangat mungkin, karena perebutan kekuasaan memang rentan sekali menghalalkan segala cara dan diakui atau tidak, politik kekuasaan adalah penyebab utama terpecahnya umat Islam sebagaimana yang dikatakan oleh Syaharstani dalam kitabnya al-Milal wan Nihal. Maka tidak benar (menurut penulis) Islam tersebar murni karena kekuasaan politik. Tapi islam tersebar keseluruh permuakaan dunia karena keindahan akhlak yang terstuktur rapi di dalam ajaran Islam kemudian diamalkan oleh selururh umat islam diseluruh penjuru dunia. Dengan demikian, mari berakhlak! Sekian terimskasih.      


                                                                                                               
                                                                                                         Oleh : Abdul Adzim HS


Daftar Pustaka

1.      Muhammad Muhammad al-Madani, Nadzarot fi fiqhi al-Faruq (al-Qohiroh 2014)
2.      Abdurrahman Hasan al-Midani, Dhahiratun Nifaq (Darul Qolam : Damaskus)
3.      Muhammad Said Ramadhan al-Buti, Fiqhu as-Sirah ab-Nabawiyah (Darussalam)
4.      Sya’ban Muhammad ‘Ietiyah, al-Kasyfu wal Bayan an Ahkamil Qur’an libni ‘Araobi (Mkatabah al-Iman)




[1] Abdullah bin Ubay bin Salul bukanlah ornag yang menanpakkan kemunafikannya dipermukaan umum, tapi dia termasuk orang yang sangat lihai beretorika mengalabui dan menipu orang lain, kadang dia ketahuan niat busuknya oleh sutu kaum, tapi dia hebat sekali memiliki ketarampilan mengahilanagkan jejak tak terpuji yang dituduhkan padanya, itulah sebabnya Abdullah bin Ubay bin Salul sulit dibuktikan di meja hukum sebagai gembong munafik.
[2] Hadist panjang ini diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah, Ibnu Ishaq dan yang lainya.

Februari 08, 2019

,


Prolog

Dakwah merupakan akar tersebarnya agama Islam dan juga merupakan perbuatan yang sangat terpuji dalam Islam, pahalanya pun tidak dapat dibandingkan dengan pahala amal-amal baik yang lain, salah satunya pahala orang yang menyebarkan agama Islam tidak terputus walaupun ia telah mati sampai hari kiamat. sedangkan Kewajiban menyebarkan agama Islam tidak hanya dicukupkan kepada para Nabi dan rasul saja melainkan kepada seluruh orang Islam.
Berbagai praktek dalam menyampaikan dakwah Islam telah ada sejak zaman Rasulullah, mulai dari dakwah secara sembunyi-sembunyi sampai mengirimkan utusan ke daerah-daerah, kota, desa dan belahan dunia pada umumnya. Dibawah ini sebagian manhaj dalam menyebarkan agama Islam;

1.      Yaumu al-Raji’
Pada tahun ke-3 Hijriyah, datang kepada Rasulullah delegasi dari Kabila Udhal dan Qarah untuk meminta seorang utusan agar dapat mengajari mereka membaca al-Qur’an dan syari’at agama Islam. maka, Rasulullah langsung mengirim beberapa sahabatnya yang di antaranya ; Martsat bin Abi  Martsat, Khalid bin al-Bakir, Ashim bin Tsabit, Hubaib bin ‘Adi, Zaid bin al-Datsnah dan Abdullah bin Tariq. Yang di pimpin oleh Ashim bin Tsabit.


Di riwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abi Hurairah; “tatkala mereka melewati perkampungan Hudail[1] tanpa sadar mereka di ikuti oleh 100 pemanah, yang bertujuan membunuh mereka. setelah para pemanah sudah mendapati dan mengepung mereka, salah satu dari mereka berkata ;”kalian akan aman jika kalian menyerah dan kami tidak akan membunuh satupun dari kalian”. Lalu ‘Ashim menjawab dengan nada tegas “saya tidak akan menyerahkan diri kepada orang kafir”. Setelah mendengar pernyataan ‘Ashim, para pemanah menjadi geram lalu membunuhnya beserta yang lain dan hanya tersisa Khubaib, Zaid dan Abdullah yang kemudian menyerah.
Kemudian para pengejar membawa mereka bertiga ke Mekah untuk di jual. sehingga tatkala mereka sampai di Dhahran2 , Abdullah memberontak seraya ingin melepaskan diri dan mengambil pedangnya. Namun, usahanya sia-sia karena mereka (para pemanah) langsung melemparinya dengan batu secara bertubi-tubi sampai tewas. Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya menuju Mekah. Sesampainya di Mekah khubaib dibeli oleh bani Harits namun bukan sebagai budak melainkan sebagai tahanan.

Nasib Khubaib tidak jauh berbeda dari nasib Abdullah karena Bani Harits sangat ingin membunuhnya, untuk membalaskan dendam atas kematian Harits dipeperangan badar. Kematiannya  masih membekas lekat di dalam hati para keturunannya. Sehingga ketika kematian Khubaib tidak bisa dihindari lagi, dia meminta untuk melakukan sholat dua rakaat sambil berkata; “saya tidak peduli ketika aku mati dalam keadaan muslim karena bagaimanapun, hanya Allah yang berhak menentukan kematianku. Sesungguhnya kematian berada di tangan-Nya, dia akan memberkati setiap anggota tubuh yang terpotong-potong”. Kematian Khubaib menjadi salah satu sejarah baru dalam agama Islam sebagai orang pertama yang melakukan sholat sunnah dua rakaat sebelum mati.

Diriwayatkan dari Ja’far bin Amr bin Umayah dari ayahnya dari kakeknya “Rasulullah mengutus saya menjadi mata-mata untuk mengintai kaum Qurasy, kemudian saya datang ke tempat dimana Khubaib di salib dengan sembunyi-s



[1]. Hudail ; tempat yang berada diantara Asfan dan Mekkah.
2. lembah yang berada di dekat mekah.



September 20, 2018

,


Oleh : M. Abdul Malikul Ngibad

Dengan menyebut Nama Tuhan yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, segala puji tetap untuk-Nya, dan salam sejahtera semoga selalu terlimpahkan untuk kekasih tercinta-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa sekarang kita semua telah memasuki era modernisasi, era dimana segalanya serba instan atau cepat saji, baik dalam segi apa saja, terutama dalam segi Informasi, yang disajikan secara cepat, bahkan bisa dikatakan disajikan dengan hitungan detik saja. Berbeda halnya dengan era 90-an, yang membutuhkan waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari dalam menyajikan sebuah berita, dikarenakan sarana yang kurang memadai jika dibandingkan dengan sekarang. Tetapi tidak diragukan lagi semakin cepat sebuah informasi sampai, maka semakin membingungkan pula informasi tersebut, karena informasi yang bersifat HOAX dan REAL datang secara bersamaan, bahkan terkadang sesuatu yang bersifat hoax akan lebih cepat sampai daripada sesuatu yang riil, dikarenakan beberapa motif tertentu.

Salah satu contohnya adalah provokasi terhadap masyarakat, agar terbentuk pola pikir sesuai dengan kepentingan pihak tertentu. Bermula dari hal seperti ini, sedikit demi sedikit, merubah pola pikir dan moral anak bangsa. Bagaimana tidak, sifat seorang pemuda yang serba ingin tahu membuatnya menggeledah berbagai informasi yang dianggap penting, tetapi bukan yang mereka butuhkan, sehingga apa yang cepat muncul dihadapannya, dijadikan acuan untuk berpendapat terhadap sesuatu, tanpa melihat apakah yang didapat itu berasal dari sumber yang benar-benar valid atau tidak. Jika yang didapatkan adalah informasi yang riial, maka ia beruntung, akan tetapi jika sebaliknya, maka ia akan termakan provokasi yang berujung saling menghujat satu sama lain, tanpa menggunakan adab atau etika yang ada.

Seperti yang kita ketahui akhir akhir ini, sedang marak info politik “#2019gantipresiden”. Pihak A mencari celah untuk menjatuhkan pihak B, segala bentuk usaha dilakukan, begitu pula sebaliknya. Lalu bagaimana dengan para pemuda yang bersahabat dengan gadget? Sudah pasti, mereka akan langsung berkomentar tanpa melihat kanan dan kiri dulu, hingga menimbulkan hujatan, kebencian, bahkan pertikaian antar kelompok. Padahal semua yang mereka lihat dan baca belum tentu sesuai dengan kenyataan. Demikianlah yang disebut dengan moral yang rusak oleh teknologi modern. Padahal dalam Islam sendiri telah diajarkan, jika timbul suatu masalah, maka diwajibkan untuk ber-tabayyun atau mencari kejelasan dari sumber yang terpercaya. Untuk selanjutnya, akan kami bahas tentang apa maksud dari judul “Pengikisan Moral dengan Teknologi dan Modernisasi”.

Pengikisan berasal dari kata kikis yang mempunyai arti hilang atau habis. Kemudian mendapat turunan sehingga terbentuk kata pengikisan dan bermakna penurunan. Moral dalam KBBI bermakna sikap atau perilaku. Teknologi adalah sebuah sarana atau alat yang digunakan untuk membantu manusia. Sedangkan modernisasi menurut KBBI adalah pergeseran sikap warga untuk dapat hidup dengan tuntutan kini. Jadi maksud dari judul diatas adalah Penurunan sikap warga yang disebabkan oleh kemajuan teknologi. Beberapa contoh penurunan sikap yang dimaksud adalah :
1.      Sikap acuh tak acuh seorang anak terhadap orang tuanya, karena sibuk dengan gadget dan game.
2.      Kurangnya perhatian ibu terhadap anak, dikarenakan sang ibu terlalu sibuk dengan media sosial yang sedang digandrunginya.

3.      Saling hujat antar pengguna media sosial (netizen) melalui akun Facebook, Instagram atau yang lainnya.
4.      Penghinaan terhadap pemerintah dan ulama melalui media sosial.
5.      Terlalu sibuk bermain Mobile Legend, sehingga membuat malas belajar dan kuliah yang berujung pada ketidak lulusan.

Lima hal diatas adalah beberapa perkara yang akhir-akhir ini marak terjadi pada pengguna media sosial, khususnya anak muda yang  jelas jelas menyimpang dari nilai-nilai adat, adab, dan tatanan yang ada. Pertama, sikap acuh tak acuh seorang anak kepada orang tuanya. Bukankah sikap seperti ini sudah sangat menyimpang dari tatanan yang ada? Karena orang tua sangatlah terhormat dan mulia, baik disisi manusia dan disisi Allah. Bagaimana bisa seorang anak bersikap apatis terhadap orang tuanya yang jelas-jelas paling berjasa dalam hidupnya. Terhadap orang tuanya saja bersikap apatis, apalagi terhadap orang lain. Sedangkan dalam islam telah diperintahkan kepada setiap manusia untuk berbakti dan bersikap baik kepada orang tua, seperti yang difirmankan Allah SWT. dalam surat Al Isra’ ayat 23 :
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ

Kedua, kurangnya perhatian seorang ibu kepada anak, dikarenakan ibunya sibuk dengan media sosial yang sedang digandrungi. Sikap ini jelas amat menyimpang. Karena sikap orang tua, sedikit atau banyak pasti ditiru oleh seorang anak. Bagaimana mungkin seorang anak menjadi perhatian dan baik kepada orang tuanya, sedangkan ibunya sendiri sibuk dengan smartphone miliknya. Suatu hal yang  mustahil, seperti kata pepatahbuah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.

Ketiga, saling hujat dan menjatuhkan di akun media sosial yang memilki banyak dampak buruk bagi pihak yang bersangkutan. Alangkah baiknya, jika pihak yang bersangkutan saling bertemu dan membicarakan duduk masalah dengan hati yang lapang, bukan dengan bentuk ujaran kebencian terhadap sesuatu yang belum jelas kebenarannya melalui media sosial. Karena hakikat media sosial di era modern ini adalah alat untuk membangun silaturrahmi jarak yang jauh, bukan untuk memecah belah persaudaraan.

Keempat, penghinaan terhadap pemerintah dan ulama. Sudah tidak diragukan lagi, hal ini sedang marak sekali dikalangan netizen, contohnya membuat gambar bertulisan (meme) dengan objek presiden atau ulama. Hal ini sangat menyimpang adab dan tatanan budaya serta agama. Mencaci sesama teman saja tidak boleh, apalagi seorang santri, yang seharusnya memiliki rasa hormat terhadap guru atau ulama, juga pemerintahan.

Kelima, menyibukkan diri dengan bermain gadget dan game hingga malas dan lupa niat dan kewajiban utama seorang pelajar, malas kuliah, dan berujung pada ketidak lulusan. Hal ini juga sangat menyimpang. Bahkan menurut saya, orang orang seperti diatas telah “berdosa” kepada banyak pihak, antara lain orang tuanya, gurunya, dosa kepada negaranya bagi mahasiswa yang bersekolah diluar negeri, karena Negara telah mengamanahkan kepercayaan padanya sebagai duta bangsa, dan yang terakhir dosa kepada dirinya sendiri, karena telah menyelewengkan niat dan membohongi hati masing-masing.

Itulah beberapa contoh perbuatan kurang baik yang diakibatkan dari penyalahgunaan teknologi modern. Alangkah baiknya kita menjauhi hal-hal yang diatas, dan lebih selektif lagi dalam menggunakan teknologi yang serba canggih pada zaman sekarang, juga tetap menjaga adab serta etika kepada sesama. Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menyikapai teknologi pada masa sekarang ini adalah:

1.      Menggunakan teknologi berdasarkan kebutuhan, bukan berdasarkan keinginan.
2.      Memperbanyak membaca buku, daripada membaca potongan kisah atau berita di media sosial.
3.      Memperdalam ilmu agama, sebagai benteng dan pegangan dalam berkehidupan.

Demikianlah yang dapat kami tuliskan, semoga bermanfaat kepada kami khususnya, dan kepada pembaca sekalian umumnya. Kurang lebihnya mohon maaf atas segala khilaf. Semoga Allah menjaga kita semua dari segala hal yang menurut-Nya kurang baik, dan semoga kita dijadikan sebagai hamba yang taat dan patuh terhadap perintah dan larangan-Nya. Aamiin.

Follow Us @soratemplates