Desember 30, 2021

,




Regenerasi dalam sebuah organisasi merupakan hal yang mutlak dibutuhkan. Pemindahan estafet kepemimpinan haruslah dilakukan untuk menjaring bibit-bibit potensial, sehingga ada semacam penyegaran dalam organisasi yang dimaksud. Maksud lain dari penyerahan tonggak kepengurusan ini adalah revitalisasi atau tajdid, yang sangat dibutuhkan dalam upaya menjawab berbagai perubahan internal dan eksternal yang terjadi.

FOSIKBA sebagai salah satu organisasi mahasiswa yang berlandaskan kekeluargaan, sadar akan hal di atas. Maka pada hari Kamis, 11 November 2021 dilaksanakanlah prosesi pelantikan ketua terpilih Muhammad Asrori AS, berdasarkan hasil MUSAG FOSIKBA pada 31 Oktober 2021. Bersama Alvin Mustafa Hanafi sebagai wakil ketua, Asrori dengan seluruh jajaran pengurus FOSIKBA masa bakti 2021-2022 dilantik pada acara yang dilangsungkan di sekretariat FOSIKBA, Saqr Qurasy, Hay ‘Asyir tersebut.

Acara pelantikan ini dihadiri oleh anggota FOSIKBA. Hadir juga para anggota dewan konsultatif, ketua FOSIKBA priode 2016-2017 Ustaz Zakariyya Asyraf, Lc. beserta senior FOSIKBA Ustaz Sutrisno Dahlan, Lc. Ketua almamater IKBAL Kairo Ustaz Bahrul Ulum, turut hadir bersama sekretaris FOSGAMA Ustaz M. Syaifullah Haeruddin.

Ustaz Fathor Rosi, Lc selaku anggota dewan konsultatif dalam sambutannya memaparkan, almamater FOSIKBA mempunyai kapital yang sangat besar, yaitu anggota yang tidak hanya berasal dari satu pesantren saja, sehingga menjadi warna tersendiri bagi FOSIKBA.

 “Kita di FOSIKBA ini mempunyai keunggulan dalam hal SDM. Anggota kita tidak hanya dari satu pesantren saja, tetapi dari berbagai pesantren baik di Madura maupun luar Madura. Hal ini merupakan sebuah potensi yang harus dimaksimalkan,tuturnya.

Ketua terpilih Muhammad Asrori AS mengatakan, bahwa dalam satu priode masa bakti satu tahun kedepan, dia akan berupaya untuk melaksanakan program-program FOSIKBA yang belum terlaksana secara maksimal. Termasuk di antara program-program tersebut adalah kajian antar almamater, khususnya yang berada di bawah naungan kekeluargaan FOSGAMA Mesir.

“Insyaallah, kajian antar almamater yang merupakan salah satu program dari divisi kajian dan keilmuan, akan berusaha kami laksanakan. Di tengah-tengah kita sekarang hadir ketua almamter IKBAL Ustaz Bahrul Ulum, saya berharap semoga iktikad baik kami ini mendapatkan respons positif dari beliau dan ketua almamater lainnya,” tandasnya di depan ketua IKBAL dan perwakilan FOSGAMA.

Asrori juga menyampaikan, semua program yang akan diagendakan oleh pengurus nantinya akan mempertimbangkan aspek sosial dari anggota secara umum. Lokasi tempat tinggal, jadwal kegiatan kampus Al-Azhar, serta kegiatan-kegiatan ekstra di luar kampus, akan menjadi pertimbangan dalam upaya merumuskan agenda kerja satu tahun kedepan.

“Program-program kerja kita nantinya akan memperhatikan kondisi anggota FOSIKBA. Kita akan mendesain supaya program yang kita canangkan bisa mengakomodir anggota FOSIKBA, yang sekarang sebagian besar di daerah Darrosah. Hal lain yang akan kami lihat adalah jadwal masuk kampus dan kegiatan-kegiatan pribadi, seperti kajian, organisasi dan lain sebagainya,” lanjut anggota FOSIKBA kedatangan tahun 2020 itu.

Hal ini senada dengan apa yang ditekankan oleh Ustaz Fathor Rosi, Lc. dalam sambutannya. Beliau mengungkapkan, pada masa beliau menjabat sebagai ketua FOSIKBA tidak ada satupun program organisasi silaturahmi ini yang berbenturan dengan jadwal aktif kampus.

“Pada priode saya, tidak ada satupun program FOSIKBA yang mengganggu kefokusan teman-teman anggota untuk kuliah, karena kami memang berupaya agar program FOSIKBA dilaksanakan pada hari libur kampus,” pungkas ketua FOSIKBA masa bakti 2017-2018 itu. (Tim Media FOSIKBA).

Agustus 24, 2021

,



Perjalanan Al-Quran; dari Langit Hingga Ke Bumi. 

Oleh: Nafiah Zaini

Al-Quran, adalah mukjizat terdahsyat sepanjang usia di antara mukjizat lainnya yang Allah turunkan kepada kekasihnya saw. melalui ruh alamin sayyidina Jibril as. juga merupakan hadiah spesial teruntuk ummat baginda yang tersayang. 


Al-Quran kitab suci ummat Islam sebagai penuntun jiwa ke jalan yang  benar, panduan hidup di dunia menuju keabadian yang kekal, seruan indah yang tak mampu terkalahkan oleh rangkaian-rangkaian syair, karena Allah telah menjaganya hingga akhir zaman. 


Sebagai kitab suci nan abadi, Al-Quran menarik sekali untuk terus dikaji, pun ulama-ulama terdahulu telah menjalani proses panjang dalam mempelajari keilmuan Al-Quran. Karena keilmuan Al-Quran yang begitu luas, maka dengan itu kita wajib tahu, betapa dahsyatnya Al-Quran sebagai kitab suci ummat islam.


Ada banyak sekali keilmuan yang berkaitan langsung dengan Al-Quran, namanya sangat familiar di telinga pelajar, yang sudah kita kenal dengan “Ulumul Quran” dalam bahasa indonesia bisa kita sebut dengan "Ilmu-ilmu Al-Quran". Melalui tahapan panjang, ulama-ulama kita terdahulu telah berhasil mengkaji sampai keakar-akarnya untuk menggali informasi kebenaran Al-Quran, menjawab syubhat-syubhat dan tuduhan-tuduhan orientalis yang menganggap Al-Quran sebagai syair, dan bukan kitab suci yang turun dari Allah swt yang sakral.


Lahirnya Ulumul Quran tidak semata-mata menjadi kajian tersendiri dan mandiri waktu itu, melainkan masih bersatu dalam paduan ilmu Tafsir, kemudian dari sana terlahir ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran, seperti: Nuzulul quran, Nasikh Mansukh, I`jazul quran, Asbabun Nuzul, Tadwin Alquran dan lain sebagainya.


Namun, sejatinya ilmu Al-Quran sudah ada pada zaman Rasulullah saw, kendatipun demikian, para sahabat waktu itu, masih sibuk dengan menuliskan Al-Quran, dan menghapalnya agar Al-Quran tetap terjaga melalui mereka.


Di dalam Ulumul Quran juga membahas seputar ta`rif dari Al-Quran itu sendiri yang merupakan mukjizat baginda nabi Muhammad saw., namun sebelum kita membahas isi kandungan keilmuan Al-Quran, kita harus tahu definisi dari Ulumul Quran.


Fadhilat syekh Nuruddin `Itr dalam kitabnya menyatakan: devinisi Ulumul Quran secara istilah adalah pembahasan-pembahasan yang meliputi pengetahuan yang berkaitan langsung dengan Al-Quran, seputar: turunnya Al-Quran, Tartib dan pembukuannya, pengetahuannya, penulisannya, penafsirannya, I`jaz, Nasikh Mansukh dan lain sebagainya.


Ada banyak pertanyaan tiba-tiba muncul tentang Al-Quran. Bagaimana Allah menurunkannya kepada nabi kemudian sampai kepada seluruh ummat manusia di bumi? Lalu di mana keberadaan Alquran sebelum diturunkan kepada nabi? bagaimana cara Rasulullah menjaganya? bagaimana para sahabat dahulu menjaga hapalannya? Jawabannya akan kita temukan dalam pembahasan ilmu-ilmu Al-Quran.


Fadhilat syeikh Nuruddin 'Itr dalam Muqaddimahnya juga mengatakan: Setiap orang islam itu butuh mengkaji dan mempelajari pelajaran ini yaitu (Ulumul Quran). Jika hatimu telah merasakan kenikmatannya, maka ulangi dan pikirkanlah kembali, agar kamu menemukan ketenangan dalam hati dalam beriman. Ajaklah orang-orang yang mencintainya, serta orang yang selalu ingin dekat dengannya, hal itulah yang akan menambah keyakinanmu terhadap kitab suci Al-Quran.


Kuasa Allah; Sayyidina Umar bin Khatab Memeluk Islam Karena Al-Quran


Perjalanan Al-Quran sungguh indah dan menakjubkan, hingga akhirnya islam berada di titik kemenangan, tentunya Al-Quran diturunkan bukan hanya sebagai tuntunan bagi ummat islam, namun juga sebagai petunjuk atau hidayah bagi seluruh ummat manusia di alam jagat raya. 


Tuhan memberikan kemampuan hati ummat  manusia untuk menjaganya, pun Allah menjadikan hati ummat manusia damai dengannya, karena Allah telah menjamin keautentikannya.


Guru mulia Raden KH. Moh Tohir Zain dalam ceramahnya pernah mengungkapkan: "Banyak dari kita takjub pada orang yang hapal Alquran. Padahal orang hapal Alquran itu nashnya sudah ada, Allah swt. berfirman: 

إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون.

Hakikatnya orang hapal Alquran itu termasuk min hifdzihi ila Al-Quran".


Untuk menjaga Al-quran, Allah sangat mempermudah bagi orang yang menghapal. Menurut beliau, harusnya kita takjub dan heran pada orang yang tidak hapal Alquran, kenapa? Karena Allah sudah memberikan Kemudahan untuk menghapal, tapi ia tidak hapal, tepatnya memang tidak niat untuk menghapal.


"yang demikian itu bukan perkara yang tabu.

Karena banyak orang hapal Al-Quran, tapi hidupnya jauh dari Al-Quran. Kemudian ada yang tidak hapal Al-Quran, hidupnya adalah Al-Quran, yakni berakhlaq Al-Quran, kesehariannya tegas berpegang teguh pada Al-Quran". Imbuhnya. Rahmatullahi Alaih.


Kita percaya Al-Quran adalah kitab suci yang Allah jaga hingga akhir nanti, kita juga percaya bahasa Al-Quran memang sangat menarik hati. Hal itu terbukti melalui kejadian-kejadian yang nyata terjadi kepada  sayyidina Umar bin Khattab r.a. sahabat terdekat Rasulullah saw. 


Sebelum masuk Islam, Sayyidina Umar ra. merupakan orang yang sangat paham tentang kaidah bahasa Arab, sehingga ketika beliau mendengar lantunan Al-Quran, hatinya sangat takjub dan tertarik dengan kei'jazannya, seakan terhipnotis dengan susunan bahasa yang begitu mempesona.


Sayyidina Umar bin Khattab masuk islam di tangan saudari perempuannya yang bernama Fathimah bin Khattab saat ia dan suaminya belajar membaca Al-Quran kepada Sayyidina Khabbab. Sayyidina Umar tidak menjadi marah lantaran saudarinya itu benar-benar masuk agama islam yang ajarannya dianggap telah mengubah tradisi nenek moyang mereka, sebaliknya, ia meminta agar membaca ulang potongan ayat dari surat "Taha" yang dibaca adiknya.


Setelah ayat itu dibacakan ulang, Sayyidina Umarpun langsung berlari menuju Rasulullah saw. yang saat itu bersama para sahabatnya di kediaman sahabat yang bernama Sofa, dengan membawa padang ditangannya, Sayyidina Umar tidak kuasa menahan air mata, ia tidak mampu menahan gejolak di dadanya, akhirnya pedang itu terjatuh seketika. Dan di hadapan Rasulullah saw. ia bersaksi bahwa Allah adalah tuhannya dan Nabi Muhammad adalah utusannya.


Setiap lantunan ayat suci Al-Quran terdengar, hatinya selalu bergetar dan tak kuasa menahan air mata, seakan ada mahnet yang menyentuh dikedalaman jiwanya, Sayyidina Umar yang terkenal sangat kuat dan ditakuti oleh penduduk arab, menjadi lemah lembut detik itu juga. 


betapa bahagianya baginda saat Sayyidina Umar mengucapkan dua kalimat syahadat dihadapannya, karena ternyata Umarlah jawaban dari doa-doa Rasulullah saw. agar dua orang yang sangat kuat di antara orang arab pada saat itu memeluk Islam dan bahkan menjadi khalifah ke dua setelah Sayyidina Abu Bakar r.a.

dua orang dalam doa Rasulullah saw. itu adalah Sayyidina Umar bin Khattab dan Abu Jahal.


Kajadian di atas adalah salah satu bentuk yang sangat nyata bahwa Al-Quran tidak hanya sebagai penuntun orang Islam saja, melainkan sebagai petunjuk untuk semua makhluk Tuhannya.


Untuk mempermudah kita mempelajari Ilmu-ilmu Al-Quran, para ulama kita, baik ulama salaf ataupun ulama khalaf, telah banyak melahirkan karya seputar Ilmu-ilmu Al-Quran tersebut, di antaranya adalah: 


١. علوم القرآن الكريم لفضيلة الشيخ نورالدين عتر

٢. الإتقان في علوم القرآن للإمام جلال الدين عبد الرحمن السيوطي

٣. فنون الأفنان في عيون علوم القرآن للإمام أبي الفراج عبد الرحمن بن الجوزي

٤. المدخل إلى دراسة القرآن الكريم لفضيلة الشخ محمد محمد أبو شهبة

٥. البيان في علوم القرآن لفضيلة الشيخ عبد الوهاب غزلان

٦. مباحث في علوم القرآن لفضيلة الشيخ صبح الصالح

٧. من روائع القرآن للأستاذ الدكتور سعيد رمضان البوطي

٨. مناهل العرفان في علوم القرآن لفضيلة الشيخ العلامة محمد عبد العظيم الزرقاني.


Semoga perjuangan ulama-ulama kita tidak berhenti di tangan kita, namun akan ada tangan-tangan selanjutnya yang mampu meneruskan perjuangan mereka, bahkan mampu melahirkan karya-karya terbaiknya, dan mejaga warisan-warisan keilmuan yang lainnya juga. Semoga Allah mampukan kita, dan meridhai perjalanan kita di buminya. Amin ya rabbal Alamin.


Tulisan ini ditulis semata-mata sebagai arsip penulis yang insyaAllah akan berseri.

Kairo, 08 Agustus 2021

Juni 19, 2021

,

 

 

MENALAR SKEPTISME IMAM AL-GHAZALI

Oleh: Moh. Syamsul Arifin

        Faith seeking knowledge ''keyakinan mendorong untuk terus mencari pengetahuan'' demikian bunyi motto kampus Notre Dame salah satu kampus ternama di Amerika Serikat, namun kita merasa terbiasa bila sudah mencapai faith (yakin) berhenti dan menutup pengetahuan. Dalam hal ini kita perlu memperhatikan bagaimana dialog Nabi Ibrahim As. untuk mencapai tingkat keyainan yang sebenarnya saat berdialog dengan Tuhan, tatkala Ibrahim berkata : ''Hai Tuhanku! Tunjukkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati''! Allah menjawab : Tidakkah enngkau percaya kepadaku? Sahutnya : ''Ya, percaya, tapi demi menetapkan hatiku.'' Dari kejadian ini bisa dibuat kesimpulan, ''bahwa kasusus ini memberikan pada kita kunci penting metode ilmiah murni yang tampanya tidak mungkin orang memajukan ilmu, yaitu metode ragu untuk mencapai keyakinan (manhaj al-shak lil-wushuli ila al-yaqin).''

         Pada umumnya, para pemikir muslim memulai asumsinya dari keyakinan terutama para teolog dan fuqoha, tetapi tidak berarti menafikan sama sekali pemikir muslim yang menggunakan asumsi keraguan. Para pemikir yang menggunakan metode 'keraguan'' dan 'kritis'' bukan suatu yang baru dalam Islam. Jauh sebelum munculnya Rene Descartes (abad 17), ia merupakan salah satu filsuf yang turut membidani pencerahan di Eropa yang dikenal sebagai bapak filsuf modern Barat dan sekaligus dikenal sebgai peletak metode keraguan dengan ungkapannya yang sangat terkenal cogito ergo sum "aku berpikir maka aku ada", beberapa peneliti mengungkap bahwa Descartes dengan metode keraguannya tidak mampu mencapai puncak keyakinan yang ia cari, beda halnya dengan imam al-Ghazali yang sudah memperaktekkan metode keraguan dalam menelisik kebenaran Islam dan ia mencapai titik puncak keyakinan yang sebenarnya. Namun penting untuk dicatat bahwa keraguan yang di maksudkan imam al-Gazhali disini adalah keraguan metodologis, bertujuan untuk menemukan kebenaran yang betul-betul meyakinkan. Dalam penjelasan intelektual muslim yang digelari Hujjatul Islam, ragu ialah penanda bahwa seseorang betul-betul serius dengan keyakinannya. Tanpa ada peroses keraguan, keyakinan seseorang tidaklah beda dari taqlid dengan menerima begitu saja yang didengarnya. Kata al-Gazhali di akhir kitab mizan al-Amal  (kitab sekuel dari mi'yar  al-ilmi): ''Jika uraia-uraian dalam kitabku ini membuatmu meragukan keyakinan yang kamu warisi, maka cukuplah dengan keraguan itu kau mendapat manfaat, sebab keraguanlah yang akan membawa pada kebenaran (idz as-syukuk hiya al-mushilah ilal haqq)''. Kemudia al-Gazhali menutup kitabnya ini dengan ungkapan yang disebut dengan ''potongan emas'' karena sedikit memberi gambaran tentang metodologinya untuk mencapai pada kebenaran yang hakiki. Ungkapnya: "keraguanlah yang dapat menghantarkan pada kebenaran. Seseorang yang tidak pernah ragu, dia berarti tidak berpikir. Seseorang yang tidak berpikir, dia tidak akan dapat melihat. Seseorang yang tidak dapat melihat, dia kan tetap dalam kebutaan dan kesesatan."

        Dalam karya semi-autobiografinya, al-munqidz, al-Ghazali juga menuliskan perjalanan hidupnya yang mengalami bermacam keraguan atas kebenaran yang sebelumnya ia percayai. Sejumlah peneliti menyebut bahwa narasinya dalam meragukan kebenaran ini mirip seperti narasi Descartes. Keduanya berbagi sekeptisme metodologis ''ragu sebagai metode''. Ada satu disertasi doktoral, karya almarhum Prof Dr. Mahmoud Hamdi Zaqzouq di Munich University pada tahun 1968, yang kemudian di bukukan dengan judul al-Manhaj al-Falsafi bayn al-Ghazali wa Dikart [Metode Filsafat antara al-Ghazali dan Descartes] yang membahas topik ini kemudian membandingkan al-Munqidz dengan dua karya Descartes yakni Discourse on the Method dan Meditations on the First Philosophy.

        Selanjutnya keraguan metodologis al-Gazhali ini mengandung pesan kritis, baik keritik wacana maupun keritik nalar (metode berpikir), terutama nalar yang di bentuk oleh budaya afiliasinya. Sebab, tidak ada manusia yang berpikir otonom dan mandiri. Setiap orang berpikir dalam kerangka afiliasi identitasnya, baik identitas peradaban, ideologi maupun metode berpikirnya. Pemikiran seperti ini di sebut oleh al-Jabiri dalam teorinya dengan istilah nalar terbentuk (al-aql al-mukawwan). 

        Sekali lagi penting untuk digaris bawahi bahwa keraguan yang dimaksudkan imam al-Gazhali adalah keraguan motodologis, artinya metode keraguan ini pada intinya untuk mendapata pengetahuan yang benar, menurutnya seseorang mesti secara mandiri meragukan dahulu pengetahuan yang ia punya dan kemudian meyaringnya mana yang benar-benar meyakinkan. Untuk mengetahui hal ini, ia mesti meragukan pengetahuan yang ia terima dari kata orang, dari pada pendahulunya atau dari masyarakat sekitar, atau menolak taklid, ''supera aude'' berani berpikir mandiri dan bebas dari kekangan pola pikir orang lain.

Cairo 10 Juni 2021.

Juni 07, 2021

,

Oleh : Lukman Fayad, LC, Dipl.
Mahasiswa pascasarjana
Universitas Al-Azhar Kairo

Kita adalah waktu dan waktu memilki awal dan akhir. “Wahai anak adam, kamu hanyalah bagian dari hari-hari, jika satu hari darimu hilang maka hilanglah sebagian darimu.” Demikian Hasan al-Bashri memaknai waktu. Waktu mempuanyai arti urgen dalam kehidupan kita. Bahkan dalam al-Qur’an Allah bersumpah dengan menggunakan waktu  “wal ashr.” Imam Fakhruddin Arrazi dalam tafsirnya mengatakan, “Allah Swt. bersumpah dengan al-ashr yang berarti adalah waktu, karena kata itu memiliki banyak keistimewaan, dengan waktu kelapangan dan keluasan, kesehatan dan kesakitan, kekayaan dan kemiskinan bisa diraih dan dicapai, serta sesungguhnya harga dan nilai umur tidak ada bandingannya.” Umur kita adalah kita dan hidup kita. Tapi kita teramat sering melupakannya, menelantarkanya, atau bahkan mencelakainya. Lebih dari tiga belas abad yang silam Rasulullah Saw. sudah memperingatkan umatnya mengenai pentingnya menjaga waktu. “Dua kenikmatan yang kebanyakan orang merugi darinya, yaitu sehat dan waktu kosong.” Pesan penting dari hadis tersebut bahwa sehat dan waktu kosong yang kita miliki sejatinya adalah anugrah bagi kita jika dipergunakan pada tempatnya, yaitu pada sesuatu yang bermanfaat sesuai tuntunan Allah dan RasulNya.

Dalam bukunya “Qimat Azzaman”, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah memberikan abstraksi yang sangat kongkrit mengenai urgensi waktu menurut pandangan para ulama. Waktu memiliki banyak sekali arti yang saling berkaitan. Bagi para flusof nilai waktu berbeda dengan arti yang dipahami para pedagang, berbeda dengan yang dipahami petani, juga berbeda dengan yang di pahami para pencari ilmu, dan seterusnya.  Yang menarik untuk kita disimak dari kajian ini beliau mengurai urgensi waktu secara khusus dan spesipik, yaitu pentingnya waktu menurut penuntut ilmu dan segenap pecintanya (ulama), dengan harapan mampu memupuk kembali semangat para penuntut ilmu yang sudah mulai meredup dan pupus.

Imam Syafe’i berkata, “Aku bersahabat dengan ulama sufi, dan aku tidak belajar dari mereka selain dua kata, aku mendengar mereka berkata: “Waktu itu ibaratkan pedang, jika kamu tidak memakainya untuk memotong maka dialah yang akan memotongmu. Pergunakanlah untuk aktivitas yang baik, jika kamu tidak mempergunakan pada kebaikan maka  dia akan beraktivitas pada yang buruk.” Betapa waktu itu begitu berharga! Dan betapa tinggi perhatian ulama dalam memanfaatkan waktu! Waktu adalah nikmat dan anugrah Allah yang agung. Kalau Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah memberi keberkahan pada waktu yang dimilikinya dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Dalam buku-buku Tarajim (biografi) kita akan menemukan banyak pelajaran penting bagaimana ulama menjalankan dan menyikapi esensi waktu dari perjalanan mereka dalam menuntut ilmu. Ibnu Hajar al-Asqalani adalah salah satu figur ulama yang sangat cepat ketika menghafal dan  membaca. Syekh Nuruddin Iter dalam pengantar bukunya “Syarh Annukhbah” menegaskan bahwa Ibnu Hajar menyelesaikan bacaan kitab Sahih al-Bukhori dalam sepuluh majlis, membaca Sahih Muslim dalam lima majlis. Hal yang paling mengugah dari kisahnya, ialah perhatiannya yang begitu tinggi dalam menjaga dan memanfaatkan waktu. Dalam perjalanannya ke negri Syam beliau membaca Mukjam Tabrani dalam satu majlis, dan pada waktu bermukim di Damaskus beliau sanggup membaca seratus kitab dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan.

Begitulah kebiasaan ulama dari dahulu hingga sekarang dalam menjaga dan menghidupkan waktu untuk menimba ilmu yang begitu  mengagungkan. Tradisi ini menjadi kebiasaan para guru di al-Azhar.

Dr. Muhammad Muhammad Sayyid Awad rahimahumullah (guru pengarah jiwa dan ruh kami)  menggunakan  sebagian besar waktunya untuk mengabdi pada ilmu, penuntut ilmu, ibadah, dan keluarga. Beliau hanya beristirahat tidak lebih dari tiga jam setiap malam. Sementra pada waktu siang beliau meneruskan tugasnya mengajar para mahasiswa pada pagi hari, dan dilanjutkan dengan tugas dari “Masyaikhoh” (lembaga tinggi para guru besar al-Azhar) pada sore hari hingga mendekati tengah malam, dan sesekali mengisi ceramah untuk masyarakat. Bahkan tidak jarang beliau hanya isterahat di atas kursi dalam beberapa menit saja saat berada di ruang perpustakaannya. Dan dalam hal yang demikian itu beliau masih memintaku untuk membacakannya mutiara cahaya ilmu dari lembaran-lembaran kitab yang beliau inginkan, seolah tidak ingin ada sedikitpun waktu yang terlewatkan dari ilmu. “Menuntut ilmu butuh  kesabaran dan keikhlasan, jika tidak sabar semua akan berantakan”, dauhnya yang sering  dipesankan.  Ikhlas dan sabar adalah kunci keberhasilan. Rumah lama beliau di Syubra (Kairo) yang sudah tidak ditempati –karena beliau pindah ke komplek khusus yang diberikan al-Azhar untuk guru seneor di kawasan Rehab- dijadikan perpustakaan. Rumah satu lantai dengan dua pintu dan enam kamar ini semua berisikan kitab mulai dari yang klasik hingga yang kontemporer, mulai dari kamar, ruang tamu hingga dapur, semua berisikan kitab dan terlihat penuh debu dan tidak terawat. Tapi beliau bilang, “Ilmu ada di hati, bukan di atas lembaran kertas.”   Yang membuat aku tercengang beliau tau semua isi kitab-kitab itu dan bahkan susunannya. Seolah tumpukan kitab itu sudah tertata di dalam hati beliau sebelum ditata di perpustakaannya. Pada suatua saat ada orang yang simpati pada Abbas Mahmud Akkad melihat kondisi rumah yang didiaminya dan dia menyuruhnya untuk pindah pada tempat yang lebih layak. Tapi Akkad sepontan menjawab, “Siapa yang bisa membantuku menata kita-kitabku!?” Iya, karena kitab-kitab beliau tidak sekedar butuh ditata ulang kalau pindah rumah, tapi juga butuh ditata sesuai wawasan yang ada dalam hati beliau.            

Dalam sebuah seminar ilmiyah yang diadakan PPMI pada 2015 silam, Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., MA. rektor Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN) yang namanya tercatat sebagai salah satu ulama alamnus al-Azhar yang berpengaruh mengungkapakan bahwa beliau belajar delapan jam tiap malam, duduk di kursi belajarnya tanpa sedikitpun bergeser ataupun beranjak dari posisinya.

 وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS: Al-Bayyinah [98]: 05).

 
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا
“Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.” (QS: al-Kahfi [18]: 3).

Mei 20, 2021

,

 


Oleh : Faiz Ghaniyuddin
Mahasiswa Fakultas syariah islamiyah
Universitas Al-Azhar Kairo

Ketika mendengar kata “ujian”, dalam pikiran kita akan terbayang buku pelajaran (muqorror) yang menumpuk. Seakan-akan muqorror itu melambaikan tangan meminta untuk kita baca. Apalagi dikalangan masisir (mahasiswa mesir), kita tidak hanya dituntut untuk membaca muqorror, akan tetapi kita juga dituntut untuk menghafal semua materi yang ada di dalamnya.

Sekitar sepekan lagi semua mahasiswa S1 Universitas Al-Azhar khususnya saya akan menghadapi ujian termin kedua. Jauh-jauh hari sebelum ujian kita harus sudah selesai mempelajari semua muqorror, bahkan kita harus sudah menguasai semua materi yang ada di dalamnya.

Di kalangan masisir, tingkat pertama (awal masuk kuliah) merupakan ajang di mana hasil yang kita dapat akan menentukan bagaimana hasil kita selanjutnya. Karena ketika kita sudah tidak lulus di tingkat pertama, maka semangat kita akan sedikit memudar. Meskipun ada sebagian mahasiswa yang semangatnya bertambah walaupun tidak lulus di tingkat pertama. Malah sebagian mahasiswa yang tidak lulus tersebut semangatnya menjadi semakin melonjak.

Dalam mempelajari muqorror, ada tehnik-tehnik atau penunjang yang biasa dipakai mahasiswa agar bisa mempermudah dalam memahami dan menghafal materi. Tehnik itupun sangat beragam, tergantung bagaimana tehnik tersebut bisa berguna utuk orang tersebut. Saya tidak banyak mengetahui tehnik-tehnik dan penunjang itu, akan tetapi saya mengetahui sebagian yang biasa dipakai mahasiswa atau lebih tepatnya teman yang pernah bargaul dengan saya.

👉 Penunjang
Pertama “membaca nyaring”. Untuk sebagian orang membaca dengan suara yang keras bisa mempermudah pemahaman dan bahkan bisa mempermudah menghafal. Karena pikiran kita akan terfokus terhadap suara kita bukan suara-suara yang ada di sekitarnya.

Kedua “membaca dalam hati”. Hal ini dilakukan dengan cara membaca menggunakan hati atau lebih tepatnya tidak mengeluarkan suara. Akan tetapi cara ini tidak efektif jika dilakukan di tempat yang ramai. Kecuali anda mempunyai konsentrasi yang tinggi.

Ketiga “musik”. Musik untuk sebagian orang dapat berguna untuk mempermudah dalam pemahaman terhadap apa yang kita baca. Karena menurut sebagian orang tersebut musik membuat otak menjadi rileks, sehingga bisa fokus dalam belajar. Entah itu musik pop, dangdut, rock, dan bahkan bacaan Al-Qur’an.

 
👉 Tehnik
Pertama “rangkuman”. Cara ini sangat berguna untuk menghafal. Karena kita akan sangat sulit menghafal semua materi yang memang sangat banyak. Jadi, rangkumanlah yang dapat menyelamatkan kita dari materi yang sebanyak itu. Rangkuman dibuat ketika kita sudah membaca satu bab atau satu buku sekaligus, tergantung bagimana cara yang mudah untuk orang tersebut. Akan tetapi, saya menyarankan agar merangkum ketika kita sudah selesai membaca satu bab bukan satu buku. Ketika kita merangkum, secara tidak langsung kita menghafal hasil rangkuman kita, asal ketika menulis pikiran kita fokus kepada apa yang kita tulis.

Kedua “garis bawah atau warna stabilo”. Cara ini dipakai agar mempermudah dalam membaca yang kedua kalinya. Karena yang kita garis adalah poin-poin penting yang menurut kita hal itu akan keluar dalam ujian.

Ketiga “kebut semalam”. Cara ini dipakai oleh orang yang memang mempunyai IQ di atas rata-rata dan orang yang memang malas untuk belajar. Orang yang memakai cara ini belajar di waktu malam pas besok akan menghadapi ujian. Cara ini mungkin efektif bagi orang yang memiliki IQ di atas rata-rata. Akan tetapi kalau IQ anda menegah kebawah janganlah memakai cara ini, karena anda akan mengalami kegagalan yang pasti akan anda akan sesali.

Itulah tehnik-tehnik dan penunjang dalam belajar. Tergantung mana yang cocok untuk kemampuan seseorang yang menggunakannya. Dan saya sarankan anda tidak memakai tehnik kebut semalam. Karena tehnik tersebut sudah banyak memakan korban.

Follow Us @soratemplates