Maret 03, 2018

MAHAR AL-QURAN


    

















Terdengar isak tangis seorang bocah di salah satu sudut bangunan beranyaman bambu. Mengadu kepada alam akan kesedihannya menjalani kehidupan barunya di pesantren. Bahkan Sudah dua hari ia mengurung diri di kamarnya. Setelah seminggu sebelum itu ayah & ibunya memondokannya di salah satu pesantren daerah jawa. Dengan harapan masa depan anaknya kelak lebih baik dari mereka. Menjadi anak yang sholeh, sopan, amanah serta berguna bagi nusa dan bangsa. Lantas datanglah salah satu santri senior menghampiri dan menghiburnya. “sampeyan harus sabar, nggak betah di pondok itu hal yang lumrah. hidup di pondok sebenarnya menyenangkan. Cobalah keluar dan bergabunglah dengan teman-teman disana. Apa sampeyan nggak bosan di kamar terus?”. Ia pun  berhenti menangis dan mulai merenungi apa yang di bicarakan seniornya itu.

Suasana di pesantren adalah hal yang baru baginya. ia merasakan keadaan yang berbeda dari sebelumnya saat di rumah. Ia melihat kerumunan para santri beriringan menuju sekolah dengan membawa beberapa kitab tanpa tas gendong yang lumrahnya di pakai seorang pelajar. terdengar juga lantunan ayat suci al quran yang berasal dari bangunan sekolah yang dibaca para santri sambil menunggu gurunya. Sholat berjamaah lima waktu. Dan tentu banyak hal-hal lain Yang menjadi ciri khas budaya pesantren yang berbeda dengan sekolah yang di luar. Berbanggalah mereka yang menjadi santri. Karena merekalah tergolong orang yang di kehendaki baik oleh Allah swt. Memperlajari ilmu agama. Dan merekalah calon ulama yang merupakan pewaris nabi Saw. Pesantren inilah yang Mencetak insan baik, berakhlak mulia, berkualitas serta berguna bagi bangsa & Negara. Ia jadi teringat pesan dari ayahnya, “Masa mudamu akan di mulai disini nak, ukirlah dengan baik, kamu sendiri yang akan menentukan seperti apa masa depanmu kelak. Syubbanul yaum rijalul ghad. pemuda sekarang adalah generasi masa depan, kamu harus rajin belajar, jangan bolos sekolah, asah kemampuanmu disini, patuhi semua perintah kiyai dan ikuti semua aturan yang ada di pesantren ini”.

Sejak saat itu ia lalui Hari-hari di pesantren di bawah bimbingan kiyai dan gurunya di sekolah.  Dengan teman-temannya ia Belajar bersama. ia pun sadar, dan berhenti mengurung diri di kamarnya. ia mulai aktif mengikuti kegiatan di pesantren dan sekolah. Di pesantren ia aktif di program tahfidz al quran & bahasa Arab, dan di sekolah ia menjadi anggota OSIS Aliyah. Jenjang pendidikan di pesantren ini lengkap. Dari ibtidaiyah sampai perguruan tinggi.  Semua yang ada di pesantren ia anggap keluarga kedua baginya.

Dalam satu kesempatan ketika ia memasuki kelas XII Aliyah, ia terpilih menjadi salah satu delegasi pesantren mengikuti lomba debat bahasa arab MTQ  tingkat nasional yang biasa diselenggarakan tiga tahun sekali. Ia lolos sampai babak final. Lawan tandingnya kali ini adalah kelompok  putri. Tema perlombaan saat itu ialah “Mahar politik”. Kesempatan pertama di isi oleh pihak lawannya. Mereka  mulai memperkenalkan satu per satu, kemudian menjelaskan dan mengupas tuntas tema pelombaan tersebut dan memepertahankan argumentnya. mereka menyampaikannya dengan lugas. kelompok Fajar sedikit  kagum akan kepandaian dan kelihaian musuhnya dalam mengulas tema tersebut. Dan dalam kesempatannya, ia dan kelompoknya tak mau kalah. mereka juga mengurai tema perdebatan kali ini dengan baik. lebih terperinci dari musuhnya. Dan  membantah pendapat lawannya dengan data-data yang akurat. Bahkan Logat mereka tak kalah dengan orang arab asli. Perlombaan kali ini memakan waktu hingga satu setengah jam lebih. Dan Di akhir perlombaan, para juri memutuskan kelompoknya lah yang menjadi juara 1 lomba debat b arab. Dari semua itu Fajar tetaplah rendah hati. Ia tidak berlebihan dalam menanggapinya. Semua itu tidak lain adalah karunia dari Allah Swt untuknya yang patut ia syukuri.

Singkat cerita, beberapa  tahun kemudian ia akhirnya lulus kuliah setelah tujuh tahun lamanya di pesantren dengan menjadi wisudawan dengan nilai terbaik seangkatannya. Ia juga telah menjadi seorang Hafidz Al Quran. Setelah itu ia berkeinginan mengabdikan dirinya di pesantren. Ia beranggapan semua apa yang di perolehnya selama di pesantren adalah amanah yang harus ia sebarkan kepada orang lain. dan hal itu menjadi kenyataan. pengurus pesantren merekrutnya menjadi guru sekolah di bagian putri . “Ustad Fajar, pak kiyai menunjuk sampeyan untuk mengajar & membimbing kelas XII Aliyah bagian putri, di sana kekurangan tenaga pengajar, bagaimana sampeyan siap?” ucap salah satu pengurus kepadanya. Karena memang saat itu keahliannya (Tafsir & Bahasa Arab) benar-benar di butuhkan. “insya Allah, kalau hal ini sudah perintah langsung dari kiyai insya Allah saya siap ustad” jawabnya. akhirnya ia laksanakan amanah dari kiyai dengan niatan mengabdikan dirinya di pesantren. Karena ia yakin semua perintah kiyai tentu ada hikmah di dalamnya.  

Hari pertama memasuki area sekolah bagian putri saat menuju kelas ia berpapasan dengan wanita anggun nan cantik. Ia hanya melihat sekilas dan kembali menundukan pandangannya. Tak lama kemudian ia tersentak kaget setelah wanita tadi menyapanya. “assalamu’alaikum, masih ingat dengan saya?”  Mendengar pertanyaan wanita itu ia beranikan diri membalikan badan dan melihatnya kembali. Ia mulai sedikit ingat wajah wanita yang berada di depannya itu. ternyata ia adalah wanita yang menjadi lawan debatnya dulu saat lomba. ia tampak berbeda dari sebelumnya. ia tambah anggun,cantik dan sedikit lebih tinggi dari sebelumnya. pantas lah ia tidak mengenali dan lupa dengannya. karena pertemuan mereka hanya sekali saat lomba. itu pun beberapa tahun yang lalu. “Waalaikum salam, kalau tidak salah Sampeyan yang ikut lomba debat bahas arab dulu ya, kenapa bisa ada di sini? wanita itu tersenyum. “kebetulan Saya mengumpulkan data di pesantren ini untuk di jadikan bahan penelitian penulisan skripsi saya, kebetulan ayah saya alumni sini. Besok lusa insya Allah saya balik ke kalimantan” pungkasnya. Sudah setengah bulan ia di pesantren tersebut. Atas petunjuk dari ayahnya. Semoga sukses dan lancar skripsinya”. tutur si Fajar. Di susul perkataan ”Aaamiin” dari Wanita itu sekaligus mengakhiri perbincangan mereka. terdengar bel tanda di mulainya jam pelajaran di sekolah itu. Ia pun segera memasuki kelas XII Aliyah. mengajar dan menerima setoran hafalan Al Quran tiap dua hari.

Hari–harinya Selain mengajar di sekolah Ia menjadi Khadim (pembantu) kiyai. belanja kebutuhan dapur ke pasar tiap pagi. mencucikan pakaian. menyapu halaman rumah (dhalem) tiap sore. membersihkan toilet. Semua kebutuhan yang berhubungan dengan kiyai ia kerjakan. Ia menjadikan semuanya itu sebagai tanda terima kasih terhadap gurunya yang telah mendidik dan membimbingnya sehingga ia menjadi seperti sekarang.   

Ia juga tergolong orang yang bertanggung jawab dalam menjalani amanah. sekecil apapun amanah itu akan ia penuhi dan laksanakan dengan tanggung jawab yang luar biasa. Dan Terbukti kurang lebih selama setahun mengajar, banyak anak didiknya berhasil menyelesaikan hafalan Al Quran dengan lancar dengan bimbingannya.

Suatu ketika ia di panggil mengahadap kiyai dan ditanyai beberapa hal. “kamu ini sudah dewasa, apakah tidak ada keinginan untuk menyempurnakan agama mu?, saya rasa sudah saatnya kamu menikah. ”  ia pun kaget mendengar pertanyaan tersebut. “mohon maaf sebelumnya kiyai, saya sendiri belum siap mengenai hal ini, sebab saya hanya pemuda miskin, belum punya penghasilan yang cukup untuk membangun keluarga” . jawabnya. “nggak usah memikirkan itu. Kehidupanmu bisa di bangun dengan baik. Kamu orangnya amanah. saya berencana menjodohkanmu dengan wanita pilihan saya ,ia wanita yang baik,sholehah, cantik dan pintar. kebetulan ayahnya meminta saya untuk mencarikan pemuda yang pas untuk anaknya. ia hanya mengharapkan pemuda yang sholeh serta amanah untuk putrinya. siapapun itu. dan saya anggap kamu adalah orang yang pas untuknya”.  ia pun bingung dan heran atas pernyataan kiyai.berikan saya waktu untuk, saya ingin berdoa dulu mohon petunjuk dari  Allah guna menindak lanjuti hal  ini”.  jawabnya dengan nada lembut tanda takdim seorang murid kepada gurunya. Ia pun mulai beristikhoroh. memohon petunjuk kepada Allah tiada henti dan akhirnya datanglah hidayah agar ia meneruskan apa yang di perintahkan kiyai.

Dan betapa kagetnya ia di sertai rasa bahagia setelah mengetahui wanita pilihan untuknya ternyata adalah Aisyah yang tak lain lawan tandingnya dulu saat lomba. Inilah Kehendak Allah Swt. Dan inilah balasan bagi hamba-Nya yang Amanah dan patuh terhadap guru. Tiada henti terucap kalimat Tasbih dan Syukur darinya. Pernikahan mereka di laksanakan dengan lantunan indah surah Ar-Rahman yang di bacakan oleh Fajar sebagai maharnya beserta mushaf Al Quran dan dua cincin Emas.

Oleh: Syarif

3 komentar:

Follow Us @soratemplates