Februari 22, 2022

,


 


Kairo adalah tempat pertama kali aku menemukanmu, melihatmu, memandangmu, dan mengenalmu. Sebut saja namaku adalah Ifa dan namanya adalah Ika, Pertemuan kami yang berbuah kebersamaan sementara ini, membuat tanganku ingin mencorat-coret kata tentang rasa. Sengaja aku tulis dengan bingkisan kata yang sederhana, karena aku merasa tak perlu otakku mengembara mencari kata yang sulit untuk dicerna, biarkan aku yang sudah terbiasa dengan kata-kata yang sederhana, entah dalam keadaan bahagia ataupun terluka. Aku masukkan tulisan ini ke dalam bingkai puisi yang berjudul (Aku yang salah).


Mungkin dari awal memang aku yang salah...
Terlalu cepat menyimpulkan bahwa perhatian-perhatian kecil yang kau teteskan kepadaku adalah sebuah bentuk perasaan lebih..
Tanpa aku memikirkan bahwa itu hanyalah sebuah perhatian biasa yang terjadi di antara teman ke teman...

Aku yang salah..
 Untuk terlalu berharap bahwa kita bisa dalam satu dekapan tanpa menyadari bahwa perasaanmu tak lagi sama dengan perasaanku..

Aku yang salah..
Aku terlalu gila dengan sifat-sifatmu yang indah itu, dari caramu yang tak mau berbicara kecuali aku memulainya, pendiam, pemalu, peduli, lembut dan ramah kepada siapapun yang di dekatmu..

Aku yang salah..
 Aku terlalu cepat menanggapi ucapanmu ketika aku tanya, kangen ya? Kamu pun menjawab "iya".. aku lanjutkan pertanyaan seriusku yang aku bungkus dengan canda tawa, terus kalau lagi kangen, ngapain? Liat foto profil tah? Wkwk. "Nggak" jawabnya.. Terus ngapain? Aku susul dengan pertanyaan... "Dengerin vn kka, wkwk" jawabnya sambil tertawa... lalu aku beri tau dia kalau apa yg dia lakukan adalah apa yang aku lakukan ketika aku rindu dirinya..

Aku yang salah...
 Tapi di sisi lain aku tak bisa melupakan ucapanmu ketika aku tanya, apakah ada perasaan dalam dirimu terhadapku? Kau pun menjawab dengan suara khasmu "iya".. terasa begitu semu di telingaku, begitu semu jikalau sebenarnya kamu tidak memiliki perasaan sama sekali terhadapku..

Aku yang salah...
Aku yang terlalu cepat menghakimi saat kau bilang "darahku menjadi semi jawa tengah dan timur". Aku kah jawa timur itu. Aku terlalu cepat salah paham saat kau bilang, “sayang baksonya kalau nggak dihabisi". Tak bisa aku bayangkan apa yang akan terjadi dengan hatiku jikalau kamu meletakkan koma setelah kata “sayang" itu.

Aku yang salah..
Aku tidak mengerti apa yang terjadi kepadaku, mengapa semuanya berjalan begitu cepat, 1 tahun lebih memendam rasa penasaran akan dirimu, itu mungkin bukanlah waktu yang terbilang lama, apalagi terjawab dengan waktu yang begitu singkatnya. Tiba-tiba saja, kamu sudah menguasai seluruh isi pikiranku..

Aku yang salah..
Aku yang selalu mengharapkan hadirnya kamu di sampingku. Kita mulai dekat, bercanda, tertawa ria, seakan saling melengkapi satu sama lain. Kamu meletakkan sebuah perasaan di hatiku ketika aku menatap wajahmu..

Aku yang salah..
Terlalu cepat aku melukis masa depanku bersamamu dalam cita, tanpa ada sedikitpun keraguan akan terwujudny, bahkan tak pernah terlintas dalam benakku akan kehancurannya..

Aku yang salah..
Perasaan yang benar-benar begitu nyaman hadir dalam lubuk hatiku saat berbicara denganmu, membuatku tidak ingin beranjak dari sisimu sedikitpun..

Aku yang salah..
Aku membuat jiwa ini selalu ingin bersamamu.. duduk berdua membuat diri ini menjadi candu.. tiba-tiba saja aku merasa takut dan khawatir akan kehilangan sosokmu,  terima kasih telah menerimaku selama ini..

Aku yang salah..
Terkadang aku merasa tolol mengemis cinta kepadamu.. tetap mencintaimu walaupun entah ke berapa kalinya aku menangis.. tetap berharap walau itu hanya sia-sia saja..
***
Kasih, tidak usah kamu ajari aku bagaimana cara merindukanmu. Aku lebih tahu, hatiku lebih sering mengadu tentang rasa itu..
Jangan kamu ajari aku bagaimana cara melupakanmu, karena hari-hariku sudah disibukkan dengan bayang-bayangmu..

Teruslah bercerita tentangmu, berbicaralah sampai salah satu dari kita tertidur. Aku tidak akan bosan dengan semua yang kau ketik. Betapa sering aku menduga-duga, adakah kode yang tersirat dalam kolom chat kita..

Kamu pasti tahu, bahwa aku berbohong, jikalau aku bilang dengan mudahnya aku bisa melupakanmu. Karena itu seakan mustahil bagiku. Foto dan video itu selalu membuatku diam-diam merasa nyaman..
Kamu pasti tahu, kalau aku begitu sulit melepas bayang-bayangmu di benakku..
Terkadang aku heran, hal apa yang membuatku takut akan kehilangan yang bukan miliku?! Salahkah aku dan perasaanku?!..
Hadirnya diriku tak berpengaruh apapun bagimu, pedulimu tak sedalam peduliku terhadapmu. Apa yang salah dari caraku mengagumimu?!..
Mungkin kamu hanya belum mengerti sedalam apa perasaanku. Jadi kamu hanya mengabaikan ketulusanku dengan menjauhiku..

Mungkin kamu hanya belum menyadari, bahwa cintaku padamu begitu dahsyatnya. Jadi kamu lebih sering cuek dengan perhatianku..
Aku berharap suatu saat kau benar-benar paham seberapa besar keseriusan perasaanku..
Andai kamu tahu, aku begitu tulus, perasaanku tanpa syarat, tapi bagaimana dengan dirimu, pernahkah aku menjadi hal terpenting dalam hidupmu walau sekali saja.

Doa adalah caraku memelukmu dari kejauhan..
Tuhan, aku tidak tahu apakah pilihanku ini benar atau tidak, aku hanya terkalahkan oleh keyakinanku yang begitu besar untuk bersamanya...
Aku hanya bisa meratap dalam doa menuju cahaya yang berpanorama indah di setiap malam-malamku. Tetesan air mata dalam memintanya menjadi sesuatu yang paling sabar aku tahan ..

Ade, aku tahu, kamu masih memikirkannya..
Aku tahu kamu tak mencintaiku..
Tapi aku tak tahu mengapa aku masih bertahan dalam mencintaimu.
Padahal aku tak punya alasan lagi untuk mencintaimu, tapi hati ini tetap bersih keras memilih untuk bertahan, bertahan, dan bertahan dalam cintaku terhadapmu..

Aku hanya bertahan pada keyakinanku. Iya, keyakinan untuk menyayangimu, meskipun aku tahu, ini tak mudah bagiku, tapi bahagiaku, senyumku adalah kamu..
Rasanya aku ingin mengubur rasa nyaman itu, agar tak ada seorang pun yang bisa mengambilnya kembali, supaya kamu mengerti, betapa besarnya harapanku terhadapmu..

Kasih, aku akan tetap di sini, menunggumu di pintu harapan, sampai kamu keluar membukakan pintu, menjemputku dengan sebuah keputusan.



Penulis : Imam Musthafa

Cairo, 22/02/2022

Follow Us @soratemplates