Kairo adalah
tempat pertama kali aku menemukanmu, melihatmu, memandangmu, dan mengenalmu. Sebut
saja namaku adalah Ifa dan namanya adalah Ika, Pertemuan kami yang berbuah
kebersamaan sementara ini, membuat tanganku ingin mencorat-coret kata tentang
rasa. Sengaja aku tulis dengan bingkisan kata yang sederhana, karena aku merasa
tak perlu otakku mengembara mencari kata yang sulit untuk dicerna, biarkan aku
yang sudah terbiasa dengan kata-kata yang sederhana, entah dalam keadaan
bahagia ataupun terluka. Aku masukkan tulisan ini ke dalam bingkai puisi yang
berjudul (Aku yang salah).
Mungkin dari awal memang aku yang salah...
Terlalu cepat menyimpulkan bahwa perhatian-perhatian kecil yang kau teteskan
kepadaku adalah sebuah bentuk perasaan lebih..
Tanpa aku memikirkan bahwa itu hanyalah sebuah perhatian biasa yang terjadi di
antara teman ke teman...
Aku yang
salah..
Untuk terlalu berharap bahwa kita bisa
dalam satu dekapan tanpa menyadari bahwa perasaanmu tak lagi sama dengan
perasaanku..
Aku yang
salah..
Aku terlalu gila dengan sifat-sifatmu yang indah itu, dari caramu yang tak mau
berbicara kecuali aku memulainya, pendiam, pemalu, peduli, lembut dan ramah
kepada siapapun yang di dekatmu..
Aku yang
salah..
Aku terlalu cepat menanggapi ucapanmu
ketika aku tanya, kangen ya? Kamu pun menjawab "iya".. aku lanjutkan
pertanyaan seriusku yang aku bungkus dengan canda tawa, terus kalau lagi
kangen, ngapain? Liat foto profil tah? Wkwk. "Nggak" jawabnya.. Terus
ngapain? Aku susul dengan pertanyaan... "Dengerin vn kka, wkwk"
jawabnya sambil tertawa... lalu aku beri tau dia kalau apa yg dia lakukan
adalah apa yang aku lakukan ketika aku rindu dirinya..
Aku yang
salah...
Tapi di sisi lain aku tak bisa melupakan
ucapanmu ketika aku tanya, apakah ada perasaan dalam dirimu terhadapku? Kau pun
menjawab dengan suara khasmu "iya".. terasa begitu semu di telingaku,
begitu semu jikalau sebenarnya kamu tidak memiliki perasaan sama sekali
terhadapku..
Aku yang salah...
Aku yang terlalu cepat menghakimi saat kau bilang "darahku menjadi semi
jawa tengah dan timur". Aku kah jawa timur itu. Aku terlalu cepat salah
paham saat kau bilang, “sayang baksonya kalau nggak dihabisi". Tak bisa
aku bayangkan apa yang akan terjadi dengan hatiku jikalau kamu meletakkan koma
setelah kata “sayang" itu.
Aku yang
salah..
Aku tidak mengerti apa yang terjadi kepadaku, mengapa semuanya berjalan begitu
cepat, 1 tahun lebih memendam rasa penasaran akan dirimu, itu mungkin bukanlah
waktu yang terbilang lama, apalagi terjawab dengan waktu yang begitu
singkatnya. Tiba-tiba saja, kamu sudah menguasai seluruh isi pikiranku..
Aku yang
salah..
Aku yang selalu mengharapkan hadirnya kamu di sampingku. Kita mulai dekat,
bercanda, tertawa ria, seakan saling melengkapi satu sama lain. Kamu meletakkan
sebuah perasaan di hatiku ketika aku menatap wajahmu..
Aku yang
salah..
Terlalu cepat aku melukis masa depanku bersamamu dalam cita, tanpa ada
sedikitpun keraguan akan terwujudny, bahkan tak pernah terlintas dalam benakku
akan kehancurannya..
Aku yang salah..
Perasaan yang benar-benar begitu nyaman hadir dalam lubuk hatiku saat berbicara
denganmu, membuatku tidak ingin beranjak dari sisimu sedikitpun..
Aku yang salah..
Aku membuat jiwa ini selalu ingin bersamamu.. duduk berdua membuat diri ini
menjadi candu.. tiba-tiba saja aku merasa takut dan khawatir akan kehilangan
sosokmu, terima kasih telah menerimaku selama ini..
Aku yang
salah..
Terkadang aku merasa tolol mengemis cinta kepadamu.. tetap mencintaimu walaupun
entah ke berapa kalinya aku menangis.. tetap berharap walau itu hanya sia-sia
saja..
***
Kasih, tidak usah kamu ajari aku bagaimana cara merindukanmu. Aku lebih tahu,
hatiku lebih sering mengadu tentang rasa itu..
Jangan kamu ajari aku bagaimana cara melupakanmu, karena hari-hariku sudah
disibukkan dengan bayang-bayangmu..
Teruslah
bercerita tentangmu, berbicaralah sampai salah satu dari kita tertidur. Aku
tidak akan bosan dengan semua yang kau ketik. Betapa sering aku menduga-duga, adakah
kode yang tersirat dalam kolom chat kita..
Kamu pasti tahu, bahwa aku berbohong, jikalau
aku bilang dengan mudahnya aku bisa melupakanmu. Karena itu seakan mustahil bagiku.
Foto dan video itu selalu membuatku diam-diam merasa nyaman..
Kamu pasti tahu, kalau aku begitu sulit melepas bayang-bayangmu di benakku..
Terkadang aku heran, hal apa yang membuatku takut akan kehilangan yang bukan
miliku?! Salahkah aku dan perasaanku?!..
Hadirnya diriku tak berpengaruh apapun bagimu, pedulimu tak sedalam peduliku
terhadapmu. Apa yang salah dari caraku mengagumimu?!..
Mungkin kamu hanya belum mengerti sedalam apa perasaanku. Jadi kamu hanya
mengabaikan ketulusanku dengan menjauhiku..
Mungkin kamu hanya
belum menyadari, bahwa cintaku padamu begitu dahsyatnya. Jadi kamu lebih sering
cuek dengan perhatianku..
Aku berharap suatu saat kau benar-benar paham seberapa besar keseriusan
perasaanku..
Andai kamu tahu, aku begitu tulus, perasaanku tanpa syarat, tapi bagaimana
dengan dirimu, pernahkah aku menjadi hal terpenting dalam hidupmu walau sekali
saja.
Doa adalah
caraku memelukmu dari kejauhan..
Tuhan, aku tidak tahu apakah pilihanku ini benar atau tidak, aku hanya
terkalahkan oleh keyakinanku yang begitu besar untuk bersamanya...
Aku hanya bisa meratap dalam doa menuju cahaya yang berpanorama indah di setiap
malam-malamku. Tetesan air mata dalam memintanya menjadi sesuatu yang paling
sabar aku tahan ..
Ade, aku tahu,
kamu masih memikirkannya..
Aku tahu kamu tak mencintaiku..
Tapi aku tak tahu mengapa aku masih bertahan dalam mencintaimu.
Padahal aku tak punya alasan lagi untuk mencintaimu, tapi hati ini tetap bersih
keras memilih untuk bertahan, bertahan, dan bertahan dalam cintaku terhadapmu..
Aku hanya
bertahan pada keyakinanku. Iya, keyakinan untuk menyayangimu, meskipun aku
tahu, ini tak mudah bagiku, tapi bahagiaku, senyumku adalah kamu..
Rasanya aku ingin mengubur rasa nyaman itu, agar tak ada seorang pun yang bisa
mengambilnya kembali, supaya kamu mengerti, betapa besarnya harapanku
terhadapmu..
Kasih, aku akan
tetap di sini, menunggumu di pintu harapan, sampai kamu keluar membukakan pintu,
menjemputku dengan sebuah keputusan.
Penulis : Imam Musthafa
Cairo, 22/02/2022
Mantap
BalasHapus