September 17, 2022

Alasan Allah Swt. Memilih Nabi-Nya dari Orang yang Bersifat Ummi (Tidak Bisa Membaca dan Menulis) Part 1

 



Refrensi: Kitab Ta’arrof ‘ala Habibikal Musthofa Saw. Hal. 51-53. Karya Syekh Mutawalli Asy-Sya’rowi

Penerjemah: Zainal Abidin Jailani

Darbul Ahmar, Cairo, 11 Juli 2022 M.


Karena apa Allah Swt. memilih Nabi Muhammad Saw. sebagai Nabi-Nya ? Padahal dia adalah orang yang ummi.

Imam Asy-Sya’rowi Ra. berkata:

Sebelum menurunkan wahyu kepada Rasulullah Saw., Allah Swt. menjauhkan setiap sifat syubhat basyariyah (keserupaan dengan manusia) dari diri Rasulullah Saw. yakni semisal seperti contoh bahwasannya wahyu yang akan diterima oleh Nabi Muhammad Saw. kemungkinan adalah ilmu yang manusiawi, baik itu berupa budaya ummat-ummat yang terdahulu atau mungkin ilmu yang dibaca dari kitab-kitab dan sebagainya.

Oleh karena itu, Allah Swt. memilih Nabi-Nya (Nabi Muhammad Saw) yang ummi. Makna ummi sendiri adalah: keberadaannya yaitu sebagaimana dia dilahirkan oleh ibunya (tidak belajar ilmu dari manusia). Dan sifat Ummi ini merupakan kemuliaan bagi Rasulullah Saw. kenapa demikian? Alasannnya yaitu karena Allah Swt. yang mana telah memilihnya sebagai akhir dari para utusan-Nya ingin mengajarinya dengan dzat-Nya sendiri, dan Allah Swt. menginginkan agar Rasulullah Saw. tidaklah mempelajari ilmu melainkan ilmu samawi (ilmu dari Allah Swt.). Oleh karena itu Allah Swt. menjadikannya sebagai orang yang ummi, dan hal itu juga merupakan indahnya pengaturan Allah Swt dalam mengutus Nabi Muhammad Saw.

Maka jika seandainya Rasulullah Saw itu bisa membaca dan menulis, maka orang-orang kafir pada masa itu pasti akan berkata bahwasannya Nabi mengambil ilmu (wahyu) dari apa yang telah dia baca, atau mengambil ilmu dari kitab-kitab orang terdahulu atau dari budaya-budaya ummat pada masa itu. Oleh karena itu, Allah Swt. menjadikannya tumbuh besar sebagai orang yang ummi, sehingga semua orang akan tau bahwasannya semua ilmu yang dimiliki oleh Rasulullah Saw. adalah ilmu yang datang dari langit. Hanya saja pemilihan Allah Swt. beserta hikmah yang terkandung di dalamnya ini telah dilupakan oleh orang-orang kafir, dan mereka mengakui bahwasannya Rasulullah Saw. itu diajari oleh sesama manusia. dan juga mereka mengakui bahwasannya Rasulullah mendapat ilmu tersebut dari mitos yang dibuat oleh orang-orang terdahulu.

Maka Allah Swt menolak pengakuan (perkataan) mereka, dan menyebutkan mukjizat keummian yang dimiliki oleh Rasulullah Saw melalui firman-Nya. Allah Swt berfirman:

وَمَا كُنْتَ تَتْلُوْ مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِيْنِكَ إِذًا لَّارْتَابَ الْمُبْطِلُوْنَ

Artinya: Dan engkau (Muhammad) tidak pernah membaca suatu kitab sebelum (Al-Qur’an) dan engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu; Sekiranya (engkau pernah membaca dan menulis), niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya. (QS. Al ‘Ankabut: Ayat 48)

Jadi Allah Swt. memalingkan semua sifat basyariyah dari Nabi Muhammad, sehingga Allah Swt menjadikannya sebagai orang yang ummi, sehingga dengannya Allah menolak atas pengakuan orang-orang yang berkata bathil dan yang memusuhi keimanan, yang mana mereka  berkata bahwasannya Rasulullah Saw mendapatkan Al-Qur’an dari hasil belajarnya sendiri. Oleh karena itu Allah Swt berkata pada Rasulullah: Jika seandainya engkau pernah membaca atau menulis sebelum datangnya nubuwah kepadamu, maka itu bisa menjadi hujah (dalil) bagi mereka orang-orang yang berkata bathil untuk mengatakan bahwasannya Al-Qur’an ini adalah sesuatu yang dihasilkan oleh dirimu sendiri. Tapi kenyataannya engkau tidak pernah membaca dan menulis, dan engkau tidak pernah membaca dan menulis satu kalimat pun dalam hidupmu sebelum datangnya Risalah. Jadi hujah-hujah yang mereka lontarkan, itu semuanya bathil dan tidak ada sanadnya, baik secara hak atau hakikat. Bahkan tak lain itu hanyalah bentuk penentangan karena ketidakimanan mereka, dan juga sebagai hujah bagi kekufuran mereka. Adapun hujah mereka itu di tolak. Dan dalam hal itu Allah berfirman kepada Nabi-Nya untuk menolak pengakuan-pengakuan mereka (orang orang ahli bathil):

قُلْ لَّوْ شَاءَ اللهُ مَا تَلَوْتُهُ عَلَيْكُمْ وَلَا أَدْرَىكُمْ بِهِ فَقَدْ لَبِثْتُ فِيْكُمْ عُمْرًا مِّنْ قَبْلِهِ أَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Jika Allah menghendaki, niscaya aku tidak membacakannya kepadamu dan Allah tidak (pula) memberitahukannya kepadamu”. Aku telah tinggal bersamamu beberapa lama sebelumnya (sebelum turun Al-Qur’an). Apakah kamu tidak mengerti? (QS.Yunus: Ayat 16).

Dan begitu juga Allah juga menuntut kepada Rasulullah untuk menolak pengakuan mereka dan berkata; Bahwasannya dia telah hidup bersama mereka selama 40 tahun (yakni waktu yang lama), dan tidak pernah berkata kepada mereka bahwasannya dia telah diberi wahyu. Jika seandainya mereka mau berfikir dengan akal mereka tentang seberapa lama masa Rasulullah hidup bersama mereka sebelum diberi wahyu, dan mereka tidak mengaku-ngaku perkataan bathil apapun, maka hal itu sudah cukup bagi mereka untuk bisa membenarkan Rasulullah Saw.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates