Karya : Dr. Nadhir Muhammad ‘Iyyadh
Diterjemahkan oleh : Samlan As-Sholeh
Apakah sebuah
pertanyaan yang sudah jelas itu tidak butuh
jawaban karena sudah jelas maksudnya?
Ketika
ketika kita sudah mengamalkan dakwah Sayyidina Muhammad Saw. maka pasti akan
menemukan kebaikan, menemukan undang-undang yang tepat dan akhlak yang baik
karena semuanya memang tujuan yang mulia yang dapat berdiri dengan tegak,
nilai-nilai yang benar dan pengaruh yang baik. Ada sebuah pondasi agama yang
harus ditegakkan yang terdiri dari tiga akar: Pertama akidah, syariat, dan akhlak.
Dan ketiganya merupakan sebuah hakikat agama, intisari adanya agama dan
petunjuk dalam mengaplikasikan. Ketiganya merupakan pusat hukum agama dan topik
hukumnya, dan semua itu merupakan tujuan dalam beragama, buah dari agama dan
petunjuk dari agama. Hakikat agama adalah : sesuatu yang membahas tentang ketuhanan yang membawa kepada
kebenaran dalam berkeyakinan dan juga membahas tentang kebaikan yang dijadika
solusi hidup dan bentuk pengamalan.
Dan yang
di atas merupakan tujuan para nabi, mulai dari Adam As. sampai Nabi Muhammad Saw.
mereka para nabi mengajak dengan kebaikan dan supaya berbuat baik dengan
manhaj-manhaj yang tidak ada tambahan dan pula tidak dikurangi, dan manhaj itu
beda dengan agama lain, yang mana manhaj itu memang datangnya dari Allah kepada
makhluk-Nya untuk berbuat baik, dan Allah adalah Dzat Yang Maha Tahu. Allah
Swt. berfirman dalam kitab suci-Nya: “Apakah ALLAH yang menciptakan itu
tidak mengatahui { yang kamu lahirkan atau rahasikan}; dan Dia Maha Halus lagi Maha
Mengetahui” { Al-Mulk 67:14}. Bahwa Allah adalah mengetahui terhadap
manusia yang berbuat baik dan yang mengajak kebaikan, dan ini merupakan misi
para Nabi dan para Rasul yaitu menyampaikan
kebaikan baik dalam keyakinannya dan
adab, atau dalam masalah perseoarangan dan kemaslahatan bersama. Dan para Nabi memulai
kebaikan dengan cara yang tertib, yaitu
dimulai dengan masalah ketuhanan (akidah) dan
kemudian dilanjutkan dengan yang lain.
Allah Swt.
mengutus Nabi dengan benteng dan penawar baginya, yaitu dengan aqidah, hukum
syariat mulai dari ibadah dan muamlah, baik muamalah dengan tuhannya dan
muamalah dengan makhluk, dan Allah Swt. mengutus nabi-Nya dengan memperbaiki
akhlak yang sesuai dengan keadaan dan tempatnya walaupun berakhlak dengan diri
sendiri atau dengan keluarganya.
Keutamaan
risalah terakhir yaitu mengedepankan akhlak, baik dalam akhlak menyuruh
kebaikan, mencegah keburukan, akhlak yang berhubungan dengan kebenaran yang
harus sesuai dengan zaman dan tempatnya, menjaga terhadap perbedaan-perbedaan
manusia, menjaga terhadap hak-hak manusia, membedakan antara keinginan dan
kemauan, dan menyarankan supaya aman dan tetap bersatu untuk tanah air dan
kenegaraan yang adil, dan juga supaya membentuk sebuah kota yang yaitu melalui
dengan kesepakatan dan kejadian bukan hanya dengan menghayal.
Bagaimana caranya kita mengatahui bahwa itu adalah
sebuah kebaikan yang datangnya dari Allah Swt ? Yaitu dengan menghukumi sesutu dengan adanya petunjuk dan bukti
bahwa itu datangnya dari Allah, yaitu dengan cara melalui ijtihad atau sesuatu
tersebut sudah didakwahkan oleh Nabi.
Sesuatu
yang terkandung dalam risalah kenabian tidak akan keluar dari kebenaran. Coba
kita lihat dakwah Nabi Muhammad Saw. Atau sesuatu yang datangnya dari Allah Swt.
mulai dari yang berbicara tentang akidah, muamalah dan sebuah adab, dan itu
merupakan sebuah kebenaran dan kebaikan dan bukan sesuatu yang tercela. Coba
bandingkan antara kehidupan manusia sebelum diutusnya Nabi dan sesudah
diutusnya Nabi; Syaikh Muhammad Abduh berkata:
”Apakah kamu
merenungkan bagaimana dia bisa mengajak kepada seluruh manusia dan jin untuk
mentauhidkan dan meyakinkan bahwa Allah Swt lah yang patut di sembah sedengkan dia
hanya seorang diri dan pada waktu itu masih sangat mengakar tentang penyembahan
nenek moyang mereka (berhala) dan mereka masih tenggelam dalam pemahaman tidak
adanya tuhan (ateisme) dan kaum zindiq? dan dia menyeru untuk meninggalkan
dan membuang terhadap sesembahannya dan membenamkan sesuatu yang menyerupai
terhadap antara ilmu ketuhanan yang suci
dan jasadnya yang suci dalam keserupaannya. Dia mengajak untuk menyembah
terhadap satu tuhan dan menolak terhadap segala sesuatu yang terwujud
adanya.’’
Rasulullah
Saw. mengajak kepada pemimpin kaum atau para raja untuk merendahkan diri
terhadap yang menciptkan langit dan
bumi, dan yang menguasai ruh-ruh mereka yang berada dalam jasadnya. Dan dia memperlakukan
terhadap orang yang menganut terhadap derajat yang pertengahan antara hamba dan
rob, dan Rasulullah menjelaskan kepada meraka dengan bukti, dan dia mengungkapkan
terhadap mereka dengan menggunakan cahaya wahyu, bahwa orang yang paling besar
diantara mereka dihadapan Allah bagaikan
yang paling rendah dari mereka, dia menuntut terhadap meraka untuk turun kepada
tempat tangga yang paling bawah dari hamba dan juga sama di hadapan Allah
seperti manusia manusia yang lain yaitu meminta pertolongan kepada satu tuhan
yaitu tuhannya para manusia dan seisinya dan mengajak kepada mereka untuk
menyadari bahwa salah satu dari mereka tidak ada yang lebih tahu atau yang
lebih utama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar