September 10, 2022

PETUNJUK KENABIAN

 


Karya : Dr. Nadhir Muhammad ‘Iyyadh

Diterjemahkan oleh : Samlan As-Sholeh

 

Apakah sebuah pertanyaan yang sudah jelas itu tidak butuh jawaban karena sudah jelas maksudnya?

Ketika ketika kita sudah mengamalkan dakwah Sayyidina Muhammad Saw. maka pasti akan menemukan kebaikan, menemukan undang-undang yang tepat dan akhlak yang baik karena semuanya memang tujuan yang mulia yang dapat berdiri dengan tegak, nilai-nilai yang benar dan pengaruh yang baik. Ada sebuah pondasi agama yang harus ditegakkan yang terdiri dari tiga akar: Pertama akidah, syariat, dan akhlak. Dan ketiganya merupakan sebuah hakikat agama, intisari adanya agama dan petunjuk dalam mengaplikasikan. Ketiganya merupakan pusat hukum agama dan topik hukumnya, dan semua itu merupakan tujuan dalam beragama, buah dari agama dan petunjuk dari agama. Hakikat agama adalah : sesuatu yang membahas tentang ketuhanan yang membawa kepada kebenaran dalam berkeyakinan dan juga membahas tentang kebaikan yang dijadika solusi hidup dan bentuk pengamalan.

Dan yang di atas merupakan tujuan para nabi, mulai dari Adam As. sampai Nabi Muhammad Saw. mereka para nabi mengajak dengan kebaikan dan supaya berbuat baik dengan manhaj-manhaj yang tidak ada tambahan dan pula tidak dikurangi, dan manhaj itu beda dengan agama lain, yang mana manhaj itu memang datangnya dari Allah kepada makhluk-Nya untuk berbuat baik, dan Allah adalah Dzat Yang Maha Tahu. Allah Swt. berfirman dalam kitab suci-Nya: “Apakah ALLAH yang menciptakan itu tidak mengatahui { yang kamu lahirkan atau rahasikan}; dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui” { Al-Mulk 67:14}. Bahwa Allah adalah mengetahui terhadap manusia yang berbuat baik dan yang mengajak kebaikan, dan ini merupakan misi para  Nabi dan para Rasul yaitu menyampaikan kebaikan baik dalam  keyakinannya dan adab, atau dalam masalah perseoarangan dan kemaslahatan bersama. Dan para Nabi memulai kebaikan dengan cara yang tertib, yaitu dimulai dengan masalah ketuhanan (akidah) dan kemudian dilanjutkan dengan yang lain.

Allah Swt. mengutus Nabi dengan benteng dan penawar baginya, yaitu dengan aqidah, hukum syariat mulai dari ibadah dan muamlah, baik muamalah dengan tuhannya dan muamalah dengan makhluk, dan Allah Swt. mengutus nabi-Nya dengan memperbaiki akhlak yang sesuai dengan keadaan dan tempatnya walaupun berakhlak dengan diri sendiri atau dengan keluarganya.

Keutamaan risalah terakhir yaitu mengedepankan akhlak, baik dalam akhlak menyuruh kebaikan, mencegah keburukan, akhlak yang berhubungan dengan kebenaran yang harus sesuai dengan zaman dan tempatnya, menjaga terhadap perbedaan-perbedaan manusia, menjaga terhadap hak-hak manusia, membedakan antara keinginan dan kemauan, dan menyarankan supaya aman dan tetap bersatu untuk tanah air dan kenegaraan yang adil, dan juga supaya membentuk sebuah kota yang yaitu melalui dengan kesepakatan dan kejadian bukan hanya dengan menghayal.

Bagaimana caranya kita mengatahui bahwa itu adalah sebuah kebaikan yang datangnya dari Allah Swt ? Yaitu dengan menghukumi sesutu dengan adanya petunjuk dan bukti bahwa itu datangnya dari Allah, yaitu dengan cara melalui ijtihad atau sesuatu tersebut sudah didakwahkan oleh Nabi.

Sesuatu yang terkandung dalam risalah kenabian tidak akan keluar dari kebenaran. Coba kita lihat dakwah Nabi Muhammad Saw. Atau sesuatu yang datangnya dari Allah Swt. mulai dari yang berbicara tentang akidah, muamalah dan sebuah adab, dan itu merupakan sebuah kebenaran dan kebaikan dan bukan sesuatu yang tercela. Coba bandingkan antara kehidupan manusia sebelum diutusnya Nabi dan sesudah diutusnya Nabi; Syaikh Muhammad Abduh berkata:

”Apakah kamu merenungkan bagaimana dia bisa mengajak kepada seluruh manusia dan jin untuk mentauhidkan dan meyakinkan bahwa Allah Swt lah yang patut di sembah sedengkan dia hanya seorang diri dan pada waktu itu masih sangat mengakar tentang penyembahan nenek moyang mereka (berhala) dan mereka masih tenggelam dalam pemahaman tidak adanya tuhan (ateisme) dan kaum zindiq? dan dia menyeru untuk meninggalkan dan membuang terhadap sesembahannya dan membenamkan sesuatu yang menyerupai terhadap antara  ilmu ketuhanan yang suci dan jasadnya yang suci dalam keserupaannya. Dia mengajak untuk menyembah terhadap satu tuhan dan menolak terhadap segala sesuatu yang terwujud adanya.’’

Rasulullah Saw. mengajak kepada pemimpin kaum atau para raja untuk merendahkan diri terhadap  yang menciptkan langit dan bumi, dan yang menguasai ruh-ruh mereka yang berada dalam jasadnya. Dan dia memperlakukan terhadap orang yang menganut terhadap derajat yang pertengahan antara hamba dan rob, dan Rasulullah menjelaskan kepada meraka dengan bukti, dan dia mengungkapkan terhadap mereka dengan menggunakan cahaya wahyu, bahwa orang yang paling besar diantara mereka dihadapan Allah  bagaikan yang paling rendah dari mereka, dia menuntut terhadap meraka untuk turun kepada tempat tangga yang paling bawah dari hamba dan juga sama di hadapan Allah seperti manusia manusia yang lain yaitu meminta pertolongan kepada satu tuhan yaitu tuhannya para manusia dan seisinya dan mengajak kepada mereka untuk menyadari bahwa salah satu dari mereka tidak ada yang lebih tahu atau yang lebih utama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates