Maret 13, 2016

,


      
 Ajang Silaturahim FOSIKBA al-Khairat dengan IKBAL al-Amin


Seiring dengan berkembangan waktu, hari demi hari, anggota FOSIKBA silih berganti. Tak sedikit para mahasiswa yang datang ke bumi kinanah untuk menggali berbagai disiplin ilmu , terkhusus  pada anggota FOSIKBA rata-rata mereka mahasiswa baru. Mereka bisa dikatakan generasi baru untuk meneruskan program-program yang terselenggara dalam angenda kegiatan FOSIKBA.
Namun, di sisi lain dengan kedatangan mereka tentunya tidak semua yang akrab  bahkan mengenali satu dengan lainnya, lebih-lebih mahasiswa asal Madura yang sangat mengeratkan tali persaudaraan sesama Maduranya. Ungkapan yang sering terdengar dari mereka “Salam Sèttong dharà “. Dari sini FOSIKBA mengajak semua anggotanya untuk selalu mempererat ikatan silaturahim.
Maka, besok sore hari Senin merupakan ajang silaturahmi seluruh anggota FOSIKBA dengan IKBAL. Dimana IKBAL merupakan wadah para santri asal al-Amin Sumpenep Madura. Silaturahmi ini dekemas dengan pecan sehat yaitu diisi dengan futsal bersama.
Program ini hasil dari inisiatif divisi olahraga dan divisi HUMAS (Hubungan Masyarakat) yang bertujuan untuk menjaga kesolidan bersama antar anggota yang hamper sulit untuk berjumpa dan berkumpul bersama terkecuali dalam agenda seperti ini.
,



Secara literal, radikalisme berasal dari akar kata Radikal, yang memiliki beberapa arti, diantaranya bermakna tegas dalam menuntut dan bertindak, serta keras dalam menuntut suatu perubahan, baik dalam ranah pemerintahan di dalam menetapkan undang-undang maupun lainnya.  Dalam kaca mata Wikipedia Bahasa indonesia, Radikalisme berarti suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan cara kekerasan. Namun bila dilihat dari sudut pandang keagamaan dapat diartikan sebagai paham keagamaan yang mengacu pada fondasi agama yang sangat mendasar dengan fanatisme keagamaan yang sangat tinggi, sehingga tidak jarang penganut dari paham/ aliran tersebut menggunakan kekerasan kepada orang yang berbeda paham untuk mengaktualisasikan paham keagamaan yang dianut dan dipercayai untuk diterima secara paksa.

Flash back ke belakang, pada asasnya benih-benih radikal telah bermula pada era para Sahabat, hal ini terbukti dengan adanya sekte Khawarij yang sejatinya keluar dari lingkaran Imam Ali R.A. dan syi’ah yang berpijak pada konsep Imamiyah yang dalam ranah aplikatifnya terlalu melewati batas akan rasa cintanya atas Imam Ali R.A. Bahkan, lebih dari itu, disebutkan bahwa Imam Ali R.A adalah Tuhan. yakni, dengan menggulingkan argumentasi riil jika Malaikat Jibril a.s salah alamat dalam menyampaikan wahyu yang telah diperintahkan oleh Allah Swt. Disinilah sikap tidak rasionalisasi kelompok syi'ah sebagai acuan dasar mereka.

Sungguh, dalam hal ini, Rasulullah   saw. telah memprediksi dari jauh hari, bahwa akan ada kelompok yang mengatas namakan dirinya sebagai islam. akan tetapi, secara implisit akan merobohkan idology orang-orang islam itu sendiri. 

حذيفة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (إن ما أتخوف عليكم رجل قرأ القرآن حتى إذا رئيت بهجته عليه وكان ردءاً للإسلام غيّره إلى ما شاء الله فانسلخ منه ونبذه وراء ظهره وسعى على جاره بالسيف ورماه بالشرك. قال قلت يا نبي الله أيهما أولى بالشرك المرمي أم الرامي؟ قال: بل الرامي) رواه ابن حبان .
Artinya :
 Huzaifah R.A berkata : Rasulullah swt. Bersabda : “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas kalian adalah seseorang yang membaca al-qur’an.  hingga terlihat agung kebesaran Al-Qur’an pada dirinya. Dia senantiasa membela islam, kemudian dia mengubahnya, lantas dia keluar darinya. Dia mencampakkan al-qur’an dan pergi menemui tetangganya dengan membawa pedang dan menuduhnya syirik. Saya hudzaifah bertanya : “Wahai Nabi Allah, siapakah diantara keduanya yang lebih berhak atas kesyirikan, yang dituduh ataukah yang menuduh?” beliau menjawab : Yang menuduh”. (H.R: Ibnu Hibban).

Dari sini, bila dikolaborasikan antara hadist diatas dengan kehidupan nyata, minimalnya akan menemukan beberapa titik temu yang cukup krusial untuk diangkat. dintaranya, tentang pentakfiran  (peng-kafiran), dan pem-bid’ahan.

Pertama masalah pentakfiran :
secara Historis, Problematika pentakfiran dalam kancah social telah muncul mulai beberapa tahun kedepan, hal ini terbukti dengan adanya sekte-sekte yang mengatas namakan dirinya sebagai islam namun, dalam ranah ideology dan aplikatifnya cenderung berbeda dengan ajaran syari’at yang menjunjung tinggi bendera wasaty (moderat) serta mengakibatkan orang lain tidak tenang.  Semisal, sayyid Qutub yang berasumsi bahwa; pemerintahan yang tidak mempraktekkan dirinya dengan metodologi keislaman mereka diklaim kafir. Dan kaum wahabi yang pada gilirannya dikenal dengan sapaan salafi . Dalam realintanya, mereka tidak segan untuk men-syirikkan siapa saja yang melakukan ibadah yang dalam kenyataannya tidak pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. seperti masalah klasik; ziarah qubur, membaca tahlil dan lain sebagainya.  

Dalam hal ini Syekh Usamah Al-Azhari dalam karyanya Al-Haq Al-Mubiin mengomentari bahwa ; “Hak prioritas pengkafiran hanyalah milik Allah swt, semata”. Jadi tidak ada yang berhak diantara kita untuk mengkafirkan antar satu sama lainnya.

Kedua masalah pem-bid’ahan :
Diantara definisi bid’ah Menurut Bahasa, adalah hal baru, mulai, dan pemecah. Sedangkan secara terminology sebagaimana persepsi Imam Al-Suyuti dalam kitab Al-Mubtadi'ah yaitu “suatu perbuatan yang tidak sejalan dengan  tirai syar’I.  

Dalam kancah internasional, semua para ulama sepakat mengklasifikasikan bid’ah menjadi beberapa bagian, yaitu bid'ah wajibah (wajib), Muharramah (haram), Mandubah (sunnah), makruhah (makruh), dan Mubahah (boleh). hal ini sebagaimana  yang telah diperkuat oleh Ulama Monumental sepanjang sejarah, seperti dari kalagan Imam syafi’I diwakili oleh ; Izz bin Abdi salam, Imam Nawawi, dan  Abu syamah, dari Malikiyah; Al-qarafi, dan Al-Zarqani, dari Hanafiyah; Ibnu ‘Abidin, dari Hanafiyah; Ibnu Al-Jauzy, serta dari golongan al-dhahiriyah ; Ibnu Hazm.

adapun tendensi tentag terbaginya bid'ah diantaranya adalah hadist Marfu' :

من سن سنة حسنة فله أجرها وأجر من عمل بها إلى يوم القيامة, ومن سن سنة سيئة, فعليه وزرها ووزر من عمل بها إلى يوم القيامة" رواه مسلم فى صحيحه
  
Artinya : "Barang siapa yang berbuat perbuatan baik, niscaya ia akan mendapatkan pahala dan pahala orang lain yang mengerjakannya sampai hari kiamat, dan barang siapa yang berbuat perbuatan buruk, niscaya akan mendapatkan dosa dan dosa orang lain yang mengerjakannya sampai pada hari kiamat. (H.R: Imam Muslim dalam kitab shahihnya).

meski demikian, ada segelintir kalangan yang mendistorsi bid’ah tersebut, sehingga mengalami penyempitan makna, dan  menyudut sampingkan masyakat kecil yang secara dasar keislamannya masih elastis. 

misalkan aliran Salafy; dari aspek ideology, mereka meyakini bahwa tawasul berimplikasi syirik, ziarah qubur, dan baca tahlil dikatakan bid’ah dan lain sebagainya.

Menanggapi hal ini, Syekh Dr. Ali Jum’ah dalam karyannya Al-Mutasyaddidun hal. 71 mengatakan bahwa : “tawasul kepada Nabi Muhammad Saw. di dalam do’a versi mereka (salafi) tergolong Haram. dengan kata lain, Mereka tidak tanggung-tanggung mengklaim seseorang yang melakukan perbuatan tersebut masuk dalam kategori Syirik (menyekutukan diri pada Allah). Padahal, dalam masalah ini, konsensus ulama empat madzhab dengan memberi legitimasi tawasul tersebut sebagai hal yang baik, bahkan ini disunnahkan. Sebab, ini tidak pernah dipertentangkan sama sekali, baik pada era nabi sendiri maupun setelahnya. Kecuali Ibnu taymiyah yang tetap bersikukuh atas statemennya dengan membedakan antara tawasul atas Nabi pada masanya dan setelahnya”.

Lantas, menyikapi hal demikian, tidak layak-kah kita untuk tidak mengikuti langkah-langkah para ulama terdahulu? sedangkan beliau adalah pewaris Ilmu sekaligus orang-orang terdahulu yang telah teruji kealimannya. 

Semoga kita senantiasa berada dalam lindunganNya dan mendapat Hidayah-Nya. Amiin.


Oleh : Muchtar Makin Yahya
,


Oleh; Fauzul Bari

Menjadi orang pintar sungguh sangatlah mudah, tinggal belajar dengan tekun, menghafal dan menelaah. Namun menjadi orang bijak sungguh sangatlah sulit, harus di lalui dengan proses yang panjang, penuh dengan cobaan, penderitaan, dan bahkan dengan tetesan air mata.
 
Betapa banyak orang pintar, namun, tidak mampu mengkondisikan keadaan, dan menempatkan sesuatu pada tempatnya. Sehingga kepintarannya dapat mencelakakan dirinya dan orang lain, kepintarannya hanya akan menjadi jembatan mala petaka bagi dirinya. 
 
Sungguh betapa malangnya jika seseorang hanyalah pintar namun tidak bijak. teringat dengan istilah Intellectual Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ)dan Spritual Qutient, bahwa kecerdasan intelektual (IQ) hanyalah membutuhkan 6%-20% untuk mengantarkan manusia sukses, sedangkan sisanya adalah 80% untuk kecerdasan emosional (ES)+ kecerdasan spritual (SQ) yang mana kedua ini akan lebih mengantarkan manusia untuk sukses.
 
Namun, mirisnya anak bangsa pada era android ini, selalu beranggapan jika hanya dengan IQ ia akan menjadi sukses, sehingga ia berbondong-bondong mencari sekolah favorit, universitas terbaik, kursus kemana-mana dan lain sebagainya. namun, EQ dan SQ tidak pernah ia pedulikan. 
 
Oleh karena itu, terjadilah kerusakan dimana-mana, pemerkosaan semakin marak, perzinahan di anggap biasa, korupsi berubah menjadi hobby, pembunuhan semakin meningkat bahkan ada yang terbaru lagi yaitu LGBT.
 
Terus mau dikemanakan bangsa ini?
Ingin menikmati apa yang tengah terjadi?
Hanya sebagai penonton?
Tidak ada rasa peduli?
 Ataukah hanya ingin berkata "ini biasa sudah akhir zaman". Astaghfirullah.
 
Andalah para pemuda-pemudi yang akan meneruskan bangsa ini, jangan sampai kalian seperti mereka (yang menebarkan kerusakan-kerusakan di muka bumi ini), dengan senantiasa menjaga EQ dan SQ kalian, carilah pendidikan yang bernuansa agama Islam seperti pondok pesantren, dan MA, yang lebih memprioritaskan pelajaran agama dari pada umum, hiduplah di lingkungan itu agar EQ dan SQ kalian sedekit demi sedikit terbangun, atau mencari guru pribadi untuk senantiasa membangun dan mendidik EQ dan SQ kalian, banyak cara untuk membangun EQ & SQ kalian, tergantung kalian sendiri, karena kalian-lah calon orang sukses pada masa depan.

Ingat IQ+EQ+SQ= sukses

Ingat IQ juga penting, tapi EQ dan SQ lebih penting ....!

Ingat !!! menjadi orang pintar harus, tapi, menjadi orang bijak lebih harus lagi...

mari kita membangun bangsa yang berprestasi dunia akhirat. 

Februari 10, 2016

,



Awal langkahku menyapa dunia bak orang bisu yang ingin berkata namun tak mampu tuk mengatakannya, dimulai dari huruf A, B, C, hingga pada akhirnya dia mampu untuk mengutarakan semua apa yang ingin dia sampaikan yaitu Z .

Menapaki dunia tidak semudah mengedipkan kedua mata, menghirup udara, dan melembaikan kedua tangan kanan dan kiri, karena dunia diciptakan dengan berbagai tujuan, sehingga siang dan malampun memiliki corak yang berbeda.

Ibarat seorang pasutri, siang ibarat sang bapak, artinya segala hal yang berhubungan dengan nafakah batin maupun dhahir dipasrahkan penu kepadanya. Sebaliknya, malam ibarat sang Ibu yang tak pernah letih tuk mendo’akan dan menjadi sandaran sang suami dikala ia ingin bertutur sapa.

Follow Us @soratemplates