Oktober 01, 2016

,

Oleh; Ach. Ghazali Muhammad

يريد المرء أن يؤتى مناه # ويأبى الله إلا ما أرادا
يقول المرء فائدتي ومالي # وتقوى الله أعظم ما استفادا
“Setiap orang menginginkan impiannya tercapai. Tapi, Allah yang akan menentukan semuanya. Ia berkata, “Bila keinginanku tercapai ia akan berguna dan menjadi bekalku”. Sedangkan hal yang sangat bergunan baginya hanyalah taqwa kepada Allah.

Tidak semua yang kita inginkan akan tercapai, karena dunia bukanlah tempat pesanan. Kita hanya bisa berusaha untuk menggapainya. Namun, semua akan berakhir di tangan Tuhan. Satu di antara beberapa hal yang harus kita ketahui, bahwa suatu impian yang tidak tercapai bukanlah akhir dari segalanya dan dibalik semua itu pasti ada hikmanhya.

Dalam Agama Islam kita sudah diperintah untuk selalu berprasangka baik kepada siapapun termasuk kepada takdir Tuhan yang kita rasakan. Sebagaimana dalam Hadist Qudsi, Tuhan mengatakan bahwa Dia tergantung prasangka hambaNya.

Namun, yang perlu diberi garis bawah dan harus kita akui bahwa Allah tidak akan berbuat zalim kepada siapapun dan apa yang dia berikan kepada kita itulah yang terbaik buat kita meskipun secara kasat mata sangat tidak diinginkan. Sebab, apa yang kita anggap tidak baik justru kadang menjadi yang terbalik bagi kita.

Alkisah, pernah ada seseorang terdampar dari kapal lautnya dan sampai di tepi sebuah pulau. Cuaca ditempat itu sangat dingin dan dia tidak mempunyai bekal apapun. Yang ada hanyalah kayu bakar yang dia gunakan untuk menyalakan api guna menahan rasa dingin. Suatu hari saat dia menyalakan api dia tertidur dan semua kayu bakar yang ada hangus terbakar. Ketika terbangun dia sangat menyesali keterlelapannya dan berpikir apa yang akan menjadi penahan dingin pada hari-hari berikutnya? Namun, tidak lama dari itu ada kapal yang berlabuh ke pulau tersebut dan mempersilhkannya untuk ikut bersama mereka. Dia sangat heran dan bertanya kepada para awak kapal “Dari mana kalian tau bahwa disini ada orang?” Mereka menjawab “Dari asap yang engkau kirimkan”.

Dari cerita singkat diatas bisa kita ambil ibroh bahwa apa yang sudah kita rencanakan dan tidak sesuai dengan harapan belum tentu akan berdampak negatif. Jusrtu sebaliknya, kadang hal itulah yang akan membawa kemaslahatan bagi kita. Karena rencana Allah selalu berakhir indah.

Sejenak kita lihat dan telaah kembali firman Allah dalam surah al-Baqarah: 216
كتب عليكم القتال وهو كره لكم، وعسى أن تكرهوا شيئا وهو خير لكم، وعسى أن تحبوا شيئا وهو شر لكم، والله يعلم وأنتم لا تعلمون (البقرة:216)
“Dawajibkan atas kamu berperang, padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Q.S al-Baqarah:216).

Diantara hikmah diturunkannya ayat diatas yaitu agar orang Islam terbiasa menerima Hukum Syar’ie meskipun di dalamnya terdapat kesulitan. Dan juga hikmah dari suatu taklif itu berdasarkan mashlahah dan mafsadahnya bukan dengan disukai atau tidak. Sebab sesuatu yang tidak disenangi kadang menyimpan kebaikan sedangkan dalam hal yang kita inginkan kadang mengakibatkan kehancuran dan semua itu tergantung tujuan akhirnya.

Tidak tercapainya suatu keinginan adalah suatu proses dan sunnatullah di dunia ini. Sehingga, tidak heran kita sering mendengar perkataan, “Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda”. Namun, bukan berarti kita selalu menunggu bola dan berpangku tangan untuk mencapainya. Sebab, yang namanya proses pastilah membutuhkan pengorbanan. Hidup adalah perjuangan dan perjuangan membutuhkan pengorabanan. Tidak mau berkorban? Ya, jangan hidup! Hehehe....

Jika kita melihat kembali sejarah orang-orang hebat pastilah melalui proses yang sangat rumit. Nabi Yusuf menjadi perdana menteri setelah sekian lama harus mendekam di penjara, disamping harus berpisah dengan ayahanda tercintanya. Thomas berhasil menemukan lampu setelah seribu kali melakukan percobaan. Ya, begitulah! Semuanya membutuhkan proses. (Para pemuda-pemudi sekarang mungkin hanya berpikir saya dan kamu akan menjadi kita setelah melalui proses rumit juga hehehe....)

Diantara faktor yang sangat urgent dalam tercapainya cita-cita adalah keinginan yang kuat dan management yang baik. Jika kita hanya memiliki keinginan tanpa mengatur dengan baik atau hanya berencana, tapi tidak pernah dilakukan. Maka, kemungkinan besar hasilnya nihil. Jadi keduanya harus bersamaan.
حسن الإرادة لابد أن يقترن مع حسن الإدارة
“Keinginan yang kuat harus bersamaan dengan management yang baik”

Kesimpulan yang bisa kita ambil dari uraian singkat di atas yaitu apabila impian kita belum tecapai tidak harus kecil hati dan apabila sudah tercapai tidak boleh jemawa. Terakhir kita simak perkataan seorang penyair:
ما كل ما يتمنى المرء يدركه # تجري الرياح بما لاتشتهي السفن
“Tidaklah semua yang diinginkan seseorang akan tercapai, anginpun kadang bertiup bukan sekehendak kapal”.

Tuhan tidak akan memberikan apa yang kamu inginkan, melainkan apa yang kau butuhkan Dia akan penuhi.
Dan apa yang baik menurutmu belum tentu baik di sisiNya.



In sya allah…..

September 30, 2016

,

Oleh; M. Muchtar Makin

Dunia pasti berputar begitulah potongan lirik dari lagu Ariel NOAH yang menyimpan banyak makna. Jika dulu kita hanya seorang anak-anak. Maka, sekarang sudah tidak lagi. Kita sudah bisa berfikir dan berusaha sendiri. Jika kita dulu tidak mengenal huruf dan angka, sekarang tidak lagi. Jika dulu kita belajar karena adanya dorongan ekster-nal baik itu dari keluarga, guru, teman, lingkungan dsb. Sekarang kita belajar karena adanya faktor internal yang tumbuh dari diri kita sendiri.
Akan tetapi, ketika dua faktor – internal dan ekster-nal – diatas sudah tidak lagi menjadi motivasi untuk belajar. Berarti kita sudah mati di waktu masih hidup. Racun berbisa telah membunuh kita melalui spirit belajar. Tanpa belajar kita adalah mayat yang berjalan.
Sangatlah sulit untuk membangkitkan kembali sprit yang sudah mati. Akan tetapi, selama di dalam diri kita masih terdapat sepotong asa, janganlah berputus asa. Karena harapan adalah sebuah mukjizat yang dapat mewujudkan apa saja yang kita inginkan.
Coba kita perhatikan orang-orang hebat disekitar kita semisal Quraisy Shihab, Nurcholish Majid, Harun Nasution, Yusuf Qardhawy dan para ilmuan lainnya. Mereka semua tidak dilahirkan hebat. Akan tetapi, kegigihan belajarlah yang menjadikan merekah hebat. Sehingga mampu melahirkan inspirasi-inspirasi baru dalam dunia pemikiran. Mustahil jika ada orang hebat tanpa melalui proses belajar.
Dulu saya sangat giat belajar kenapa sekarang rasa giat itu lenyap? Dulu saya sangat gemar membaca kenapa sekarang saya digrogoti rasa malas? Dulu saya bisa menye-lesaikan beberapa buku di sela-sela waktu yang padat. Kenapa sekarang saya tidak mampu menyelesaikan satu buku pun. Padahal, waktuku sekarangalebih luas?
Mungkin kita semua pernah mempunyai beberapa penggalan pertanyaan di atas. Jangan khawatir! Itu adalah hal yang biasa. Sifat manusia memang seperti itu, selalu berubah-ubah. Kita Cuma butuh sedikit resep atau tips untuk menjaga semangat belajar kita agar tetap bugar dan fresh.
Di sini saya memiliki dua tips jitu (in sya Allah) untuk menjaga spirit belajar kita agar tetap bugar dan fresh.
Pertama; dengan menciptakan lingkungan yang edukatif. Orang cerdas bukanlah orang yang dipengaruhi oleh ling-kungan, akan tetapi ia mampu mempengaruhi lingkungan dengan kata lain mampu menciptakan lingkungan.



Tidak dapat dipungkiri, bahwa lingkungan memiliki peran besar dalam menentukan prestasi seorang pelajar. Lingkungan yang baik kemungkinan besar akan melahirkan pelajar yang baik dan berprestasi. Tapi sebaliknya, jika lingkungannya sudah rusak dan orang yang berada di dalamnya tidak dapat mengendalikan lingkungan tersebut otomatis ia akan terbawa. Dari situ, lahirlah pelajar yang malas, nakal, dan berutal.
Apakah saya masih mempunyai peluang untuk merubah lingkungan tersebut menjadi lebih baik? Tentu bisa! Dengan menanam kesadaran pada diri kita bahwa kesuk-sesan tidak akan bisa dicapai kecuali dengan belajar.
 Kesadaran ini yang akan selalu mengajak kita untuk senantiasa belajar kapanpun dan dimanapun kita berada. Tidak peduli lingkungan itu baik atau buruk. Dengan begitu titik fokus kita tidak lagi tertuju pada baik-buruknya suatu lingkungan. Melainkan pada cara meraih kesuksesan itu.
 Kita tahu bahwa kesuksesan itu ibarat puncak yang tinggi sedangkan belajar adalah tebing yang harus kita daki. Tidak perduli seberapa terjal dan bahaya tebing tersebut. Karena tanpa melalui tebing terseut kita tidak akan bisa sampai pada puncak.
Ketika kesadaran itu tertanam pada diri kita, secara tidak langsung kita sudah mulai merubah lingkungan tersebut menjadi lebih baik. Bahkan dengan cara ini, lambat laun akan merambat pada teman-teman kita yang berada di sekitar kita.
Setelah kita terbiasa belajar kita akan sadar bahwa belajar adalah suatu kebutuhan primer. Ketika kita sadar akan pentingnya belajar kita tidak akan menoleh lagi pada lingkungan.
Kedua; konsisten. Sebetulnya, poin ini merupakan suplemen dari poin pertama, karena sebaik apapun kita belajar, seindah apapun kita membaca, segiat apapun kita belajar apabila tidak dilakukan secara konsisten, hasilnya tidak akan maksimal. Oleh karena itu, agama kita mengajarkan untuk selalu konsisten dalam melakukan sesuatu. Karena, Pekerjaan yang konsisten meskipun sedikit jauh lebih baik dari pada pekerjaan yang banyak namun tidak konsisten.
Dengan kesadaran akan pentingnya belajar dan melakukannya secara konsistern kita tidak akan lagi dikuasai dan diperbudak oleh lingkungan. Akan tetapi, kitalah yang akan menguasai dan memperbudak lingkungan. Enak, kan? He he he!
In sya Allah! Dengan dua tips di atas semangat belajar kita akan tetap bugar dan fresh. Selamat mencoba!

Yang terahir, ingat kata saya tadi di atas! Orang cerdas bukanlah orang yang dikuasai oleh lingkungan, akan tetapi, dialah yang mampu menguasai lingkungan, seburuk apapun itu. Nothing Impossible! Semoga bermanfaat.

September 29, 2016

,



Oleh; Syaifullah Baihaqi 

Ya! Mungkin itu kata yang tepat untuk Masisir (Mahasiswa/i Indonesia Mesir). Ups! Jangan salah mengartikan judul di atas. Mungkin, banyak di kalangan mahasiswa/i Indonesia di Mesir bertanya-tanya ketika membaca judul di atas. Ya, maklumlah karena sekarang  masih ramai pembicaraan tentang dipindahnya Fakultas Syariah ke tempat semula (Daroosah). Tapi, tulisan ini tidak akan membicarakan hal tersebut, walaupun sebenarnya ada kaitannya dengan berita dipindahnya fakultas syariah ke darrosah di atas. Nah, apa sih yang akan dibicarakan penulis dari judul di atas?

Mahasiswa/i adalah agen perubahan masyarakat atau bangsa yang sering dikenal dengan agent of change, apalagi mahsiswa/i Timur Tengah. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri, karena kita tahu bahwa masyakat sedang menunggu mereka. Terus bagaimana kita mempersiapkannya? Apakah kita hanya termenung begitu saja? Atau hanya tidur begitu saja? Maka dari itu perlu kiranya kita kembali ke Darrosah (Talaqqi ke masyaikh yang ada di masjid al-azhar dan sekitarnya) untuk mempersiapkan bekal katika pulang ke masyarakat sebagai agen perubahan Bangsa Asia, khususnya Indonesia tercinta.

Mari kita kembali ke sejarahجامعة الأزهر الشريف  ( Universitas al-Azhar yang mulia), جامعة الأزهر الشريف adalah pusat ilmu dunia Sunni. Universitas tersebut sangat berhubungan erat dengan Masjid al-Azhar di wilayah Kairo Kuno. Masjid ini, dibangun sekitar tahun 970-972 M. pada masa Fatimiyyah. Baru pada tahun 988 M. dibangunlah Universitas al-Azhar yang seperti sekarang ini. Walaupun demikian, di Masjid al-Azhar sendiri masih tetap berlangsung proses belajar-mengajar sampai sekarang. Sehingga melahirkan tokoh-tokoh terkenal seperti al-Sayuti, al-Bajuri dan ulama-ulama dunia masa kini seperti al-Syahid al-Buthi, Syaikh Ali Jumah dan yang lainnya.

Belajar-mengajar (yang sangat populer di kalangan masisir dengan sebutan Talaqqi) di Masjid al-Azhar sangatlah berkotribusi besar bagi pelajar yang datang ke mesir. Menurut Prof. Dr. Usamah al-Azhari, waktu normal yang dibutuhkan untuk menjadi azhary adalah sepuluh sampai lima belas tahun. Karena, terdapat 12 ilmu utama di al-Azhar yang harus dipelajari, melalui tiga jenjang: Mubtadi’, Mutawassit, dan Munthahi. Total ada 36 majelis ilmu yang harus dilalui para pelajar di al-Azhar. Semua ilmu tersebut dan beberapa ilmu tambahan lainnya merupakan pelajaran wajib untuk mencetak azhary.

Ketika kembali ke sejarah al-Azhar. Maka akan ditemukan bahwa di masjid tersebut terdapat beberapa Ruwaq (ruang belajar) diantaranya; Ruwaq Al-Turk (tempat orang Turki), Ruwaq al-Syawam (tempat orang Syam), Ruwaq al-Kurd (tempat orang Kurdi), Ruwaq al-Magharibah (tempat orang Afrika Utara), Ruwaq al-Bukhara (tempat orang Asia Tengah).

Pada masa dahulu masjid tersebut menyediakan sekitar sepuluh pengajar ahli untuk setiap kitab yang diajarkan. Sehingga, hal tersebut memberikan kebebasan bagi pelajar untuk memilih guru yang cocok, sesuai jenjang dan karakternya. Jika kita kalkulasi, dari 36 kitab dikalikan 10 pengajar maka, akan menghasilkan 360 majelis ilmu yang berada di al-Azhar, dan itu adalah jumlah pilar-pilar masjid al-azhar, yang biasanya setiap syaikh besandar kepada pilar-pilar tersebut saat mengajar. Bahkan, pada masa sekarang terdapat beberapa Madyafah di sekitar Masjid al-Azahar yang menyediakan pengajar yang ahli dalam bidangnya seperti; Madyafah Syaikh Ismail, Syaikh Ali Jumah dan Syaikh Imron al-Dah.  Hal tersebut sangat membantu bagi para pelajar baik yang datang dari penjuru dunia maupun orang mesir sendiri. Dari cara belajar-mengajar tersebut lahirlah beberapa ulama yang terkenal dari masa kemasa seperti yang telah disebutkan di atas.

Metode yang digunakan di Masjid al-Azhar adalah Talaqqi (belajar langsung kepada masyaikh). Hal tersebut telah diperaktikkan dari zaman Rasulallah Saw. dan para shahabatnya, begitu juga para tabiin sehingga samapai kepada kita. Adapun keunikan di dalam Talaqqi sangatlah banyak. Di antaranya; dapat merasakan semangat mengajarnya para masyaikh dan banyaknya ilmu baru yang diperoleh dari beliau. “Ketika saya mengajar kalian semua, ilmu yang pernah saya pelajari hadir kembali, dan itu adalah salah satu alasan mengapa kalian harus Talaqqi kepada masyaikh yang ada disini” jelas Syaikh Syaltut di salah satu majlisnya.

Salah satu teradisi yang dipertahankan ulama al-Azhar yaitu sanad yang bersambung ke Rasullah Saw. ataupun kepada pengarang kitab-kitab yang dikaji. Seperti Imam Nawawi dan yang lainnya. Mungkin, semua itu tidak akan diperoleh apabila kita tidak Talqqi pada masyaikh.

Maka dari itu, seharusnya kita (Masisir) kembali ke Darrosah (Masjid al-Azhar & sekitarnya) untuk menjadi duta azhary yang baik dan membawa ilmu-ilmu al-Azhar ketika pulang ke tanah air tercinta sebagai agent of change. Wallahu a’alam


Follow Us @soratemplates