Oleh; Syaifullah Baihaqi
Ya! Mungkin itu kata
yang tepat untuk Masisir (Mahasiswa/i Indonesia Mesir). Ups! Jangan salah
mengartikan judul di atas. Mungkin, banyak di kalangan mahasiswa/i Indonesia di Mesir bertanya-tanya
ketika membaca judul di atas. Ya, maklumlah karena sekarang masih ramai pembicaraan tentang dipindahnya Fakultas
Syari’ah ke
tempat semula (Daroosah). Tapi, tulisan ini tidak
akan membicarakan hal tersebut,
walaupun sebenarnya ada kaitannya dengan
berita – dipindahnya
fakultas syariah ke darrosah –
di atas. Nah, apa sih yang akan
dibicarakan penulis dari judul di atas?
Mahasiswa/i adalah agen perubahan
masyarakat atau bangsa yang sering dikenal dengan agent of change,
apalagi mahsiswa/i
Timur Tengah. Hal tersebut tidak bisa dipungkiri, karena kita tahu bahwa
masyakat sedang menunggu mereka.
Terus bagaimana kita mempersiapkannya? Apakah kita hanya
termenung begitu saja? Atau hanya tidur begitu saja? Maka dari itu perlu
kiranya kita kembali ke Darrosah (Talaqqi ke masyaikh yang
ada di masjid al-azhar dan sekitarnya) untuk mempersiapkan bekal katika pulang
ke masyarakat sebagai agen perubahan Bangsa Asia, khususnya
Indonesia tercinta.
Mari kita kembali ke
sejarahجامعة الأزهر الشريف ( Universitas al-Azhar yang mulia),
جامعة الأزهر الشريف adalah pusat ilmu dunia Sunni. Universitas tersebut
sangat berhubungan erat dengan Masjid al-Azhar di wilayah Kairo Kuno. Masjid ini,
dibangun sekitar tahun 970-972 M. pada masa Fatimiyyah. Baru pada tahun 988 M. dibangunlah Universitas al-Azhar yang seperti
sekarang ini. Walaupun demikian, di Masjid al-Azhar sendiri masih tetap
berlangsung proses belajar-mengajar
sampai
sekarang. Sehingga melahirkan
tokoh-tokoh terkenal seperti al-Sayuti,
al-Bajuri
dan ulama-ulama dunia masa kini seperti al-Syahid
al-Buthi, Syaikh Ali
Jumah dan yang lainnya.
Belajar-mengajar (yang sangat populer di kalangan masisir dengan sebutan Talaqqi) di Masjid
al-Azhar sangatlah berkotribusi besar bagi pelajar yang datang ke mesir. Menurut Prof. Dr. Usamah al-Azhari, waktu normal yang dibutuhkan untuk menjadi azhary adalah sepuluh sampai lima belas tahun. Karena, terdapat 12 ilmu utama di al-Azhar yang harus dipelajari, melalui tiga jenjang: Mubtadi’, Mutawassit, dan Munthahi.
Total ada 36 majelis ilmu yang harus dilalui para pelajar di al-Azhar. Semua
ilmu tersebut dan beberapa ilmu tambahan lainnya merupakan pelajaran wajib
untuk mencetak azhary.
Ketika
kembali ke sejarah al-Azhar. Maka akan ditemukan bahwa di masjid tersebut terdapat beberapa Ruwaq (ruang belajar) diantaranya; Ruwaq Al-Turk (tempat orang Turki), Ruwaq al-Syawam (tempat orang Syam), Ruwaq al-Kurd (tempat orang Kurdi), Ruwaq al-Magharibah (tempat orang Afrika
Utara), Ruwaq al-Bukhara (tempat orang Asia Tengah).
Pada
masa dahulu
masjid tersebut menyediakan sekitar sepuluh pengajar ahli untuk setiap kitab yang diajarkan. Sehingga, hal tersebut memberikan kebebasan
bagi pelajar untuk memilih guru yang cocok, sesuai jenjang dan karakternya. Jika kita kalkulasi, dari 36 kitab dikalikan 10 pengajar maka,
akan menghasilkan 360 majelis ilmu yang berada di al-Azhar, dan itu adalah
jumlah pilar-pilar masjid al-azhar, yang biasanya setiap syaikh besandar kepada pilar-pilar tersebut saat
mengajar. Bahkan, pada
masa sekarang terdapat beberapa Madyafah di sekitar Masjid al-Azahar yang menyediakan pengajar yang ahli
dalam bidangnya seperti; Madyafah Syaikh Ismail, Syaikh
Ali Jumah dan Syaikh Imron al-Dah. Hal tersebut sangat membantu bagi para
pelajar baik yang datang dari penjuru dunia maupun orang mesir sendiri.
Dari cara belajar-mengajar tersebut lahirlah beberapa ulama yang
terkenal dari masa kemasa seperti yang telah disebutkan di atas.
Metode yang digunakan di Masjid
al-Azhar adalah Talaqqi (belajar langsung kepada masyaikh). Hal tersebut
telah diperaktikkan dari zaman Rasulallah Saw. dan
para shahabatnya, begitu juga para tabi’in
sehingga samapai kepada kita. Adapun keunikan di dalam Talaqqi sangatlah banyak. Di antaranya; dapat merasakan semangat mengajarnya para masyaikh dan banyaknya ilmu baru yang diperoleh dari beliau. “Ketika saya mengajar kalian semua, ilmu yang pernah saya
pelajari hadir kembali, dan itu adalah salah satu alasan mengapa kalian harus Talaqqi
kepada masyaikh yang ada disini”
jelas Syaikh
Syaltut di salah satu majlisnya.
Salah satu teradisi yang dipertahankan ulama al-Azhar
yaitu ‘sanad’ yang bersambung ke Rasullah Saw. ataupun
kepada pengarang kitab-kitab yang dikaji. Seperti
Imam Nawawi dan yang lainnya. Mungkin, semua
itu tidak akan diperoleh apabila kita tidak Talqqi pada masyaikh.
Maka dari itu, seharusnya
kita (Masisir) kembali ke Darrosah (Masjid al-Azhar
& sekitarnya) untuk menjadi duta azhary yang baik dan membawa ilmu-ilmu al-Azhar ketika
pulang ke tanah air tercinta sebagai agent of change. Wallahu a’alam
Mantap gan motivasinya.... back to youtube gan... ngaji lebih enak..gak capek, dapat ilmu dan download...haha
BalasHapus