,
Kita mungkin pernah mendengar selorohan “Jauh jauh belajar
keluar Negeri, kok malah jadi petani...?”. pernah dengar gak..? , syukur kalau
sudah pernah dengar. Yang belum dengar, sekarang sudah dengar kan. Ungkapan
yang terkesan meremehkan dunia pertanian. Seakan-akan kita tidak pantas untuk
terjun didalamnya.
Apa sih pentingnya pertanian?, Bagaimana kondisi pertanian
di Negeri kita sekarang?, Kita sebagai pelajar di Universitas yang berbasis
agama ini, bisa tidak berkontribusi dalam pertanian?.Yang belum ngeh, baca
tulisan ini sampai selesai ya.
Perlu diketahui, mayoritas
penduduk Negeri kita adalah petani. Kebutuhan pokok seperti sandang yang
kita pakai, pangan yang kita makan dan papan yang kita tempati, sebagian besar
didapat dari hasil pertanian. Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk
juga mengambil andil dalam hal ini. Danbenar,
jangan malu untuk jadi petani. Lagian kayak sudah putus saja, pakek malu-malu segala. Hee.
Ok, saya kutip muhadoroh Bapak Muhaimin Ikbal yang di
uploud di FB Gerai Dinar miliknya tanggal 19 Okt 2017,“Mengapa setelah 2
dasawarsa lebih pengaruh ekonomi syariah masih sangat minim di masyarakat?
Antara lain karena memulai dari titik yang kurang pas, mulai dari sektor
keuangan yang hanya dihuni sekitar 3% lapangan perkerjaan. Seandainya ekonomi
syariah mulai dari pertanian dan perdagangan, pengaruhnya akan sangat berbeda
karena dua sektor ini dihuni oleh 55 % pekerja indonesia”. Dan 32 % dari 55 % adalah sektor pertanian.
Bisa dipahami kan?Kalau tidak, baca lagi.
Konsep ekonomi syariah Pak Muhaimin memang berbeda dengan
aktifis ekonomi syariah pada umumnya
yang hanya fokus pada perbankan. Beliau lebih mengarah mensyariahkan
sektor pertanian dan perdagangan. Dan
ini menurut saya lebih efektif dan efisien.
Berbicara masalah kondisi pertanian di Negeri kita, tentu
ada baik dan tidak baiknya. Tapi, ada beberapa kejadian yang sangat ironis
menurut saya, ketika Negeri yang dikenal dengan Negeri maritim; laut luas
dengan ribuan pulau, pantai memanjang dipinggiran pulau-pulau, ternyata masih
mengimpor garam sampai 226 ribu ton pada tahun 2017. Aneh kan? Dimana petani
garam kita? padahal SDA nya sudah lebih dari cukup.
Begitu juga dengan sebutan Negeri hijau, pemilik hutan
luas, air melimpah dan hujan tak kurang yang seharusnya kaya dengan peternakan,
eh bulog tambah impor daging kerbau india hingga 20.000 ton. Bukankah ini semua Ironi? Benar,
sakitnya itu dimana mana “kata
dangduter”dan memang yah berat seperti" kata Dilan".
Mungkin ini hanya sebagian
kecil dari berbagai problem yang dialami petani Negeri kita. Ditambah lagi dengan sistem kapitalis yang
sudah sangat terasa, ribawi yang sudah tak malu tuk diiklankan, kejenjangan
sosial yang amat sangat parah dan penggunaan obat obat kimia yang sudah
merambat kemana mana, dalam jangka pendek mungkin bagus, tapi dalam jangka
panjang malah akan merusak.
Maka jika ditanya “kita sebagai pelajar di Universitas yang
berbasis agama ini, bisa tidak
berkontribusi dalam pertanian?” Jawabannya “Tentu bisa, sangat bisa
bahkan”.
Teman-teman, sebagai pelajar yang paham agama dan bahasa
arab seharusnya kita berupaya agar bisa
meng extrak inti sari al-Quran dan Hadits
yang salah satunya berkaitan dengan pertanian untuk disampaikan pada
petani-petani yang tidak tahu menahu tentang hal itu. Banyak lho ayat-ayat dan
hadits yang membahas tentang pertanian yang bisa kita kelola dan disampaikan
pada mereka. Saya coba beri contoh ya...
Pertama: Di
surat Hud ayat 61 terdapat bacaan “هو أنشأكم من الأرض و استعمركم فيها” ayat ini berisi motifasi bagi kita untuk
menjadi pemakmur di bumi. Jangan sampai yang memakmurkan bumi adalah mereka
yang tidak paham, karena mereka akan membuat kerusakan tanpa mereka sadari dan
mereka akan menjawab “إنما نحن مصلحون”.
Kedua : Di surat al-Baqarah ayat 11 ada firman yang
berbunyi“لا تفسدوا في الأرض”, ayat ini berisi konsep utama dalam
mengelola pertanian, yaitu tidak boleh merusak lahan pertanian, akan tetapi
harus dikelola dengan baik sehingga panen sekarang lebih baik dari panen
sebelumnya. Berbeda halnya dengan yang terjadi di Negeri kita.
Ketiga : Di surat ‘Abasa ayat 24 tertulis “فلينظر الإنسان إلى طعامه”, ayat ini mengandung perintah agar kita
selalu memperhatikan makanan yang kita makan, bukan saja ketika kita akan
makan, akan tetapi kita juga harus memperhatikan proses penanaman, pengolahan,
pengemasan, pengawetan dan pendistrbusian hingga sampai di meja makan kita.
Dan masih banyak lagi konsep-konsep pertanian, perkebunan
dan peternakan yang disebut dalam al-Quran. Alhamdulillah, saya sudah
ngerangkum. Teman teman yang ingin dan minat serius belajar pertanian dalam
al-Quran bisa langsung menghubungi saya. Yang terakhir dari saya, ketika
berdakwah dalam bidang ini lebih baik kita langsung terjun dalam bidangnya,
maksudnya kita juga ikut praktek, insyaallah lebih cepat diterima oleh
masyarakat sekitar.
Sekian oretan jempol ini saya ketik, dengan banyak kata
yang tidak baku, semoga bermanfaat dan
bisa diamalkan. Salam dari saya Kholil Al-Bondos.(Menteri Pertanian 2030-2040)