Februari 25, 2018

,











Kita mungkin pernah mendengar selorohan “Jauh jauh belajar keluar Negeri, kok malah jadi petani...?”. pernah dengar gak..? , syukur kalau sudah pernah dengar. Yang belum dengar, sekarang sudah dengar kan. Ungkapan yang terkesan meremehkan dunia pertanian. Seakan-akan kita tidak pantas untuk terjun didalamnya.

Apa sih pentingnya pertanian?, Bagaimana kondisi pertanian di Negeri kita sekarang?, Kita sebagai pelajar di Universitas yang berbasis agama ini, bisa tidak berkontribusi dalam pertanian?.Yang belum ngeh, baca tulisan ini sampai selesai ya.

Perlu diketahui, mayoritas  penduduk Negeri kita adalah petani. Kebutuhan pokok seperti sandang yang kita pakai, pangan yang kita makan dan papan yang kita tempati, sebagian besar didapat dari hasil pertanian. Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk juga mengambil andil dalam hal ini. Danbenar,  jangan malu untuk jadi petani. Lagian kayak sudah  putus saja, pakek malu-malu segala. Hee.

Ok, saya kutip muhadoroh Bapak Muhaimin Ikbal yang di uploud di FB Gerai Dinar miliknya tanggal 19 Okt 2017,“Mengapa setelah 2 dasawarsa lebih pengaruh ekonomi syariah masih sangat minim di masyarakat? Antara lain karena memulai dari titik yang kurang pas, mulai dari sektor keuangan yang hanya dihuni sekitar 3% lapangan perkerjaan. Seandainya ekonomi syariah mulai dari pertanian dan perdagangan, pengaruhnya akan sangat berbeda karena dua sektor ini dihuni oleh 55 % pekerja indonesia”.  Dan 32 % dari 55 % adalah sektor pertanian. Bisa dipahami kan?Kalau tidak, baca lagi.

Konsep ekonomi syariah Pak Muhaimin memang berbeda dengan aktifis ekonomi syariah pada umumnya  yang hanya fokus pada perbankan. Beliau lebih mengarah mensyariahkan sektor pertanian dan perdagangan.  Dan ini menurut saya lebih efektif dan efisien.

Berbicara masalah kondisi pertanian di Negeri kita, tentu ada baik dan tidak baiknya. Tapi, ada beberapa kejadian yang sangat ironis menurut saya, ketika Negeri yang dikenal dengan Negeri maritim; laut luas dengan ribuan pulau, pantai memanjang dipinggiran pulau-pulau, ternyata masih mengimpor garam sampai 226 ribu ton pada tahun 2017. Aneh kan? Dimana petani garam kita? padahal SDA nya sudah lebih dari cukup.

Begitu juga dengan sebutan Negeri hijau, pemilik hutan luas, air melimpah dan hujan tak kurang yang seharusnya kaya dengan peternakan, eh bulog tambah impor daging kerbau india hingga 20.000  ton. Bukankah ini semua Ironi? Benar, sakitnya itu  dimana mana “kata dangduter”dan memang yah berat seperti" kata Dilan".

Mungkin  ini hanya sebagian kecil dari berbagai problem yang dialami petani Negeri kita.  Ditambah lagi dengan sistem kapitalis yang sudah sangat terasa, ribawi yang sudah tak malu tuk diiklankan, kejenjangan sosial yang amat sangat parah dan penggunaan obat obat kimia yang sudah merambat kemana mana, dalam jangka pendek mungkin bagus, tapi dalam jangka panjang malah akan merusak.

Maka jika ditanya “kita sebagai pelajar di Universitas yang berbasis agama ini, bisa tidak  berkontribusi dalam pertanian?” Jawabannya “Tentu bisa, sangat bisa bahkan”.

Teman-teman, sebagai pelajar yang paham agama dan bahasa arab seharusnya kita berupaya agar  bisa meng extrak inti sari al-Quran dan Hadits  yang salah satunya berkaitan dengan pertanian untuk disampaikan pada petani-petani yang tidak tahu menahu tentang hal itu. Banyak lho ayat-ayat dan hadits yang membahas tentang pertanian yang bisa kita kelola dan disampaikan pada mereka. Saya coba beri contoh ya...

Pertama: Di surat Hud ayat 61 terdapat bacaan “هو أنشأكم من الأرض و استعمركم فيها  ayat ini berisi motifasi bagi kita untuk menjadi pemakmur di bumi. Jangan sampai yang memakmurkan bumi adalah mereka yang tidak paham, karena mereka akan membuat kerusakan tanpa mereka sadari dan mereka akan menjawab  إنما نحن مصلحون”.

Kedua : Di surat al-Baqarah ayat 11 ada firman yang berbunyi“لا تفسدوا في الأرض”, ayat ini berisi konsep utama dalam mengelola pertanian, yaitu tidak boleh merusak lahan pertanian, akan tetapi harus dikelola dengan baik sehingga panen sekarang lebih baik dari panen sebelumnya. Berbeda halnya dengan yang terjadi di Negeri kita.

Ketiga : Di surat ‘Abasa ayat 24 tertulis “فلينظر الإنسان إلى طعامه”, ayat ini mengandung perintah agar kita selalu memperhatikan makanan yang kita makan, bukan saja ketika kita akan makan, akan tetapi kita juga harus memperhatikan proses penanaman, pengolahan, pengemasan, pengawetan dan pendistrbusian hingga sampai di meja makan kita.

Dan masih banyak lagi konsep-konsep pertanian, perkebunan dan peternakan yang disebut dalam al-Quran. Alhamdulillah, saya sudah ngerangkum. Teman teman yang ingin dan minat serius belajar pertanian dalam al-Quran bisa langsung menghubungi saya. Yang terakhir dari saya, ketika berdakwah dalam bidang ini lebih baik kita langsung terjun dalam bidangnya, maksudnya kita juga ikut praktek, insyaallah lebih cepat diterima oleh masyarakat sekitar.

Sekian oretan jempol ini saya ketik, dengan banyak kata yang tidak baku,  semoga bermanfaat dan bisa diamalkan. Salam dari saya Kholil Al-Bondos.(Menteri Pertanian 2030-2040)


Februari 23, 2018

,




Seandainya ditanya:
Sudah berapa tahun umurmu?,

dan apa saja yang kau peroleh selama itu?

Maka akan terucap beberapa jawaban yang berbeda, mungkin sebagian akan menjawabnya dengan nada rendah dan  rawut wajah sedih, karena selama dia hidup dan mampu berfikir, tak banyak yang dia perbuat dan peroleh. Ya…… mungkin dia habiskan waktu yang dimilikinya dengan hanya bersantai dan menikmati tipuan dunia ini, tanpa berfikir bahwa kelaklah kenikmatan yang sesungguhnya. Ya……. Mungkin saja dia tertipu oleh luasnya waktu yang dimilikinya, sehingga dia lupa bahwa waktu terus berjalan hingga pada akhirya waktu mempersempit ruang aktifitasnya sendiri.

Dalam model yang seperti inilah seseorang banyak tertipu, sebagaimana sabda Rasulullah SAW. :
عن ابن عباس – رضي الله عنهما – قال: قال رسول الله صلى الله وسلم : نعمتان مغبون فيهما كثير من الناس الصحة والفراغ. (أخرجه البخاري)                                                                                                                                                           
“dua nikamat dimana seseorang banyak tertipu akanya, nikmat sehat dan waktu luang”

Waktu luang menjadikan seseorang berfikir, antara melakukan sesuatu dan membuat rencana hebat, atau hanya diam menikmati waktu tersebut dalam rangka mengistirahatkan fikiran dan tubuhnya, dan berfikir bahwa sebentar lagi akan datang waktu-waktu khusus; dimana mereka terpaksa melakukan kegiatan-kegiatan yang dijadwalkan orang lain untuknya.

Sangat di sesalkan jika mereka hanya berdiam diri saja, dan tak ada hasil yang diperoleh, karena mungkin setelah waktu luang itu habis, mereka akan merasakan penyesalan sebagaimana kebanyakan orang pada umumya. Dan itulah ke”rugi”an sebagaimana dalam firman Alla SWT. pada awal surat Al ‘Ashr:
والعصر إن الإنسان لفي خسر
Banyak sekali penafsiran tentang ayat pertama pada surat Al ‘Ashr ini, namun ada hal yang paling mencolok untuk dikaitkan dengan “kerugian bagi mereka yang menyia-nyiakan waktu luangnya”, yaitu antara:  Qosam dengan lafadz Al- ‘Ashr dan lafadz al- Khusr pada ayat kedua setelahnya. Telah menjadi maklum, bahwa Al-‘Ashr(waktu ashar) adalah waktu yang menjadi akhir dari waktu siang, dan tahukah kita bahwa siang adalah waktu untuk bekerja dan beraktifitas? Ya…… tepat sekali……, dan tahukah kita, jika, kita memiliki waktu lowong di siang hari dan kita menyia-nyiakannya kita akan rugi dan tak mendapatkan apa-apa? Ya……….. tepat sekali……...mengapa demikian….?karena belum tentu kita bisa berbuat dan beraktifitas di malam hari, yang memang tercipta sebagai waktu beristirahat dan melepas lelah. Dan begitulah Allah SWT. menggambarkannya dalam surat al-Ashr, dimana seseorang yang menyia-nyiakan waktu luang pada akhirnya hanya akan meraskan penyesalan dan kerugian.

Namun, tak semua orang meyia-nyiakan waktu yang mereka punya. Kita tahu bahwa, Ulama’ terdahulu semasa hidupnya mereka habiskan untuk ilmu, semisal: mengarang kitab berjilid-jilid di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sejenak kita akan berfikir merenunginya, dan pada akhirnya kita takjub pada pencapaian mereka yang fenomenal dan tak mampu kita capai itu.

Mungkin kita akan bertanya-tanya akan kemampuan mereka itu, kita tahu bahwa pada masa mereka tidaklah dijumpai fasilitas modern untuk mengabadikan karya-karya yang hingga kini tak mampu kita baca secara tuntas, dan mungkin sepanjang hayat ini, kita tak mampu membacanya melainkan hanya sebagian saja. Namun, mereka mampu melakukannya di masa hidup yang sebentar itu, dan menjadikan nama mereka masih tetap di ingat hingga sekarang. Maha benar firman Allah SWT. dalam surat Al-Ashra ayat ke 3: yang

إلاالذين آمنواوعملوا الصالحات وتواصوب الحق وتوا صوب الصبر
 “kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati agar  senantiasa mentaati kebenaran dan saling menasehati untuk selalu bersabar.”

Tidak ada yang tidak mungkin, selama waktu masih tersedia dan kita mampu memanfaatkannya dengan baik. Lampu merah di jalan raya yang hanya berdurasi 1 menit, akan terasa lama jika yang menuggunya menganggap itu adalah hambatan, dan akan terasa sebentar jika diabaikan, namun jika kita manfaatkan untuk berfikir meskipun sesaat saja, maka akan memberikan dampak yang besar di masa yang akan datang. Insya Allah.

Ini adalah bukti bahwa, tak ada waktu yang sedikit, melainkan akan memberikan manfaat yang besar bagi mereka yang memanfaatknnya, dan tak ada waktu yang luas, melainkan akan memberikan kerugian bagi mereka yang menyia-nyiaknnya.

Oleh: Moch. Sholeh

Februari 21, 2018

,




Sebagaimana sudah diketahui bahwa agama islam merupakan agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian, toleransi serta merupakan agama yg penuh kasih sayang. Islam mengajarkan kepada tiap penganutnya untuk ramah, berbaik hati, dan menghormati setiap manusia.

Asal kalimat islam dalam linguistik bahasa diambil dari kata salam yang berarti keselamatan serta kedamaian, oleh karena itu banyak ditemukan syiar syiar keislaman yg menunjukkan bahwa kedamaian dan keselamatan salah satu hal yg subtantif dan simbol agama islam. sebagai contoh, islam menganjurkan bagi setiap penganutnya (red.muslim) untuk selalu mengucapkan salam setiap bertemu dengan penganut muslim lainnya, bahkan lebih dari itu, islam menjadikan salam sebagai rukun penutup dalam setiap ibadah sholat mereka.

Dalam konteks tersebut allah berfirman dalam alquran:
(يا ايها الذين امنوا ادخلوا في السلم كافة) {البقرة:208}
Artinya “ wahai orang-orang yg beriman, masuklah kamu kedalam kedamaian (islam) secara keseluruhan) – QS albaqarah 208

dalam ayat tersebut menjelaskan bahwa salah satu  esensi dan subtansi  islam yaitu mewujudkan perdamaian dan tidak ada ruang sedikitpun dalam ajaran islam tentang radikalisme, liberalisme bahkan terosisme yg merusak ketentraman sosial. Lebih dari itu, dalam menjaga hak subtantif kemanusiaan, islam sangat menekankan dalam penerapan syariatnya agar berasaskan dan menjaga maqasid syariah dan hak-hak kemanusiaan, atau secara spesifik. Islam menjaga hak hidup seseorang, agama, harta dan lain sebagainya. oleh karena itu agama islam yg kita anut menentang  keras setiap tindak anarkisme, pemaksaan, dan kekerasan dengan mengatas namakan islam.

Islam sebagai agama rahmat dan toleransi selalu memberi ruang kebebasan memilih bagi tiap manusia, bahkan islam meberikan kebebasan  dalam memilih agama dan keyakinan mereka, allah swt berfiman
(قل الحق من ربكم فمن شاء فليؤمن و من شاء فليكفر) {الكهف : 29} .
Artinya “dan katakanlah : “ kebenaran itu datang dari tuhanmu maka barangsiapa yg ingin (beriman) maka hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yg ingin (kafir) maka biarlah dia kafir”” – alkahfi 29

 dalam ayat allah memberi kebebasan kepada tiap manusia untuk memlilih keyakinan masing-masing, dan tidak ada pemaksaan bagi orang non muslim untuk memeluk islam, karena allah tidak pernah memaksa seseorang untuk masuk agama islam, sebagaimana perkataan imam ibnu katsir dalam penafsiran ayat
(لا اكراه في الدين) {البقرة : 256}
Artinya: “ tidak ada paksaan dalam (masuk) agama (islam)” – albaqarah 256

Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa “janganlah kalian memaksa seseorang agar masuk kedalam agama islam, karna sudah jelas dalam ayat itu bahwa allah tidak membutuhkan pemaksaan terhadap seseorang agar beragama islam, akan tetapi barang siapa yg sudah  di beri hidayah oleNYA dan dibukakan mata hatinya maka dia akan memeluk islam, dan jika dibutakan hatinya maka dia tidak akan pernah masuk islam”.

Akan tetapi ada  dari sebagian  ummat muslim yg masih tidak mensyukuri nikmat kebebasan yg Allah berikan, sehingga mengakibatkan hilangnya nilai toleransi dalam islam dan mengakibatkan rusaknya perdamaian sosial antar sesama manusia, padahal pada dasarnya islam mengajak  para muslim dan dan non muslim untuk hidup berdampingan dan mewujudkan kedamaian dalam kehidupan mereka. Sebagaimana firman allah swt dalam alquran yg berbunyi.  
(لا ينهاكم الله عن الذين لم يقاتلوكم في الدين و لم يخرجوكم من دياركم ان تبروهم وتقسطوا اليهم ان الله يحب المقسطين){الممتنة:8}  artinya : “ allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yg tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negrimu. Sesungguhnya allah menyukai orang orang yg berlaku adil”- almumtahanah 8
Allahu a’lam.....


By: Majid AQ

Februari 19, 2018

,



"Kenapa judulnya sapi, kamu suka sapi, ya?"
Suka dan bingung, bingung bagaimana caranya tahun depan saya bisa berkurban sapi"
"Jangan sapi, berat! Kambing saja! Sapi mahal"
Kambing memang murah, tapi maaf, sekarang saya maunya cuma sapi. Gak tau kalau tahun depan, tunggu aja"
"Kamu tau gak? Kenapa saya maunya cuma ingin berkurban sapi?"
"Kenapa?"
Biar nanti di akhirat kita bisa boncengn berdua Kalau kita kurbannya kambing kita gak bisa boncengan, kita masing-masing, gak romantis banget kan. Padahal kita tiap berangkat dan pulang sekolah kita selalu boncengan berdua"
Maaf bukan itu jawabannya. Kalau yang tadi itu sih, Mas Dilan yang ngejawab. Dia ngebajak key board qwerty saya.

Saya di sini sebenarnya gak mau bahas soal sapi. "Loh, itu judulnya kok, sapi. Katanya gak mau bahas soal sapi. Kalau judulnya sapi tentu yang dibahas hal-hal yang berkaitan dengan sapi dong! Bukan kerbau?" Aduh! Mas Dilan nongol lagi, nih!

Menurut saya, sih. Meskipun judulnya sapi, tidak harus yang dibahas di dalamnya hal yang berkaitan dengan sapi, sepeti jenis-jenis sapi, harga sapi, daging sapi, susu sapi, anak sapi, cucu sapi dll. Seperti surah al-Baqarah (sapi, ingat! Bukan sapi betina, tapi semua jenis sapi. Artinya sapi apa aja. Sapi cewek kek, cowok kek, yang penting sapi. Jangan banyak tanya, ingat, yang penting sapi!) surah kedua dalam al-Quran. Meski surah ini diberi nama sapi, tapi yang dibahas di dalamnya bukan hal yang berkaitan dengan sapi.

"Kan, di dalamnya memang disebutkan cerita tentang sapi yang disuruh sembelih, ya, pantas kalau diberi nama sapi" Aduh! Mas Dilan, Mas Dilan. Memang di surah tersebut disebutkan tentang cerita sapi. Kalau alasanya seperti itu, tentu kisah Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail dalam membangun Ka'bah lebih menarik untuk dijadikan Nama. Atau hukum telak, menikahi non muslim dll yang terdapat dalam surah itu. Apa sih hebatnya sapi, sampek dijadiin nama surah dalam al-Quran. Yang saya heranlagi kenapa harus sapi? Padahal dulu, sapi gak ngetren-ngetren amat. Gak seperti sekarang. Kalau sekarang mah sapi ngentren abis, sampek ada pasaranya segala, kalau di Madura nama pasarnya Keppo. Orang-orang arab dulupun jarang yang ternak sapi, yang banyak ternak onta dan kambing.

"Ya, itukan sudah tauqifi" Mas Dilan, meskipun itu tauqifi seharusnya kita harus mengetahuinya lebih dalam lagi. Kalau misalnya ada yang tanya, kenapa surah kedua dalam al-Quran diberi nama al-Baqoroh? "Ya, jawab aja, karena di dalamnya ada kisah tentang sapi, selesaikan!" Yah, kalau jawabannya seperti itu semua orang yang baca al-Quran tau, kalau di dalamnya ada cerita tentang sapi.

Ok, kembali lagi ke awal. Kita lupanka percakan saya dengn Mas Dilan yang barusan, biarlah itu jadi masa lalu.

Bisa jadi, judulnya A tapi isinya tentang si B(minjam bahasa Bpk Quraish Sihab bisa jadi hehe). Seperti penamaan surah al-Baqorah tadi. Padahal sapi pada masa itu bukanlah hewan yang mashur, baik dikalangan bani israil maupun orang arab. Tapi kenapa dijadikan nama. Disini menunjukan bahwa al-Quran itu tidak terlalu risau dengan nama, tapi lebih fokus pada esensinya. Seperti yang disampaikan Ulil Absor Abdallah, bahwa kisah dalam al-Quran itu tidak terlalu risau dengan kelengkapan kisahnya tapi yang sangat diperhatikan adalah tentang moral, atau misi, isi atau esensinya. Begitu juga dengan nama surah ini. Sebenarnya yang sangat ditekankan dari pemberian  nama ini yaitu tentang esensi yang melatar belakangi penamaan itu.

Hal ini seirama dengan pendapat syaikh Sya'rawy, menurut beliau yang harus kita garis bawahi dalam pemberian nama sapi(al-Baqarah) di surah kedua ini yaitu tentang kejadian yang sangat luar biasa, yaitu tentang kebangkitan(al-ba'tsu). Di zaman Nabi Musa Allah telah menghidupkan orang yang sudah mati dengan sebagian anggota tubuh sapi untuk memberi kesaksian. Dan ini adalah satu-satunya kebangkitan yang pernah terjadi di dunia. Sedangkan hari kebangkitan itu adalah salah satu dari ajaran pokok dalam Islam yang harus diimani. Disinilah poin yang sangat mendasar yang bisa dijadikan alasan kenapa surah kedua itu diberi nama al-Baqarah.

Sayyid Tanthawi juga mencoba memberi alasan kenapa suarah kedua tersebut diberi nama sapi. Pada zaman Nabi Musa, sebagian dari kaumnya ada yang menyembah sapi. Oleh karena itu ketika Nabi Musa meminta pertolongan kepada Allah agar Allah memberi soluai atas perselisihan yang terjadi  pada kaumnya. Allah memerintahkan untuk menyembelih sapi. Di sini Allah ingin menujukkan kepada mereka bahwa sapi hanyalah hewan sembelihan, hewan pembajak sawah, hewan yang diperkerjakan bukan untuk dijadikan sembahan. Karena satu-satunya yang berhak disembah adalah Allah yang Maha Kuasa.

Mungkin dua alasan di atas itulah yang sangat pas untuk dijadikan sebagian dari hal yang melatar belakangi kenapa surah kedua dalam al-Quran itu deberi nama al-Baqarah.
Jadi sangatlah jelas, meskipun judulnya sapi, bisa jadi yang dibahas bukan sapinya tapi hidangan kopinya hehe. Mungkin itu dulu pembahasan kita soal sapi dan Mas Dilan. Kalau ada yang komen isi dan judul tidak nyambung, mimang itu yang ingin saya inginkan dalam tulisan ini. Hehe…Semoga tahun depan kita bisa berkuraban sapi seperti yang dicita-citakan Mas Dilan. Berkurban sapi agar tetap bisa boncengan denga Mbk Miela.

By : Zaka Asyrof





Februari 17, 2018

,




Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, yang telah memberikan nikmat sempat kepada kita semua, sehingga kita masih diberikan kesempatan untuk menikmati indahnya waktu dalam hidup ini. Perputaran waktu merupakan hal biasa yang luar biasa, mengapa demikian? Kelembutannyalah yang membuat waktu ini menjadi tidak biasa. Kelembutannya sering membuat kita terlena akan gemerlapnya dunia, sehingga kita asyik bahkan lupa pada tujuan hidup masing-masing.

Saat ini, hal tersebut kerap terjadi, dan hampir selalu terjadi pada kalangan remaja, khususnya para pelajar dan mahasiswa.

Salah satu contoh yang dapat kami ambil adalah kehidupan mahasiswa diperantauan, khususnya Masisir (Mahasiswa Indonesia Mesir) yang pada mulanya (ketika masih di Indonesia) bersikukuh dan bertekad bulat untuk bersungguh-sungguh dalam belajar. Namun sedikit demi sedikit, tekad tersebut terkikis oleh munculnya peluang bisnis dikalangan mahasiswa, sehingga muncul pula peluang untuk mendapatkan penghasilan dengan jumlah yang cukup besar, kemudian menjadi orang kaya yang tanpa butuh ijazah, transkip nilai, ataupun study yang khusus dalam bidang perbisnisan. Hal inilah yang membuat para pelajar tanpa sengaja, mengesampingkan tujuan awal yang tak lain adalah menuntut ilmu. Maka dari itu, perlu diperhatikan bagaimana memanage waktu dengan tepat, agar bukan hanya sukses dalam berbisnis tetapi juga sukses dalam belajar, sehingga terciptalah pribadi pebisnis yang terpelajar.

Pada kalimat pebisnis yang terpelajar, terdapat dua kata inti, yaitu kata pebisnis, berarti orang yang menggeluti dunia bisnis, dan terpelajar, yakni orang yang 'telah belajar', atau 'telah selesai belajar'. Kalimat 'telah selesai belajar' juga mengandung makna 'telah menguasai ilmu yang dipelajari'. Tetapi, bagaimana jika ada mahasiswa jurusan ushuluddin yang lebih fokus dalam bidang bisnis, hingga kurang mendalami materi pada jurusannya, dan lebih banyak memusatkan pikiran pada bisnisnya. Apakah seperti ini yang disebut dengan pebisnis yang terpelajar? Jika iya, maka, terpelajar dalam hal apa?* Bukankah kesinkronan jurusan terhadap etos kerja sangat mempengaruhi hasil sebuah pekerjaan? Contoh sederhananya, jika ada mahasiswa sarjana Management, lalu dia membuka lapangan kerja baru, dengan ilmu yang telah didalaminya saat dibangku perkuliahan dengan seorang mahasiswa sarjana ushuluddin yang sama juga membuka sebuah lapangan kerja baru, hasilnya akan jauh berbeda jika keduanya sama bersungguh-sungguh dalam berbisnis, seorang yang sarjana Management akan memiliki peluang sukses lebih cepat dibanding dengan pebisnis sarjana ushuluddin, mengapa demikian? Karena seorang sarjana management telah dilatih bagaimana melihat pasar masyarakat semenjak dibangku kuliah, dan ini berbanding terbalik dengan seorang sarjana ushuluddin yang dianya difokuskan untuk menggeluti ilmu keagamaan. Maka dari itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga status terpelajar ini secara haqiqiyahnya, diantaranya adalah, bagaimana kita memanage kegiatan kita sehari-hari, dan bagaimana kita mendahulukan sesuatu yang urgent daripada selainnya. Contoh :

- Cara memanage waktu bagi mahasiswa yang sedang berbisnis
1. Bagi yang muslim, lakukan sholat fardhu tepat diawal waktu, karena ketepatan waktu ini akan sangat mempengaruhi kedisiplinan waktu yang lain.
2. Tentukan kapan kita berangkat ke kampus, dan kapan kita mengerjakan tugas kampus.
3. Tentukan satu materi yang diprioritaskan dan difokuskan. Agar kelak ketika pulang kita masih menguasai satu bidang jurusan kita untuk diaplikasikan kepada masyarakat.
4. Tentukan kapan harus mengulang pelajaran
5. Tentukan jam istirahat masing-masing.
6. Sisa waktu yang kosong bisa digunakan untuk belajar berbisnis bersama teman yang lain, agar supaya kelak ketika pulang tidak kebingungan dalam menentukan pekerjaan pertama bagi diri masing-masing. Karena seyogyanya seorang mahasiswa utamanya yang jurusan keagamaan dituntut menjadi seorang guru. Dan menjadi seorang guru bukanlah sebuah pekerjaan, melainkan sebuah kewajiban. Maka dari sinilah perlunya kita menjadi seorang businessman.

Dengan beberapa cara seperti diatas, maka kemungkinan besar akan bisa menjadikan kita sebagai seorang pebisnis yang terpelajar dibidangnya masing-masing. Akan tetapi yang dimaksud disini adalah seorang mahasiswa yang jurusannya kurang sinkron dengan pebisnisan. Jika bisa memanage waktu dengan baik, maka, bisa dipastikan hidup akan teratur, dan jika hidup sudah teratur, maka segala sesuatu akan tersusun dengan baik termasuk juga kesuksesan, serta masih bisa mengembangkan bisnis yang telah ditekuni masing-masing setelah lulus dari bangku perkuliahan. Cukup kiranya dari kami, semoga kita selalu dijadikan hamba yang bisa menjaga waktu. Sebagaimana kata mutiara bangsa arab
الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك

By: Abdul Malikul Ngibad

Follow Us @soratemplates