Februari 25, 2018

Lulusan Azhar Kok Jadi Petani












Kita mungkin pernah mendengar selorohan “Jauh jauh belajar keluar Negeri, kok malah jadi petani...?”. pernah dengar gak..? , syukur kalau sudah pernah dengar. Yang belum dengar, sekarang sudah dengar kan. Ungkapan yang terkesan meremehkan dunia pertanian. Seakan-akan kita tidak pantas untuk terjun didalamnya.

Apa sih pentingnya pertanian?, Bagaimana kondisi pertanian di Negeri kita sekarang?, Kita sebagai pelajar di Universitas yang berbasis agama ini, bisa tidak berkontribusi dalam pertanian?.Yang belum ngeh, baca tulisan ini sampai selesai ya.

Perlu diketahui, mayoritas  penduduk Negeri kita adalah petani. Kebutuhan pokok seperti sandang yang kita pakai, pangan yang kita makan dan papan yang kita tempati, sebagian besar didapat dari hasil pertanian. Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk juga mengambil andil dalam hal ini. Danbenar,  jangan malu untuk jadi petani. Lagian kayak sudah  putus saja, pakek malu-malu segala. Hee.

Ok, saya kutip muhadoroh Bapak Muhaimin Ikbal yang di uploud di FB Gerai Dinar miliknya tanggal 19 Okt 2017,“Mengapa setelah 2 dasawarsa lebih pengaruh ekonomi syariah masih sangat minim di masyarakat? Antara lain karena memulai dari titik yang kurang pas, mulai dari sektor keuangan yang hanya dihuni sekitar 3% lapangan perkerjaan. Seandainya ekonomi syariah mulai dari pertanian dan perdagangan, pengaruhnya akan sangat berbeda karena dua sektor ini dihuni oleh 55 % pekerja indonesia”.  Dan 32 % dari 55 % adalah sektor pertanian. Bisa dipahami kan?Kalau tidak, baca lagi.

Konsep ekonomi syariah Pak Muhaimin memang berbeda dengan aktifis ekonomi syariah pada umumnya  yang hanya fokus pada perbankan. Beliau lebih mengarah mensyariahkan sektor pertanian dan perdagangan.  Dan ini menurut saya lebih efektif dan efisien.

Berbicara masalah kondisi pertanian di Negeri kita, tentu ada baik dan tidak baiknya. Tapi, ada beberapa kejadian yang sangat ironis menurut saya, ketika Negeri yang dikenal dengan Negeri maritim; laut luas dengan ribuan pulau, pantai memanjang dipinggiran pulau-pulau, ternyata masih mengimpor garam sampai 226 ribu ton pada tahun 2017. Aneh kan? Dimana petani garam kita? padahal SDA nya sudah lebih dari cukup.

Begitu juga dengan sebutan Negeri hijau, pemilik hutan luas, air melimpah dan hujan tak kurang yang seharusnya kaya dengan peternakan, eh bulog tambah impor daging kerbau india hingga 20.000  ton. Bukankah ini semua Ironi? Benar, sakitnya itu  dimana mana “kata dangduter”dan memang yah berat seperti" kata Dilan".

Mungkin  ini hanya sebagian kecil dari berbagai problem yang dialami petani Negeri kita.  Ditambah lagi dengan sistem kapitalis yang sudah sangat terasa, ribawi yang sudah tak malu tuk diiklankan, kejenjangan sosial yang amat sangat parah dan penggunaan obat obat kimia yang sudah merambat kemana mana, dalam jangka pendek mungkin bagus, tapi dalam jangka panjang malah akan merusak.

Maka jika ditanya “kita sebagai pelajar di Universitas yang berbasis agama ini, bisa tidak  berkontribusi dalam pertanian?” Jawabannya “Tentu bisa, sangat bisa bahkan”.

Teman-teman, sebagai pelajar yang paham agama dan bahasa arab seharusnya kita berupaya agar  bisa meng extrak inti sari al-Quran dan Hadits  yang salah satunya berkaitan dengan pertanian untuk disampaikan pada petani-petani yang tidak tahu menahu tentang hal itu. Banyak lho ayat-ayat dan hadits yang membahas tentang pertanian yang bisa kita kelola dan disampaikan pada mereka. Saya coba beri contoh ya...

Pertama: Di surat Hud ayat 61 terdapat bacaan “هو أنشأكم من الأرض و استعمركم فيها  ayat ini berisi motifasi bagi kita untuk menjadi pemakmur di bumi. Jangan sampai yang memakmurkan bumi adalah mereka yang tidak paham, karena mereka akan membuat kerusakan tanpa mereka sadari dan mereka akan menjawab  إنما نحن مصلحون”.

Kedua : Di surat al-Baqarah ayat 11 ada firman yang berbunyi“لا تفسدوا في الأرض”, ayat ini berisi konsep utama dalam mengelola pertanian, yaitu tidak boleh merusak lahan pertanian, akan tetapi harus dikelola dengan baik sehingga panen sekarang lebih baik dari panen sebelumnya. Berbeda halnya dengan yang terjadi di Negeri kita.

Ketiga : Di surat ‘Abasa ayat 24 tertulis “فلينظر الإنسان إلى طعامه”, ayat ini mengandung perintah agar kita selalu memperhatikan makanan yang kita makan, bukan saja ketika kita akan makan, akan tetapi kita juga harus memperhatikan proses penanaman, pengolahan, pengemasan, pengawetan dan pendistrbusian hingga sampai di meja makan kita.

Dan masih banyak lagi konsep-konsep pertanian, perkebunan dan peternakan yang disebut dalam al-Quran. Alhamdulillah, saya sudah ngerangkum. Teman teman yang ingin dan minat serius belajar pertanian dalam al-Quran bisa langsung menghubungi saya. Yang terakhir dari saya, ketika berdakwah dalam bidang ini lebih baik kita langsung terjun dalam bidangnya, maksudnya kita juga ikut praktek, insyaallah lebih cepat diterima oleh masyarakat sekitar.

Sekian oretan jempol ini saya ketik, dengan banyak kata yang tidak baku,  semoga bermanfaat dan bisa diamalkan. Salam dari saya Kholil Al-Bondos.(Menteri Pertanian 2030-2040)


4 komentar:

  1. Siap pak menteri... Mari bercocok tanam... نساءكم حرث لكم

    BalasHapus
  2. terbaik, saya jadi ikut termotivasi ��

    BalasHapus
  3. Oke calon pak menteri pertanian. Saat itu saya presidennya 😀😁😂😃

    BalasHapus
  4. Ada satu ayat lagi yang tidak disinggung oleh pak Mentri. Yaitu ayat فأتوا حرثكم انى شئتم

    BalasHapus

Follow Us @soratemplates