,
oleh : Hadafi Ridhaka
Aku tahu, bahwa aku memakai
bajuku di waktu pagi, dan ia masih terdapat di badanku hingga kini. Akan tetapi, aku tidak pernah tahu, apakah
aku yang akan membukanya dengan kedua tanganku ini, atau ia akan dilepas oleh tangan seseorang yang
memandikanku?
Esok bagaikan sesuatu yang masih remang-remang bagi orang
yang melihatnya dari kejauhan. Mungkin saja ia adalah raja yang menebarkan
kasih sayang atau setan yang mendapat laknat Tuhan, atau bahkan mungkin saja ia
adalah awan hitam, tatkala angin dingin menerkamnya maka, ia akan terurai dan terpecah belah kemudian ia menjadi ketiadaan yang
tidak pernah ada. Esok adalah lautan dalam nan luas yang gelombangnya
meraung-raung menakutkan. Maka kamu tidak
pernah tahu apakah ia menyimpan mutiara dan permata, atau ia membawa kematian yang membuat binasa?
Sungguh, masa depan itu
bersembunyi di balik akal pikiran,
pun tak dapat ditangkap oleh nalar. Bahkan,
seandainya jika seseorang mengangkat kakinya untuk meletakkannya di pintu
istana saat hendak keluar, maka dia tidak pernah tahu apakah dia akan
meletakkannya di ambang pintu, atau ia akan menempatkannya di tepi liang lahad.
Esok bak
kalbu yang penuh dengan rahasia dan tanda tanya yang berusaha ditembus oleh
panca indra, pikiran dan nalar. Setetes dari rahasia itu tidak akan pernah
tampak hingga batu besar nan kasar itu dilunakkan oleh air tawar.
Aku dan
esok ibaratkan ia bersembunyi dan berlindung di tempat persembunyiannya,
mendekap di balik bajunya yang lebar, sembari melihat mimpi dan harapanku
dengan sinis dan penuh ejek, seakan ia tersenyum dengan senyuman dingin yang
menghina dan merendahkan, seraya berkata dalam dirinya, “Seandainya pengumpul
harta ini tahu bahwa ia mengumpulkannya untuk ahli warisnya, pun si tukang
bangun ini tahu bahwa ia membangun untuk dirobohkan, dan orang tua ini tahu
bahwa ia melahirkan untuk menghadapi kematian, maka sekali-kali,
mereka tidak akan mengumpulkan, membangun dan melahirkan generasi baru”.
Esok adalah misteri yang tak seorang pun mengetahui.
Namun, misteri itulah yang membuat manusia terus berlari mengejar cita-cita dan
mimpi-mimpi tanpa rasa takut akan rintangan yang menghalangi. Sehingga
terbangunlah kreatifitas yang menjulang tinggi sebagai manifestasi dari
ontologi manusia yang sejati..... “Esok
bukan untuk ditakuti, melainkan ia adalah motivator tertinggi untuk mewujudkan
kehidupan yang lebih berarti”.