Agustus 25, 2018

Apa yang salah dari kita?



Kata ini sering dilontarkan kepada mereka yang menerima amanah untuk mengembannya, "orang barat kini sudah menemukan kemajuan dan kejayaanya, sedangkan kita masih enak tidur dengan lelapnya atas kemunduran kita saat ini" munkin itu lebih tepatnya. Saat mendengar kata itu hati seorang muslim sejati tidaklah begitu saja menerimanya, seakan-akan ingin melontarkan kepada mereka: "tidaklah benar apa yang kau ucapkan itu!!!, sesungguhnya kemajuan mereka berawal dari kami". Teriakan itu dilontarkan begitu nyaringnya, semenjak runtuhnya Dinasti Turki Utsmani pada tahun 1924 silam dan munkin sampai saat ini.

Perlu kita renungi, mengapa mereka melontarkan sebegitu nyaringnya kata-kata itu?, apakah hal itu benar adanya?, atau malah mereka ingin mencitrakan Islam. Seolah-olah mereka ingin kita tahu bahwa kita sudah berada dalam titik ketertinggalan atau munkin sudah dianggap tidak ada lagi. Namun, kalau itu benar adanya, tidaklah perlu kita sesali, tapi perlu kita benahi mencari cara untuk menemukan kembali kejayaan yang kita dapat beberapa abad yang lalu.

Kemunduran Islam, sebagaimana menurut prof. Dr. Ali Gomaa berawal saat muslimin berhenti melahirkan ilmu untuk membantu memahami Nas. Tepatnya, terjadi kekosongan panjang pada tahun 1830 M. Dimana pada saat itu barat mulai menemukan penemuan-penemuan baru dan merubah tatanan kehidupan masyarakat. Dari ini kita memahami, bahwa kemunduran Islam berawal dari dalam Pemeluk Islam sendiri, maka oleh karena itu yang perlu kita lakukan mengembalikan hal itu kembali kepada kita. Munkin sebab ini perlu kita perhitungkan, karena dengan itu terbukti bahwa kita masih hidup dan berkeinginan untuk meraihnya kembali.

Ada yang beranggapan bahwa kemunduran Islam disebabkan dengan kekosongan pemimpin yang mengerahkan umat Islam untuk bersatu atau kerap kali disebut dengan ke-khilafaan.  masa kekhilafaan, Islam mengalami kemajuan yang sangat pesat, dan bisa dikatakan sudah sampai pada puncaknya. maka tidak heran jika sebagian besar dari mereka berlomba-lomba mengumandangkan kata khilafah dengan sangat nyaringnya bertujuan untuk meraih kejayaan Islam kembali. Karena, munkin dengan cara ini, Islam kembali meraih kejayaan yang telah dulu diraihnya. Namun, Saat kemal ataturk menurunkan bendera kekhilafaan, ia seolah memberi tanda bahwa kekhilafaan tidaklah cocok dengan arus perkembangan zaman. Dan ini patut kita pertimbangkan kembali, apakah Islam akan meraih kejayaanya dengan menggunakan cara ini, tatkala umat muslim masih mengalami  konflik internal? atau malah cara ini hanyalah nafsu belaka untuk merebut kekuasaan. Oleh karena itu, ini masih mengalami konflik disebagian besar umat Islam.

Lantas dengan cara apa kita meraih kembali kejayaan Islam yang telah dinikmati umat Islam beberapa abad silam. Apakah kita harus memperhitungkan cara yang telah mereka sebutkan atau malah dikumandangkan senyaring munkin dan mengambilnya?. Atau malah kita harus menangisi atas kemunduran itu dan meratapinya?. Terus -meminjam diksi syekh buthi- siapa yang akan bertanggung jawab atas kemunduran muslimin saat ini. Munkin hal ini, perlu direnungkan kembali bagi umat Islam dan mencari jalan yang tepat untuk itu. Bukan malah sibuk dengan masalah-masalah perbedaan dalam Islam itu sendiri, apalagi masih dalam konteks furu'iyah. Sedangkan barat menari-nari, bahkan mentertawai kita yang masih beradu domba satu sama lain. Wallahu a'lam bih.      
     
Oleh: Rafa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates