Agustus 10, 2018

Dua Merpati






Episode Terakhir

Mesir berhasil dibebaskan dengan perdamaian, tak ada tumpah darah di situ. Memang ekpedisi kali ini bahasanya bukan penaklukkan tapi lebih pada pembebasan. Kedatangan pasukan Islam diterima dengan tangan terbuka oleh Muqauqis, ayahanda putri Armanusyah yang tak lain adalah raja Qibthi Mesir pada saat itu. Karena memang Mesir pada saat itu  sedang berada dalam cengkraman dua kerajaan besar dan adidaya yang menjajah Negeri ini, perbudakan terhadap rakyatnya dan penindasan yang dahsyat, yaitu Imperium persi dan Romawi.

Hampir semua wilayah di Mesir waktu itu berhasil dikuasai oleh Umat Islam. Beberapa kota yang masih dalam kekuasaan Romawi, diantaranya Alexandria, kota yang subur dan indah dengan keindahan laut mediterania yang mengelilinginya.

Sedangkan Maria, gadis cantik itu selama ini terus mencari tau kabar tentang Amr bin Ash, sang Amir, sang pembebas, penakluk negaranya dan juga hatinya. Gadis keturunan bangsa Yunani itu tidak lagi peduli terhadap kondisi tubuhnya yang semakin mengenaskan, membiarkan tubuhnya kurus kerontang, mungkin karena digerogoti oleh cinta yang sepihak, lalu mengatas namakan kesetiaan.

Amr baginya bagaikan kota raja yang dikelilingi benteng-benteng besar, sedangkan dirinya hanyalah seorang sipil yang jauh dari perkotaan. Bagaikan fatamorgana bagi si lumpuh ditengah padang sahara yang gersang.  Membunuhnya dua kali, terbunuh karena kehausan dan harapan yang tak bisa di gapai. Atau mungkin bagai sebuah rindu yang tak tersampaikan? Ah, bukan,  itu bukanlah sebuah perumpamaan tapi itu memanglah kenyataan.

Terjadi gejolak perang di hatinya antara dua perasaan yang bertolak belakang; si Rindu dan si tidak mampu. Siapa yang menang? Siapapun yang menang, dua-duanya sama sama tidak baik bagi kesehatan.

Melihat kondisi sahabatnya yang seperti itu, Puteri Armanusyah tak kuasa menahan haru. Dia mengerti apa yang dirasakan oleh sahabatnya itu, kondisinya sama dengan kondisi dirinya yang sekeping hatinya telah dicuri oleh seorang pemuda dari Romawi. Setelah semalaman dia menemani Maria, mencari solusi dari rasa yang menekannya, akhirnya Maria memutuskan untuk menulis surat untuk Amr bin Ash, si Amir hatinya untuk mengungkapkan apa yang selama ini terbendung, mencurahkan perasaannya yang sebabnya keindahan duniawi di matanya sudah lama teerkubur. Tak peduli apa yang akan terjadi, dengan mengungkapkan setidaknya beban telah terkurangi.

Sedangkan Amr pada waktu itu sedang dalam perjalanan ekspedisi penaklukkan Alexandria yang masih dalam kekuasaan Romawi. Ditengah perjalan dia beserta rombongannya mendirikan Fushthath (tenda) untuk melindungi dari dinginnya udara padang pasir di waktu malam, dan panasnya matahari saat siang.

Setelah beberapa hari dan  merasa cukup istirahat, Amr memerintahkan pasukannya untuk segera bergegas melanjutkan perjalanan dan membongkar tenda-tenda yang telah didirikan.  Namun ketika hendak membongkar tenda sang Amir, mereka menemukan diatas tenda tersebut seekor merpati bersarang sedang mengerami telurnya. Melihat itu, Amr memerintahkan untuk tidak membongkar tendanya dan berkata: “dia adalah makhluk yang dimulliakan, makhluk yang pernah dikirimkan Allah untuk menyelamatkan Rasulullah dan Abu Bakar. Biarkan tenda ini jangan di bongkar sampai dia menetaskan telurnya dan mulai terbang”.

Kabar tentang merpati di atas tenda sang Amiir itu kemudian menjadi tranding topik  hingga ke pelosok negeri. Sampai akhirnya Maria mendengar kabar tersebut dan menyuruh seorang untuk mengirimkan suratnya yang di beri judul:

على فسطاط الأمير يمامة جاثمة تحضن بيضها
“merpati mengeram diatas tenda sang Amir”

على فسطاط الأمير يمامة جاثمة تحضن بيضها
لوسئلت عن هذا البيض لقالت: هذا كنزي
هي كأهنأ امرأة ملكت ملكها من الحياة ولم تفتقر
هل أكلّف الوجود شيئا إذا كلّفته  رجلا واحدا أحبه !

Diatas tenda sang Amir (pemimpin) induk merpati sedang mengerami telurnya
Seandainya ditanya tentang telur itu maka dia akan berkata: ini adalah hartaku
Dia seperti perempuan yang sangat bahagia, yang bebas memilih istananya dimana saja
Apakah  berlebihan, jika ku tuntut satu saja laki-laki yang ku cintai?
-
على فسطاط الأمير يمامة جاثمة تحضن بيضها
الشمس والقمر والنجوم كلها أصغر في عينها من هذا البيض
هي كأرقّ امرأة عرفت الرقة مرتين: في الحب والولادة
هل أكلّف الوجود شيئا كثيرا إذا أردت أن يكون كهذه اليمامة!

Diatas tenda sang amir induk merpati sedang mengerami telurnya
Dibandingkan telurnya, Matahari, Bulan, dan bahkan Bintang-bintang semuanya tampak kecil dimatanya
Dia seperti perempuan yang sangat lembut hatinya. Lembut terhadap dua hal, cinta dan keturunannya.
Apakah belebihan jika ku berharap menjadi seperti induk merpati ini?
-
على فسطاط الأمير يمامة جاثمة تحضن بيضها
تقول اليمامة: إن الوجود يحب أن  يُرى بلونين في عين الأنثى:
مرة حبيبا كبيرا في رجلها, و مرة حبيبا صغيرا في  أولادها
كل شيء خاضع لقانونه, والأنثى لا تريد أن تخضع إلا لقانونها

Diatas tenda sang Amir induk merpati sedang mengerami telurnya
Merpati itu berkata: dimata seorang perempuan, dari segala wujud yang paling ia cintai hanyalah dua hal: kekasih dan buah hatinya.
Semua orang bisa tunduk dibawah perintahnya (Amr), tapi wanita mempunyai undang-undang sendiri.
-
أيتها اليمامة! لم تعرفي الأمير وترك لك فسطاطة!
هكذا الحظ: عدل مضاعف في ناحية، وظلم مضاعف في ناحية أخرى
احمدي الله أيتها اليمامة، أن ليس عندكم لغات و أديان
عندكم فقط: الحب و الطبيعة والحياة

Wahai Merpati! Engkau tidak mengenal sang Amir, tapi dia meninggalkan tendanya untukmu.
Seperti itulah ketentuan: kadang adil disatu sisi dan dzalim terhadap sisi yang lain.
Bersyukurlah wahai merpati! Karena engkau tidak punya bahasa dan agama (yang menjadi sekat pemisah antara aku dengannya)
Kau hanya punya cinta, keinginan dan bebasnya kehidupan.
-
على فسطاط الأمير يمامة جاثمة تحضن بيضها
يمامة سعيدة ستكون في التاريخ كهدهد سليمان
نسب الهدهد إلىى سليمان، وستنسب اليمامة إلى  عمرو
واها لك يا عمرو! ما ضرّ لو عرفت "اليمامة الأخرى".

Diatas tenda sang Amir induk merpati sedang mengerami telurnya
Merpati yang sedang berbahagia, yang kelak akan dikenang seperti Hud-hudnya Sulaiman
Hud-hud yang dilekatkan pada Sulaiman  dan Yamamah (merpati) yang dilekatkan pada Amr
Betapa mengagumkan engkau wahai Amr!
Sungguh tak dapat kubayangkan apa yang akan  terjadi padaku, jika nanti disana kau bertemu lagi dengan “Merpati” dalam bentuk yang lain (wanita).

-MARIA QIBTHIYAH-
Sebuah surat yang mungkin berisi sebagian kecil perasaannya, ditulisnya sedemikian indahnya. Surat yang tersusun rapi dalam bentuk bait-bait puisi, ekologi sosialnya yanng sudah lama berlubang, semuanya seakan tersirat dalam surat yang ditulisnya. Surat yang berisikan cinta yang konstruktif terhadap iman dan destruktif terhadap perasaan. Retorika kalimat ke kalimat menunjukkan penguaaan bahasa yang mendalam, surat tersebut lebih pada melankoli hidupnya, rindu harapnya dan tangis sedihnya. Surat yang juga mengakhiri kisahnya dan kisah  ini.

Kisah ini sengaja tidak diberi ending karena tujuan menulisnya bukan untuk semata-mata mengisahkan cinta, tapi lebih pada hikmah dan filosofi didalamnya.

Semoga bermanfaat...

Oleh : Ahmad Mahfudz Arief

Sumber:Wahyul Qalam, karya Musthofa Shadiq Rafiie rahiahullah..
لله دره....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates