Agustus 17, 2018

Sosok Imam Nawawi



Berbicara ilmu, sampai kapan pun tidak akan pernah ada ujungnya. Begitu banyak nas al-Qur’an dan as-Sunnah yang berbicara tentang keagungannya dan keutamaan bagi penuntutnya. Dalam kitab “al-Fawaid al-Makkiyah Fima Yahtajuhu Tholabatu as-Syafiiyah”, karya Syaikh ‘Alawi bin Ahmad bin Abdurrahman as-Saqof as-Syafii al-Makki disebutkan bahwa mayoritas Ulama Mujtahidin mengatakan: “Sesungguhnya mengembara Ilmu lebih utama daripada melakukan Sholat sunnah, apabila benar-benar diniatkan karena Allah."

Tak heran jika Ulama-ulama terdahulu begitu menguasai subtansi dari Ilmu, terlebih Ilmu Agama. Selain karena tidak terganggu dengan adanya sosmed seperti di era yang serba canggih ini, mereka juga sangat betul-betul memperhatikan tata-cara menuntut Ilmu yang diajarkan oleh sang Baginda dan para sahabat-sahabatnya. Berbeda dengan kita, yang hampir 80% dari jangka waktu satu hari satu malam, kita gunakan hanya untuk hal-hal yang bisa dikatakan sangat merugikan.

Imam Muhyiddin Zakaria Yahya bin Syarf an-Nawawi. Nama yang sangat tidak asing lagi di telinga kita, khususnya penganut Syafi’iyah. Beliau merupakan salah satu Ulama Syafiiyah yang sangat terkemuka. Begitu tabahhur (mendalami) Ilmu-ilmu agama yang berbau Syafi’i. Salah satu Ulama’ dari minoritas Ulama yang sampai akhir hayatnya tidak sempat merasakan indahnya beribadah bersama wanita (Menikah).

Suatu ketika Beliau ditanya:

“Ya Maulana, mengapa engkau tidak menikah?”

Dengan seuntai senyum dan nada lembutnya beliau menjawab:

“Aku lupa”

Saking besarnya kecintaan Imam Nawawi terhadap Ilmu, hingga membuatnya lupa bahwa di dunia ini masih ada kaum Hawa.

Berbicara keistimewaan sosok Imam Nawawi, tidak hanya sampai di situ saja, masih banyak kisah-kisah yang menceritakan sifat manusiawinya yang dapat dan baik kita teladani. Tak sedikit dari Ulama-ulama besar yang kagum terhadapnya, termasuk Imam Ibnu Malik (Pengarang nadzom Nahwu yang sangat terkenal “Alfiah Ibnu Malik”) yang merupakan Guru dari Imam Nawawi, merasa sangat kagum terhadap muridnya tersebut, sehingga Beliau mencantumkan sosok Imam Nawawi pada salah satu bait dalam kitab karangannya:

ولا يجوز الابتدا بالنكره...مالم تفد كعند زيد نمره
وهل فتى فيكم فما خل لنا...ورجل من الكرام عندنا   

Yang dimaksud oleh Ibnu Malik pada lafadz ورجل من الكرام عندنا adalah Imam Nawawi. Kemudian, tak hanya itu saja, masih banyak lagi Ulama yang semasa dengannya, bahkan Ulama yang hanya mengenal Imam Nawawi dari karya-karyanya pun sangat mengaguminya, salah satunya yaitu Imam Taqyuddin as-Subki. Diceritakan bahwa suatu ketika Imam as-Subki pergi ke suatu tempat dimana Imam Nawawi mengajar Hadist di tempat tersebut waktu hidupnya dulu. Kemudian Imam as-Subki bertanya terhadap sekelompok orang yang ada di tempat tersebut dimana posisi Imam Nawawi ketika mengajar Hadist. Lalu salah satu dari mereka memberi tahu Imam as-Subki tempat Imam Nawawi ketika mengajar seraya menunjuk pada sehelai sajadah yang diduduki Imam Nawawi. Dengan keadaan senang dan rindu terhadap sosok Imam Nawawi, Imam as-Subki langsung menundukkan kepalanya, mencium sajadah tersebut seraya berkata:

وفي دار الحديث لطيف معنى * على بسط لها أصبو وآوي
عساي أن أمس بحر وجهي * ترابا مسه قدم النووي


Ya Rob!

Jadikanlah kami sebagai orang yang tidak pernah lelah dalam mengembara Ilmu-Mu, tidak pernah menyerah dalam berusaha mendapatkan Ridlo-Mu, tidak pernah malas dalam mengharap Syafaat kekasih-Mu, Muhammad SAW.

Oleh: Senja Bertasbih

1 komentar:

Follow Us @soratemplates