Berbicara ilmu, sampai kapan pun tidak akan
pernah ada ujungnya. Begitu banyak nas al-Qur’an dan as-Sunnah yang berbicara
tentang keagungannya dan keutamaan bagi penuntutnya. Dalam kitab “al-Fawaid
al-Makkiyah Fima Yahtajuhu Tholabatu as-Syafiiyah”, karya Syaikh ‘Alawi bin
Ahmad bin Abdurrahman as-Saqof as-Syafii al-Makki disebutkan bahwa mayoritas
Ulama Mujtahidin mengatakan: “Sesungguhnya mengembara Ilmu lebih utama daripada
melakukan Sholat sunnah, apabila benar-benar diniatkan karena Allah."
Tak heran jika Ulama-ulama terdahulu begitu
menguasai subtansi dari Ilmu, terlebih Ilmu Agama. Selain karena tidak
terganggu dengan adanya sosmed seperti di era yang serba canggih ini, mereka
juga sangat betul-betul memperhatikan tata-cara menuntut Ilmu yang diajarkan
oleh sang Baginda dan para sahabat-sahabatnya. Berbeda dengan kita, yang hampir
80% dari jangka waktu satu hari satu malam, kita gunakan hanya untuk hal-hal
yang bisa dikatakan sangat merugikan.
Imam Muhyiddin Zakaria Yahya bin Syarf an-Nawawi.
Nama yang sangat tidak asing lagi di telinga kita, khususnya penganut
Syafi’iyah. Beliau merupakan salah satu Ulama Syafiiyah yang sangat terkemuka.
Begitu tabahhur (mendalami) Ilmu-ilmu agama yang berbau Syafi’i. Salah satu
Ulama’ dari minoritas Ulama yang sampai akhir hayatnya tidak sempat merasakan
indahnya beribadah bersama wanita (Menikah).
Suatu ketika Beliau ditanya:
“Ya Maulana, mengapa engkau tidak
menikah?”
Dengan seuntai senyum dan nada
lembutnya beliau menjawab:
“Aku lupa”
Saking besarnya kecintaan Imam Nawawi terhadap
Ilmu, hingga membuatnya lupa bahwa di dunia ini masih ada kaum Hawa.
Berbicara keistimewaan sosok Imam Nawawi,
tidak hanya sampai di situ saja, masih banyak kisah-kisah yang menceritakan sifat
manusiawinya yang dapat dan baik kita teladani. Tak sedikit dari Ulama-ulama besar
yang kagum terhadapnya, termasuk Imam Ibnu Malik (Pengarang nadzom Nahwu yang
sangat terkenal “Alfiah Ibnu Malik”) yang merupakan Guru dari Imam Nawawi,
merasa sangat kagum terhadap muridnya tersebut, sehingga Beliau mencantumkan
sosok Imam Nawawi pada salah satu bait dalam kitab karangannya:
ولا يجوز الابتدا بالنكره...مالم تفد كعند زيد
نمره
وهل فتى فيكم فما خل لنا...ورجل من الكرام عندنا
Yang dimaksud oleh Ibnu Malik pada lafadz ورجل من الكرام عندنا
adalah Imam Nawawi. Kemudian, tak
hanya itu saja, masih banyak lagi Ulama yang semasa dengannya, bahkan Ulama
yang hanya mengenal Imam Nawawi dari karya-karyanya pun sangat mengaguminya,
salah satunya yaitu Imam Taqyuddin as-Subki. Diceritakan bahwa suatu ketika
Imam as-Subki pergi ke suatu tempat dimana Imam Nawawi mengajar Hadist di
tempat tersebut waktu hidupnya dulu. Kemudian Imam as-Subki bertanya terhadap
sekelompok orang yang ada di tempat tersebut dimana posisi Imam Nawawi ketika
mengajar Hadist. Lalu salah satu dari mereka memberi tahu Imam as-Subki tempat
Imam Nawawi ketika mengajar seraya menunjuk pada sehelai sajadah yang diduduki Imam
Nawawi. Dengan keadaan senang dan rindu terhadap sosok Imam Nawawi, Imam
as-Subki langsung menundukkan kepalanya, mencium sajadah tersebut seraya
berkata:
وفي
دار الحديث
لطيف معنى
* على بسط
لها أصبو
وآوي
عساي
أن أمس
بحر وجهي
* ترابا مسه
قدم النووي
Ya Rob!
Jadikanlah kami sebagai orang yang tidak
pernah lelah dalam mengembara Ilmu-Mu, tidak pernah menyerah dalam berusaha
mendapatkan Ridlo-Mu, tidak pernah malas dalam mengharap Syafaat kekasih-Mu, Muhammad
SAW.
Bagus,
BalasHapusbisa bagi kitabNya ustad
"العماء العزب"