Oktober 15, 2022

Inkar Sunnah: Maksud dan Tujuannya Serta Bagaimana Ulama’ Menyikapinya?

 




Oleh: Afifuddin

Hadis merupakan sumber ke dua di dalam agama Islam setelah al-Qur’an, dan juga para ulama’ sering menyebut sumber kedua ini dengan Sunnah. Dalam segi bahasa Sunnah adalah sirah yang artinya adalah perilaku, baik ataupun buruk.¹  Adapun istilah sunnah menurut ulama’ hadis ialah segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah Saw. Di antara ke dua sumber syari’at Islam ini (al-Quran dan Sunnah) mempunyai hubungan yang sangat kuat, sehingga umat Islam tidak bisa meninggalkan salah satunya. Sunnah merupakan suatu hal yang sangat strategis bagi umat Islam, ia (Sunnah) yang menjabarkan dasar-dasar ajaran Islam yang terdapat dalam sumber utamanya. Al-Qur’an memerlukan penjelasan dan rincian supaya dapat dilaksanankan, dan penjelasan serta rincian tersebut tertuang di dalam Sunnah.

Mereka adalah suatu kelompok dari umat Islam, yang mengingkari atau tidak butuh kepada Sunnah, dan mencukupkan al-Qur’an sebagai satu-satunya sumber dalam syari’at Islam. Mereka juga sering menyebut dirinya dengan sebutan Al-qur’aniyyun. Rasulullah telah mewanti-wanti jauh sebelum 14 abad yang lalu akan adanya kelompok tersebut, dengan memberi tau kepada para sahabatnya bahwa akan muncul sebuah kelompok yang tidak percaya dan mengingkari sunnah.

Awal mula munculnya inkar Sunnah pada abad kedua (hijriah), dan Imam Syafi’i adalah orang pertama yang menghadapi mereka, dengan membantah syubhat-syubhat mereka di dalam kitabnya al-Umm.²  Tidak sedikit dari para ulama’ yang menulis sebuah kitab terkait pendapatnya tentang orang-orang yang mengingkari Sunnah, dan orang yang mencukupkan untuk kembali ke Al-Qur’an saja. Diantaranya; Imam Syatibi pada kitabnya Al-Muwafaqot fi usul As-syari’ah, dan begitu juga Imam Suyuti yang beliau beri nama kitabya Miftah al-Jannah fi Ihtijaji bi as-Sunnah, beliau membantah habis-habisan pendapat-pendapat nyeleneh ingkar Sunnah. Dari para ulama Azhar sendiri telah menjelaskan dan mengeluarkan pendapatnya tentang permasalahan ini, diantaranya; Dr. M Sayyid Tantawi mensifati setiap orang yang butuh kepada al-Qur’an saja dan mengenyampingkan Sunnah dengan sifat bodoh yang tidak tau akan agamanya, serta beliau juga menjelaskan bahwa Sunnah adalah ketetapan dari Allah dan Rasul-Nya, adapun lafadznya dari Rasul akan tetapi ma’nanya wahyu dari Allah. Al-Imam al-Akbar Syekh Ahmad Toyyib berkata dalam permasalhan ini “ bermain-main terhadap sunnah dan meragukan atas kesuciannya, itu adalah permasalahan yang sejak dulu ada, dan tidak akan hilang selama agama ini tetap kokoh berdiri”.

Di anatara dalil mereka yang sering di jadikan hujjah, bahwa al-Qur’an telah menerangkan semua tentang syari’at ini secara terperinci, dengan berdasarkan nash al-Quran: 

ما فرطنا فى الكتاب من شيء

Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam kitab.³

ونزلنا عليك الكتاب تبيانا لكل شيء

Dan Kami turunkan kitab (al-Qur’an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu.⁴

Inkar Sunnah menyimpulkan dengan ke dua ayat di atas, bahwa al-Qur’an telah menjelaskan dan mencakup segala hal pada syari’at islam. Lalu apa gunanya masih butuh kepada Sunnah? Kalau seandainya Al-Qur’an masih butuh kepada penjelasan Sunnah, maka secara tidak langsung di dalam al-Qur’an terdapat kontradiksi sedangkan adanya kontradiksi pada al-Qur’an itu mustahil.  

Pemikiran seperti ini, tidak lain karena adanya kejahilan seperti yang telah disifati oleh para ulama kita. Sangat betul bahwa Al-Qur’an telah menjelaskan semua tentang syari’at ini, seperti halnya kaidah-kaidah hukum dan pondasi syari’at, namun al-Quran sendiri menjelaskan sebagiannya saja, dan meninggalkan sebagiannya yang lain untuk Rasulullah jelaskan kepada ummatnya, Allah berfirman :

وأنزلنا اليك الذكر لتبين للناس ما نزل اليهم ولعلهم يتفكرون

Dan Kami turunkan ad-Zikr (al-Qur’an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah di turunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan.

Dari ayat ini bahwa Rasulullah diperintah langsung oleh Allah, untuk menjelaskan kepada umat Islam apa-apa yang ada di dalam al-Qur’an, maka sangat tidak masuk akal dengan orang-orang yang hanya mencukupkan kepada al-Qur’an, dan inkar terhadap Sunnah, sedangkan salah satu fungsi dari pada Sunnah adalah menerangkan dan menjelaskan yang ringkas (mujmal) di dalam al-Qur’an. Seperti halnya Allah memerintahkan kepada umat Islam untuk mendirikan shalat, sedangkan al-Qur’an sama sekali tidak menjelaskan jumlah waktu solat siang dan malam, dan berapa jumlah raka’at pada setiap shalat, serta  bacaan apa yang harus dibaca ketika shalat. Semua itu Sunnahlah yang menjelaskan semuanya.  Begitu juga tentang permasalahan zakat, haji dan ibadah serta hukum-hukum pada syari’at ini.

Dengan syubhat ini secara tidak langsung, mereka (Inkar Sunnah) ingin membutakan umat Islam pada hakikat al-Qur’an, sebab tidak sempurna syari’at Islam tanpa adanya penjelasan dari Sunnah. Seringkali ada permasalahan halal dan haram, perintah dan larangan di dalam Sunnah, yang mana al-Qur’an tidak menyebutkan hal tersebut, dan ketika umat Islam sudah buta, atas perintah apa yang dimaksud oleh Allah dalam sumber utamanya (al-Qur’an), di saat itu juga umat Islam akan meninggalkan al-Qur’an. Mereka (inkar Sunnah) pada hakikatnya tidak percaya kepada al-Qur’an, dan tujuannya adalah ingin menghancurkan Islam dengan mempelajari al-Qur’an dan Sunnah, padahal mereka tidak iman kepada dua sumber syari’at Islam tersebut.

Kita sebagai umat Islam sangatlah butuh kehati-hatian  dalam menjaga syari’at ini, sebagaimana para ulama telah menjaga utuh apa yang di sampaikan oleh Rasulullah. Guru merupakan peran penting untuk menentukan karakter individu seorang muslim, untuk membentengi dari paham-paham nyeleneh seperti halnya paham syi’ah, wahabi dan paham ingkar sunnah, Imam Ibnu Sirin berkata: “Ilmu ini adalah sebagian dari agama, maka lihatlah (perhatikanlah) dari siapa kalian memperoleh ilmu agama.” Wallahu a’lam....

Refrensi : 


¹ Al-Maliki, Sayyid Muhammad. “Kitabu al-Minha al-Latif” hal 9.

² Lihat buku Subhat haula al-Hadis (diktat kuliah tk2) hal 14.

³ Surat al-An’am, ayat 38.

⁴ Surat an-Nahl, ayat 89

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates