,
Nabi Muhammad SAW. sebagai
Guru yang bijaksana mampu menjadi panutan sekaligus penolong bagi seluruh Umat manusia,
semenjak beliau dilahirkan sampai wafat.
Salah satu contoh pelajaran
yang dapat kita ambil ibrah dari perjalanan hidup beliau adalah Kejujurannya
yang tak pernah diselahi kebohongan sama sekali, sebelum beliau diutus maupun setelahnya. Tak heran ketika beliau mendapat gelar Al-Amin,
orang yang terpercaya dari mereka kalangan masyarakat Qurays. Jujur juga merupakan
salah satu sifat yang menjadi ujung tombak para Nabi dalam memberi petunjuk pada
umatnya. Disamping tiga sifat yang lainya (Amanah, Tabligh, danFathanah).
Islam
memberikan perhatian khusus pada satu sifat terpuji ini, sebagai sebuah kunci sukses
dunia dan akhirat, tak berlebihan jika kita mengatakan; “Layaknya sebatang pohon
yang membutuhkan akar yang kuat, seperti itulah fungsi kejujuran dalam kehidupan
ini”. Hilangnya satu sifat ini akan berdampak Banyaknya hal negatif yang
akan terjadi di kalangan masyarakat.
Di samping itu, Jujur tidak hanya terfokus pada
ucapan saja. Melainkan lebih dari itu jujur adalah sebuah sikap Imani, yang
dapat menimbulkan sifat-sifat positif bagi pemiliknya. Seperti yang di sabdakan
Rasulullah“Hendaklah kalian berlaku Jujur, karena sesungguhnya Jujur itu menunjukan
kalian pada kebajikan. Dan
kebajikan itu menunjukan kalian menuju jalan masuk Surga” (HR. Muslim).
. Lebih jauh lagi,
dalam mengarungi makna
yang terkandung dalam sifat jujur itu. Ada wejangan yang berbunyi“ kejujuran lebih tinggi nilainya
dari pada kesopanan dan ke cerdasan”, dari sini dapat kita artikan sifat jujur
adalah induk dari pada semua sifat kebajikan,
seluruh aspek dan dimensi kehidupan, interaksi yang dilakukan manusia,
baik yang berhubungan dengan tuhannya, dirinya, maupun sesama manusia haruslah
di sertai dengan sikap jujur.
Dan tentunya harus diawali Dengan jujur pada diri sendiri
yang nantinya akan terus menjadi sikap pijakan kita dalam bergaul dengan
orang lain. Hal ini sebagaimana telah dianjurkan dalam firman
Allah SWT.“ Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kalian kepada Allah SWT. Dan hendaklah bersama orang-orang
yang benar.”
Setidaknya ada dua kandungan makna yang dapat kita
ambil dari ayat tersebut, yaitu bagaimana kita bisa mengaplikasikan perintah untuk
senantiasa berbuat baik dan benar, dan arti kedua ayat itu lebih pada terciptanya
suasana yang dipenuhi dengan hal yang baik dan benar di sekitar kita, logikanya
bagaimana mungkin Allah SWT. Menganjurkan kita untuk bersama
orang yang benar dalam percakapannya dan perbuatannya sedangkan suasananya itu belum terwujud?.
Namun demikian yang terpenting adalah bagaimana
kita memulai dari kita sendiri. Kemudian dengan sendirinya kita akan terbiasa
dan orang-orang di sekitar kita akan terbawa oleh prilaku yang kita tanamkan kepada
mereka melalui pergaulan kita dengan mereka.
Timbulnya kesadaran di Kalangan masyarakat untuk
senantiasa menapaki jalan kebenaran dan kebaikan dalam setiap tingkah laku Mereka,
adalah langkah menuju kenyamanan bermasyarakat dan bernegara dengan senantiasa menjadikan
sifat jujur adalah pijakan utama dalam berbagai aspek kegiatan sehari-hari.
El-Za