,
Hari kamis tanggal
04-01-2018 minggu ke tiga aku menghadapi ujian di kuliah Al Azhar, penghuni asrama sudah mulai bergegas semua
dari tempat tidurnya untuk siap-siap pergi ke kuliah. Nah seperti biasanya
mahasiswa Azhar sebelum pergi ujian mereka mengetuk pintu kamar teman-temannya
untuk meminta doa agar diberi kelancaran dalam menjawab soal-soal diktat kuliah
yang diujikan oleh para dosennya masing-masing. Bismillahi tawakkaltu alallah
doaku dalam hati, ku
langkahkan kaki ini dengan sepatu bututku tapi pundakku terasa berat dengan beberapa lapisan kain yang menempel dan menumpuk di badanku.
Ku pandangi langit untuk
mencari sinar matahari, namun yang kutemukan hanya gumpalan awan warna abu-abu.
Kutarik nafas panjang-panjang dan menghirup udara segar, anginnya pun sukses
membuat tubuhku menggigil dengan semangat, ia mengajak gamisku terbang kesana kemari untuk menghiburku.
20 menit akupun menunggu bus kesayangan mahasiswa Mesir di halte
tapi tak kunjung tiba. Akhirnya aku menaiki tramco (kendaraan roda empat
/angkot) dan turun di awal Sabi sambil
menunggu bus 24 akupun mengeluarkan diktat kuliah untuk muthalaah hafalan yang sudah dipelajari tadi
malam. Alhamdulillah, bus yang ditunggu akhirnya sudah tiba dan berhenti pas di
depanku. Ithla’ bissur’ah ya binti ! (cepat naiklah nak !)ucap kondektor busnya. Ku mencari
tempat duduk yang kosong, namun yang kudapati di sana sosok seorang laki-laki
paruh baya dengan ciri has jas dan dasi yang biasanya orang kantoran kenakan.
Beliau adalah dosen yang
pernah mengajariku waktu tingkat pertama dengan lambaian tangannya dan suara
lembutnya beliau mempersilahkan aku
duduk di sampingnya sambil mendoakanku dengan doa yang dikeluarkan oleh lisan
sucinya.
Beberapa menit kemudian bus yang kutumpangi berhenti mendadak
mebuat penumpang berjatuhan di dalam bus
seperti alat-alat dapur jatuh dari raknya jatuh berkeping-keping(hehehehe
alay dikit). Qadarullah Alhamdulillah
semua penumpang termasuk pengemudinya selamat tanpa ada luka- luka.
Setibanya di kuliah aku mengecek semua perlengkapan di dalam tasku
yang tadi malam sudah saya persiapkan
seperti bolpen, peggaris dan kerneh supaya saya bisa ikut ujian dengan
tenang, karena ujian di Al Azhar bagi masisir (mahasiswa Mesir) sangat horor
semuanya harus perfect, di dalam ruangan
ujianpun kendati harus senyap dan tidak boleh menggerakkan badan kecuali
kedipan mata fokus dan tertuju ke kertas soal ujian sambil mengerjakan jawaban
sesuai dengan pertanyaan yang diminta oleh dosen yang mengajar pelajaran Ad-Dakhil dan dilarang
keras nolah-noleh ke samping, bisa saja kita
di DO dari kuliah(ngeri kan kawan-kawan?), bisa dikatakan duduknya Masisir itu ibarat patung singa yang berada di dekat sungai Nil Tahrir hanya besar mata saja
tapi dilarang untuk bergerak. Seketika keadaan terasa mencekam dan genting ternyata dari perlengkapan yang kubawa hanya kernehku yang menghilang entah kemana. Bingung
resah semuanya campur aduk di kepala gara-gara kerneh hilang, nanti saya tidak
bisa ikut ujian “ pikiranku sudah kacau balau”. Mau balik ke asrama waktu ujian
sebentar lagi akan dimulai, mau ke ruangan tidak bawa kartu mahasiswa, ingin
rasanya teriak di depan dekan fakultas
ushuludin agar bisa dipersilahkan untuk mengikuti ujian ke tiga Al Azhar.
Di bawah pohon ku hanya bisa meratapi kesedihanku, menunggu dan menanti sebuah keajaiban yang datang
tiba-tiba, berharap ada seseorang membawakan kartu identitasku. Ternyata tidak
lama kemudian semua yang kuharapkan terjadi seketika dan sontak membuat saya sangat bahagiaya sekali, saking bahagianya rasa-rasanya sampai ingin mau nari-nari kala itu (andaikan diperbolehkan), mungkin tuhan sudah mendengar suara
hatiku. Ada seorang laki-laki datang menghampiriku dengan nafas ngos-ngosan
sambil menyodorkan sesuatu yang saya harapkan akan kembali. "Ya binti,
hadzihi bitaqatuk bissur’ah idzhabi likay la tataakhari" Tandasnya.
Tanpa banyak perbincangan ku hanya bisa menguntaikan kalimat “Syukran ya
duktur”, langsung
ku melangkahkan kaki sambil melihat kebelakang melihat langkah sosok laki-laki
yang sudah banyak membantuku sejak bertemu di tingkat pertama dan menjadi super
hero di hari ujian
ketiga kuliahku hingga
langkahnya semakin jauh semakin tidak terlihat oleh pandanganku.
Takdir tuhan sangat indah
Mempertemukaku dengan sosok pahlawan tanpa jasa
Seolah tercuri oleh penampilannya yang sangat langka
BERSAMBUNG
Oleh: Muallimah