Pagi itu aku masih menatap indahnya fajar dengan teman setiaku sibuku dan pena. Aku masih berfikir tentang keindahan ini, mencoba menyelami arti kebahagiaan
yang sebenarnya. Tak lelah kata hamdalah terlontar dari bibir kecilku.
“Allah…jangan Kau alihkan ketenangan ini dari selain-Mu. Tangguhkan imanku yang terkadang entah berapa kali
aku berpaling pada-Mu Rabb…“ gumamku dalam benak. Tak terasa semua berlalu,
sekarang saatnya aku pergi menuju kampus. Aku selalu berharap Allah meridhai setiap langkahku.
Seperti biasa bis merah favorit masisir Kalangan asyir yang kutumpangi tidak terlalu ramai penumpang. Aku
duduk di kursi paling depan. Aku melihat kendaraan berlalu-lalang memadati jalan raya. Namun lagi-lagi aku memikrkan sesuatu.
Aku melihat beberapa perbedaan di tengah-tengah lalu lintas itu. Kulihat sepeda motor, mobil,
bis yang sama-sama melewati lubang di jalan raya. Aku mulai berfikir dan mengambil hikmah di pagi hari itu. Taukah apa itu? THE POWER OF IMAN.
Kita ibaratkan saja transpotasi itu diri kita, dan lubang disitu adalah ujian yang sedang kita hadapi sekarang. Saat kita mendapat ujian, kita terkadang menggerutu dalam hati“ Allah,
kenapa ujianku seperti ini? “. Jika kita renungkan bukan Allah lah yang memberikan kita ujian berat kepada kita, tapi kita yang
merasa terbebani dengan ujian itu.
Allah berfirman: لا يكلف الله نفسا إلا وسعها
Dari segelintir ayat tersebut sudah kita ketahui bahwa Allah
memberikan ujian kepada hamba-Nya selaras dengan kemampuan. Jadi sekarang tinggal
kita menyelami diri sendiri, di tingkat manakah iman kita kepada Allah? Jika
iman kita sepadan dengan sepeda motor, kita akan merasakan goncangan saat
melewati lubang itu.
Semakin besar tingkat iman
kita kepada Allah semakin kita merasa ujian ini bisa kita lalui. Bayangkan saja
jika kekuatan iman kita selaras dengan pesawat terbang, apa yang kita rassakan?
Ketenangan bukan? .
Terkadang datangnya ujian kepada kita karena Allah rindu dengan kita. Rindu keluh kesah kita, rindu curhatan dan air mata kita di sepertiga malam, rindu lantunan-lantunan kalimat indah, rindu dekapan hangat yang terkadang kita tak merasakannya. Jika kita fikirkan lagi, indah bukan skenario Tuhan?.
Sekarang kita bisa melihat,
dimanakah tingkat keimanan kita kepada Allah? Apakah masih menjadi pengemudi sepeda
motor, atau mulai naik ketingkat mobil, ataukah iman kita sudah selaras dengan pesawat
terbang?.
Ilmu tak hanya kita pelajari
di bangku kelas dengan puluhan buku berserakan, tapi disetiap langkah ada banyak
mutiara kehidupan yang takkan habis kita punguti setiap harinya; karena terkadang
mutiara ini tertutupi dengan kesibukan-kesibukan duniawi.
“ Jangan sia-siakan permata yang ada di depanmu lenyap begitu saja. Belum tentu kau dapat menemukan yang semisalnya di kemudian hari.”
Oleh: Nisa
Iman adalah perisai. Salam dari Ambon
BalasHapushttps://amaholucintailmu.blogspot.com/2017/01/perbedaan-orang-yang-beriman-dan-orang.html