Maret 13, 2018

,






















بسم الله الرحمن الراحيم

(Sikap Pelajar pada The family MCA dan Produsen Hoax)

                Indonesia sebagai negara terbesar umat muslim diseluruh dunia tidak sepenuhnya menjadi instrumen rujukan negara lain dalam mengaplikasikan ajaran islam yang rahmatan lil alamin, polemik harian yang ter-expose melului berbagai media merupakan implementasi kejujuran tidak stabilnya komonikasi hubungan dari aneka lapisan, pada sektor sturuktur kepemerintahan gesekan perpecahan menjadi komsumsi publik, sama-sama mengatasnamakan rakyat, tapi lantang mendiskreditkan pihak lawan yang tidak sejalan dengan target tujuan masing-masing, pihak oposisi pemerintah dan yang pro pemerintah saling membangun opini (political hoax)sistematis yang matang strategi untuk meningkatkan presentase elektabilitas tokoh idolanya, debat terbuka antara tokoh politik dan intelek berhasil membuka pintu kebencian rakyat sehingga hate-speech (ujaran kebencian), hujat-menghujat bahkan malayangkan hoax sekalipun menjadi rutinitas harian yang dilempar sana sini sebagai bentuk pembunuhan krakter pada tokoh yang tidak disukai.

Tentu pihak yang mentransfer informasi hoax ke-lapisan masyarakat akan mengakibatkan dampak buruk kehidupan sosial terutama pada masyarakat awam yang tidak mempunyai benteng menepis  masalah yang sangat krusial ini, apalagi rendahnya literasi yang dimiliki oleh masyarakat sangat mudah sekali menancapkan titik hitam kejahatan ke dalam hati mereka, dan bahkan mereka tidak sekedar menancapkan informasi hoax dan hate-speech ke hatinya saja, melainkan terus berupaya mengeksekusi dan melestarikan pada kehidupan nyata, bisa jadi eksekusi tersebut tidak cuma cacian berlebihan belaka tapi malah menggunakan tindak kriminal pembunuhan atau penganiayaan.

Hoax itu dosa besar!

Pada tanggal 16 januari 2018 Tim Cyber bareskrim polri menangkap 14 produsen hoax, enam dilakukan penahanan dan delapan lainnya dalam proses penegakan hukum, motif penangkapan tersebut karena menyebarkan hoax penganiyaan ulama dan isu kebangkitan PKI, brigadi jendral kepolisian menyampaikan bahwa penangkapan tersebut tidak melihat pada identitas sosial seseorang, tapi murni kejahatan penyesatan opini yang seolah-olah betul adanya, ada sekitar 45 kapitalisasi berita yang cukup masif tentang penganiyaan ulama’ padahal fakta kebenarannya cuma tiga, bahkan sebab viralnya isu penganiyaan ulama di udara (medsos), menyebabkan masyarakat di Banten melakukan penganiyaan dan pemukulan terhadap orang gila (lanjut perwakilan pihak kepolisian menuturkan di acara IlC TV One).

Tragedi masal penganiayaan terhadap orang gila di Banten (karena di anggap pura-pura gila oleh masyarakat), adalah salah satu dampak biadabnya informasi hoax. Orang gila yang dalam statusnya tidak dibebankan hukum syariat oleh dzat yang maha pengasih, tapi malah diberi hukuman penganiyaan masal oleh masyarakat, yang mestinya harus dijaga dan diayomi tapi dia malah menjadi target buruan introgasi, terus siapakah diantara kita yang gila sebenarnya? Memang betul orang gila itu banyak macamnya!. Maka sangat benar sekali ketika Mantan rektor Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat mengatakan, “momok dari penyebaran berita bohong atau hoax tak ubahnya seperti peradaran narkotika dan pornografi, bila dibiarkan bisa membahayakan dan merugikan masyarakat.” Beliau juga menuturkan, “Hoax itu pembunuhan krakter, yang berbeda dangan kritik. Kalau kritik silahkan, tapi kalau hoax saya anti, karena merupakan manipulasi, kecurangan, yang dapat menjatuhkan orang lain.”[1]Dengan ini teranglah efek berita hoax yang diviralkan di media sosial berdampak konflik komunal, kesenjangan sosial, pembunuhan krakter, persekusi masal, bahkan bisa jadi nanti sampai pada titik tindakan kriminal yang berujung pada kematian.

Produsen hoax bisa diinterpretasikan sebagai pembohong, pemfitnah, pengadu domba, munafik, sumber kerusuhan. Dikategorikan sebagai pembohong karena jelas dia membuat berita yang tidak benar, dikatakan pemfitnah karena menjastis orang lain dengan sesuatu yang tidak baik sehingga timbullah kegaduhan, dikatakan sumber kerusuhan karena tidak mungkin api menyala tanpa ada sebab, dan dikatakan munafik karena dia tau tentang kebenaran fakta tapi dia membangun opini yang tidak sesuai fakta, seperti halnya orang yahudi dan nasrani yang dinobatkan munafik karena menjahui fakta yang diketuhui, dengan membuat kebohongan fakta baru. Dengan hal ini, sifat jelek yang melekat pada produsen hoax adalah dosa besar yang masuk pada katagori dosa hakkul adami, dimana Allah tidak akan memaafkan kecuali orang yang terskiti memaafkan. Apalagi produsen hoax tersebut mencatut nama muslim untuk menyebarkan informasi abal-abal seperti The Family Muslim Cyber Armi.

Adapun solusi agar kita terhindar dari informasi abal-abal atau hoax:

Pertama, klarifikasi (tabayun) sebagimana firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا.......

Kedua, matangkan kemampuan intlektual, karena semakin rendah literasi masyarakat, maka semakin mudah menerima hoax.

Ketiga, jangan jadi manusia “kagetan”, tetap bersikap dewasa dan tenang dalam menghadapi segala hal.

Dan tentunya yang terakhir tetap untuk semakin menambah rasa takut pada Allah. Insyaallah tidak akan terpengaruh pada berita hoax. Semoga kita semua dijauhkan dari penyebar dan penerima hoax, atau ujaran kebencian. Amin. 

Oleh : Abdul Adzim HS



[1]Di ambil dari CNN Indonesia

Maret 12, 2018

,


















Kita, terutama perempuan yang baru hijrah mudah baperan pada status dan postingan seseorang, terutama apabila di akun facebooknya bertuliskan "Kuliah di Universitas Al-Azhar". Maklum, setiap perempuan ingin bermakmum pada imam yang bisa mengajaknya ke surga. Mereka melihat bahwa setiap pemuda yang kuliah di Universitas terkemuka seperti Al-Azhar adalah pemuda yang berkualitas, apalagi baru-baru ini alumninya sudah mengepakkan sayapnya diberbagai sektor yang ada di Indonesia. Ada yang menjadi Pendakwah, Gubernur, Pakar tafsir, budayawan dll. Artinya, mahasiswa lulusan Timur Tengah menjadi primadona bukan sesuatu yang asing lagi. Sehingga, kalau para akhwat menyerbu akun mahasiswa Timur Tengah, itu bukan tidak ada maunya. Ada udang dibalik batu. Apakah ini salah?

Tentu tidak !! Niat mereka baik, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, mereka hanya ingin berteman dengan orang-orang yang diyakininya bisa menuntunnya ke surga. Siapa tahu jodoh melalui ta'arufan, kata pemuda zaman now. Pada awalnya saya tidak begitu yakin dengan peristiwa yang menimpa salah satu sahabat saya yang diajak ta'arufan oleh akhwat, dan itu pun tidak hanya satu orang. Setelah penulis ditimpa peristiwa yang sama, ternyata akhwat yang demikian itu betul-betul nyata.

Yah,,, mungkin mereka baper pada setatus dan postingan-postingan kami di facebook dan IG, yang mungkin mereka lihat sebagai tulisan ilmiah dan bijaksana. Namun, pada saat peristiwa tersebut menimpa penulis, serentak teringat dengan jawaban bijak salah satu senior yang tidak lama ini ditembak temannya sendiri, beliau menjawab, "Kalau kamu terpaut padaku karena tulisan dan postinganku, sungguh aku tak sebaik yang kamu bayangkan." Dari jawaban inilah penulis mendapat bisikan untuk menjawab, "Saya cari ilmu bukan cari istri. Maaf !! Jangan mudah terlena dengan posisi seseorang, tidak semua yang kuliah di Al-Azhar orang baik-baik. Saya bukan orang baik yang pantas buat wanita sholehah seperti sampean."

Lalu dari peristiwa ini juga, penulis dapat inspirasi untuk menulis postingan yang berjudul “Ahli Ilmu”. Jangan mudah terlena dengan setatus dan postingan seseorang, kecuali apabila sudah tahu kepribadiannya. Ambil dan dengar nasehatnya tanpa melihat orangnya. Seringkali bungkus lebih menarik dari isinya, apalagi sekarang lagi musim pencitraan. Imam Gazali berkata, " Mencari ilmu harus melalui tiga tahap sebagaimana ibadah haji : 1. Mempersiapkan perbekalan termasuk belajar segala yang berkaitan dengan haji. 2. Melakukan proses perjalanan menuju makkah. 3. Setelah sampai, melaksanakan proses ibadah Haji dengan memenuhi syarat dan rukunnya. Tidak sama orang yang masih mengumpulkan perbekalan dengan orang yang sedang melakukan perjalanan. Berbeda dengan orang yang sedang melakukan perjalanan dengan orang yang sedang melaksanakan ibadah haji. Dan berbeda pula orang yang sedang melaksanakan ibadah haji, dengan orang yang sudah melaksanakannya dan pulang ke negeri kelahirannya."

Seperti itulah seorang pelajar. Seorang pemula dia hanya mampu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin berupa pengetahuan saja, belum bisa disebut sbagai ahli apalagi pakar. Baru akan naik pada tahap ke dua, ketika dia sudah bisa memahami dan mempraktekkan ilmunya secara nyata, ini pun belum pantas disebut ahli apalagi pakar. Dia baru pantas disebut sebagai ahli atau pakar, apabila ilmu yang dipelajarinya sudah mendarah daging menjadi keahliannya dan kepribadiannya.
Jika ditanya, "Kalau kamu masuk tahap yang mana?". Saya masih pemula, hanya baru bisa menulis dan menyampaikan ilmu orang yang saya baca dan pelajari, belum bisa mengamalkan apalagi menguasai. Jadi, cukup ambil postingan saya, tidak perlu mencontoh orangnya. Karena saya bukan Ahli ilmu masih penuntut ilmu!
Allah SWT berfirman:

 فَسْــئَلُوْۤا أهْلَ الذِّكْرِإنْ كُنْتُمْ لَاتَعْلَمُوْنَ

"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (Ahli ilmu) jika kamu tidak mengetahui"(QS. An-Nahl 16: Ayat 43)
_______________________________
Artinya, siapapun kita dan seperti apapun kita di sini, tidak lantas masyarakat bahkan bangsa kita melihat kita sebelah mata ketika sudah berada di Al-Azhar apalagi sudah berstatus sebagai Mahasiswa Al-Azhar. Mereka mengharapkan kita, kita adalah permata di mata mereka. Jangan sampai mengecewakan mereka, sumbangsih kita diterima dengan baik dan senang hati. Tulisan dan postingan-postingan kita dibaca dan dipelajari, sampai-sampai membuat mereka baper dan ingin menjalin hubungan dengan kita, karena dianggapnya lentera yang dapat menerangi jalan mereka menuju kebenaran.

Ingat, meski kita tidak begitu tertarik dengan sesama mahasiswa Al-Azharnya, namun mahasiswi-mahasiswi di luar sana menunggu dan sangat mengharapkan pendamping dari Mahasiswa Al-Azhar. Terutama bangsa dan negara kita menunggu kedatangan kita. Ayo, kita berikan yang terbaik, tentunya dengan persiapan yang terbaik !!

Semoga bermanfaat !!!

قال عيسى عليه السلام : لاتعلقواالجواهرفي أعناق الخنازيرفإن الحكمةخيرمن الجوهرومن كرههافهوشرمن الخنازير.
"Nabi Isa bersabda : Jangan sekali-kali kamu kalungi babi dengan permata. Nasehat lebih berharga dari permata, siapa yang enggan dinasehati. Sungguh, dia lebih hina dari seekor babi. "

Oleh: Amien ibn al Ghazali

Maret 11, 2018

,























 Hari kamis tanggal 04-01-2018 minggu ke tiga aku menghadapi ujian di kuliah Al Azhar,  penghuni asrama sudah mulai bergegas semua dari tempat tidurnya untuk siap-siap pergi ke kuliah. Nah seperti biasanya mahasiswa Azhar sebelum pergi ujian mereka mengetuk pintu kamar teman-temannya untuk meminta doa agar diberi kelancaran dalam menjawab soal-soal diktat kuliah yang diujikan oleh para dosennya masing-masing. Bismillahi tawakkaltu alallah doaku dalam hati,  ku langkahkan kaki ini dengan sepatu bututku tapi pundakku terasa berat dengan beberapa lapisan kain yang menempel dan menumpuk di badanku.

 Ku pandangi langit untuk mencari sinar matahari, namun yang kutemukan hanya gumpalan awan warna abu-abu. Kutarik nafas panjang-panjang dan menghirup udara segar, anginnya pun sukses membuat tubuhku menggigil dengan semangat, ia mengajak gamisku terbang kesana kemari untuk menghiburku.

20 menit akupun menunggu bus kesayangan mahasiswa Mesir di halte tapi tak kunjung tiba. Akhirnya aku menaiki tramco (kendaraan roda empat /angkot) dan turun di awal Sabi sambil menunggu bus 24 akupun mengeluarkan diktat kuliah untuk muthalaah hafalan yang sudah dipelajari tadi malam. Alhamdulillah, bus yang ditunggu akhirnya sudah tiba dan berhenti pas di depanku.    Ithla’ bissurah ya binti ! (cepat naiklah nak !)ucap kondektor busnya. Ku mencari tempat duduk yang kosong, namun yang kudapati di sana sosok seorang laki-laki paruh baya dengan ciri has jas dan dasi yang biasanya orang kantoran kenakan. Beliau adalah dosen yang pernah mengajariku waktu tingkat pertama dengan lambaian tangannya dan suara lembutnya beliau  mempersilahkan aku duduk di sampingnya sambil mendoakanku dengan doa yang dikeluarkan oleh lisan sucinya.

Beberapa menit kemudian bus yang kutumpangi berhenti mendadak mebuat penumpang  berjatuhan di dalam bus seperti alat-alat dapur jatuh dari raknya jatuh berkeping-keping(hehehehe alay dikit). Qadarullah  Alhamdulillah semua penumpang termasuk pengemudinya selamat tanpa ada luka- luka.

Setibanya di kuliah aku mengecek semua perlengkapan di dalam tasku yang tadi malam sudah saya persiapkan seperti bolpen, peggaris dan kerneh supaya saya bisa ikut ujian dengan tenang, karena ujian di Al Azhar bagi  masisir (mahasiswa Mesir) sangat horor semuanya harus perfect, di dalam ruangan ujianpun kendati harus senyap dan tidak boleh menggerakkan badan kecuali kedipan mata fokus dan tertuju ke kertas soal ujian sambil mengerjakan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diminta oleh dosen yang mengajar pelajaran Ad-Dakhil dan dilarang keras nolah-noleh ke samping, bisa saja kita di DO dari kuliah(ngeri kan kawan-kawan?), bisa dikatakan duduknya Masisir itu ibarat patung singa yang berada di  dekat sungai Nil Tahrir hanya besar mata saja tapi dilarang untuk bergerak. Seketika keadaan terasa mencekam dan genting ternyata dari perlengkapan yang kubawa hanya kernehku yang menghilang entah kemana. Bingung resah semuanya campur aduk di kepala gara-gara kerneh hilang, nanti saya tidak bisa ikut ujia“ pikiranku sudah kacau balau”. Mau balik ke asrama waktu ujian sebentar lagi akan dimulai, mau ke ruangan tidak bawa kartu mahasiswa, ingin rasanya teriak di depan dekan fakultas ushuludin agar bisa dipersilahkan untuk mengikuti ujian ke tiga Al Azhar.

Di bawah pohon ku hanya bisa meratapi kesedihanku, menunggu dan menanti sebuah keajaiban yang datang tiba-tiba, berharap ada seseorang membawakan kartu identitasku. Ternyata tidak lama kemudian semua yang kuharapkan terjadi seketika dan sontak membuat saya sangat bahagiaya sekali, saking bahagianya rasa-rasanya sampai ingin mau nari-nari  kala itu (andaikan diperbolehkan), mungkin tuhan sudah mendengar suara hatiku. Ada seorang laki-laki datang menghampiriku dengan nafas ngos-ngosan sambil menyodorkan sesuatu yang saya harapkan akan kembali. "Ya binti, hadzihi bitaqatuk bissur’ah idzhabi likay la tataakhariTandasnya. Tanpa banyak perbincangan ku hanya bisa menguntaikan kalimat “Syukran ya duktur”, langsung ku melangkahkan kaki sambil melihat kebelakang melihat langkah sosok laki-laki yang sudah banyak membantuku sejak bertemu di tingkat pertama dan menjadi super hero di hari ujian ketiga kuliahku hingga langkahnya semakin jauh semakin tidak terlihat oleh pandanganku.

Takdir tuhan sangat indah
Mempertemukaku dengan sosok pahlawan tanpa jasa
Seolah tercuri oleh penampilannya yang sangat langka

BERSAMBUNG


Oleh: Muallimah

Maret 10, 2018

,






















Marilah terlebih dahulu kita mengenal makna istigfar itu sendiri, kata istigfar sebenarnya serapan dari bahasa arab dari asal kata gha, fa, ra, yang berarti mengampuni, dengan menambahkan huruf alif, sin, dan ta’ di awal -suku kata-nya yang mempunyai arti thalab (memohon)  maka dengan sendirinya istigfar secara bahasa ialah meminta atau memohon ampunan, sedangkan secara istilah ialah memohon ampun kepada Allah SWT. atas segala dosa dan kesalahan yang pernah dikerjakan di masa yang sudah berlalu. [1]

            Islam dengan ajarannya banyak kita temukan seruan atas umat manusia baik dalam kitab suci al Quran  maupun hadits Nabi Muhammad SAW. agar selalu meng-istikamah-kan diri untuk selalu beristigfar, disamping karena banyak keutamaan yang akan diperoleh ia juga dapat menyelamatkan manusia dari banyak malapetaka seperti tsunami, banjir, gempa, kemiskinan dan juga kegelisahan dalam diri manusia dan lain sebagainya, itu tidak lain hanyalah karena kemaksiatan dan ke-dzalim-an yang di lakukan oleh makhluk yang bernama manusia ini. Allah SWT. Berfirman:

إن الله لا يظلم مثقال ذرة وإن تك حسنة يضاعفها ويؤت من لدنه أجرا عظيما (النساء: 40)
Artinya: “sesungguhnya Allah tidak mengniaya seseorang walaupun sebesar zarrah dan jika ada kebajikan sebesar zarrah niscaya Allah akan melipat-gandakannya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar’’ (QS: An-Nisaa: 40).

ظهر الفساد في البر والبحر بما كسبت أيدي الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجون (الروم :41)
Artinya : ‘’telah tampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)’’(QS: Ar-Rum :41).

Mohammad Hassan sang orator ulung mesir dalam sebuah pidatonya menegaskan bahwa ada dua sebab penduduk bumi ini akan selamat dan tidak akan ditimpa suatu bencana atau musibah, yang pertama ialah selama Rasulullah SAW. masih hidup, namun sekarang beliau telah wafat. Dan hanya tersisa sebab yang kedua ialah selama mereka meminta ampun atau beristigfar dalam hidupnya, dikarenakan fitrah manusia pada umumnya tidak akan pernah luput dari melakukan kesalahan dan kemaksiatan kepada pemilik semesta alam ini.

Maka dari itu tujuan disyariatkan-nya istigfar ialah dengan rahmat Allah SWT. agar manusia diampuni dan selamat dari azab-Nya, baik di dunia maupun di akhirat kelak sebagaimana alquran mengungkapkan :

ومن يعمل سوء أويظلم نفسه ثم يستغفر الله يجد الله غفورا رحيما (النساء : 110)
Artinya : ‘’Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah maha pengampun lagi maha penyayang’’(QS: An-Nisaa ;110)

وما كان الله ليعذبهم وأنت فيهم وما كان الله معذبهم وهم يستغفرون(الأنفال :33)
Artinya : ‘’Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan kamu berada diantara mereka, dan tidak pula Allah akan mengazab mereka sedangkan mereka meminta ampun (istigfar)’’(QS: Al-Anfal :33).

Berhubungan dengan penjelasan Mohammad Hassan yang berbanding lurus dengan ayat kedua di atas, maulana Prof. DR. Ali Jumah[2] -hafidzahullah- anggota dewan senior ulama al azhar  dalam suatu majelis, beliau mengutarakan pendapat mengenai tafsiran ayat tersebut bahwa sebab yang pertama itu tidak akan terputus dengan wafatnya Nabi SAW, selama umatnya menghidupkan sunah-sunahnya, dalam artian Allah tidak akan mengazab suatu kaum yang selalu menjalankan sunah  Nabi Muhammad SAW. karena Nabi masih terasa hidup di tengah-tengah umatnya yang selalu menghidupkan Nabi dengan cara demikian. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh imam tirmidzi dalam sunan-nya:

ومن أحيا سنتي فقد أحبني ومن أحبني كان معي في الجنة. رواه الترمذي[3]  
Artinya : “barang siapa (dari umatku) yang menghidupkan sunah-sunahku maka ia sungguh mencintaiku, dan barang siapa yang mencintaiku maka ia akan bersamaku di surga”(HR. Tirmidzi).

Dalam riwayat ini maulana Ali Jumah menegaskan bahwa terdapat ikhtilaf dikalangan ulama hadits dalam nash hadits di atas (أحبني), menurut beliau yang paling sohih ialah أحياني)), wallahu a’lam.

            Kembali lagi kepada istigfar, bagi yang mendambakan rezekinya lancar dan berlimpah  dan yang sudah lama mendambakan keturunan namun tak kunjung datang, serta kebahagian lainnya di dunia dan di akhirat, hendaklah dimulai dengan sering beristigfar, mungkin karena ada dosa-dosa yang dapat memperlambat itu semua. Allah SWT, berfirman:

فقلت استغفروا ربكم إنه كان غفارا . يرسل السماء عليكم مدارارا. ويمددكم بأموال وبنين .ويجعل لكم جنات ويجعل لكم أنهارا (نوح:10-12)
Artinya : ‘’maka aku katakan kepada mereka mohonlah ampun kepada tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah maha pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) sungai-sungai.’’ (QS: Nuh :10-12).

Maka dari itu Muhammad Zaky Ibrahim ketua ahli sufi pada zamannya dalam karyanya menerangkan bahwa istigfar adalah jalan atau cara yang bagus bagi pencari (kenikmatan) dunia dan akhirat[4], dan pentingnya istigfar juga di tegaskan oleh Rosulullah dengan amalannya seraya bersabda dalam riwayat Abu Hurairah ra :

والله إني لأستغفر الله و أتوب إليه في اليوم أكثر من سبعين مرة[5]
Artinya : ‘’sesungguhnya saya meminta ampun kepada Allah dan bertaubat dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali’’(HR Bukhari)

 Perlu kita sadari bahwa istigfar adalah bagian dari ibadah yang tidak mudah untuk di kabulkan seperti halnya sholawat sabagai dzikir yang pasti diterima oleh Allah SWT. sebagaimana disampaikan oleh Prof. DR. Ali Jumah bahwa setiap sholawat yang diucapkan oleh setiap manusia pasti di terima walaupun dari orang fasiq.

Dalam hal ini penasehat mufti mesir Dr. Majdi Asyur mengungkapkan bahwa istigfar dapat menghapus dosa-dosa, jika dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh harap kepada-Nya, akan tetapi hal itu masih dianggap kurang lengkap karena ditakutkan seseorang dalam istigfarnya masih ada kelengahan maka dari itu Allah SWT. Menunjukakan cara yang terbaik yaitu anjuran  untuk bertawasul melalui istigfar Rosulullah SAW. kekasih-Nya[6] agar dapat menutupi kekurangan yang dapat meghambat terkabulnya istigfarnya. Sebagaimana di sebutkan dalam al Quran :

ولو أنهم إذ ظلموا أنفسهم جاءوك فاستغفروا الله واستغفر لهم الرسول لوجدوا الله توابا رحيما ( النساء: 64)
Artinya: “Dan sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah dan Rosul-pun memohonkan ampun untuk mereka tentulah mereka mendapati Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang” (QS: An-Nisaa :64)

            Sesungguhnya masih banyak lagi tentang keutamaan istigfar, namun saya cukupkan disini karena keterbatasan pribadi, semoga dapat menjadi motivasi yang baik bagi kita semua. Amin. Sekian dan terima kasih.

Oleh: Fauzan Achmad Anwar




[1]Prof. Dr. Muhammad Robi’ Jauhari,raf’u al-malaam ‘an al-sufiyah al-a’lam .hal 104
[2]Mufti agung Mesir (2003-2013 M.)
[3]Al jami’ as-sahih sunan tirmidzi, dar ihya’ at-turats al-araby, beirut,vol 5 , hal 46
[4]Sayyid Zaky Ibrohim, usul al wusul, asyirah muhammadiyah, cetakan kelima, vol 1, hal, 68.
[5]HR Bukhari (6307)
[6]Dr. Majdi Asyur, Ashlu sayyiduna an-nabi,  dar jawami’ul kalim, mesir, 2017, cetakan pertama, hal 14.

Maret 09, 2018

,





















BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

خيركم من تعلم القرآن وعلمه

"Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang belajar al-Qur'an dan mengajarkannya".

*Hafal al-Qur'an singkat dan cepat dengan sholat wajib*

Hi teman-teman! Bagaimana kabar kalian?
Pasti baik, kan?
Pada kesempatan Kali ini, Ana mau bagi-bagi metode penting nih, tentang cara menghafal al-Qur'an tanpa menyita banyak waktu, hanya butuh 20 menit saja bisa langsung hafal. Penasaran, kan?

Oke to the poin aja.

Pertama Saya katakan: kalian bisa hafal al-Qur'an dalam waktu 4 bulan bahkan 2 bulan hanya dengan sholat wajib.

Kok bisa, Bagaimana caranya?

Allah swt telah mewajibkan kepada hamba-hamba-Nya sholat 5 waktu, dan Allah juga menurunkan al-Qur'an kepada nabi Muhammad saw sebanyak 30 juz atau 600 halaman, disetiap 1 juz terdapat 20 halaman dan disetiap 1 halaman ada 15 baris ayat al-Qur'an,,

Coba kita hitung dengan filsafat matematika!

Andai kata, disetiap sebelum sholat wajib kita menghafal al-Qur'an sebanyak 7 baris ayat dan sesudah sholat 8 baris ayat maka dalam sehari semalam kita sudah hafal 1/3 juz al-Qur'an (1 hizib).

Waktu yang dibutuhkan untuk menghafal 7 atau 8 ayat al-Qur'an dalam 1 halaman juga relatif singkat, antara 8-10 menit.
Berarti kalau disimpulkan; dalam setiap 20 menit kalian sudah hafal 1 halaman.

Terus bagaimana caranya menghafal agar cepet + enteng?

1. Mengulang-ulang ayat yang mau di hafal sampai 3 Kali, 4 kali atau 7 kali dengan melihat kemudian cobalah Baca tanpa melihat, Lakukan itu dengan terus menerus.

2. Konsentrasi, merupakan sifat paling penting dalam menghafal al-Qur'an, karena apabila tidak, maka akan sulit hafalnya.

3. Istikomah, kata guru Ana "pajegjeg deddih oreng, makle ontong dunyah ben akherat".

4. Doa, faktor yang terakhir ini merupakan hal yang paling penting dalam melakukan apa saja, karena pekerjaan tanpa doa itu sombong dan Doa tanpa pekerjaan itu sia-sia.

Mungkin hanya itu saja yang bisa Ana bagikan, semoga bermanfaat!

Ach. Sholehuddin





Follow Us @soratemplates