Maret 13, 2018

Hoax itu Dosa Besar























بسم الله الرحمن الراحيم

(Sikap Pelajar pada The family MCA dan Produsen Hoax)

                Indonesia sebagai negara terbesar umat muslim diseluruh dunia tidak sepenuhnya menjadi instrumen rujukan negara lain dalam mengaplikasikan ajaran islam yang rahmatan lil alamin, polemik harian yang ter-expose melului berbagai media merupakan implementasi kejujuran tidak stabilnya komonikasi hubungan dari aneka lapisan, pada sektor sturuktur kepemerintahan gesekan perpecahan menjadi komsumsi publik, sama-sama mengatasnamakan rakyat, tapi lantang mendiskreditkan pihak lawan yang tidak sejalan dengan target tujuan masing-masing, pihak oposisi pemerintah dan yang pro pemerintah saling membangun opini (political hoax)sistematis yang matang strategi untuk meningkatkan presentase elektabilitas tokoh idolanya, debat terbuka antara tokoh politik dan intelek berhasil membuka pintu kebencian rakyat sehingga hate-speech (ujaran kebencian), hujat-menghujat bahkan malayangkan hoax sekalipun menjadi rutinitas harian yang dilempar sana sini sebagai bentuk pembunuhan krakter pada tokoh yang tidak disukai.

Tentu pihak yang mentransfer informasi hoax ke-lapisan masyarakat akan mengakibatkan dampak buruk kehidupan sosial terutama pada masyarakat awam yang tidak mempunyai benteng menepis  masalah yang sangat krusial ini, apalagi rendahnya literasi yang dimiliki oleh masyarakat sangat mudah sekali menancapkan titik hitam kejahatan ke dalam hati mereka, dan bahkan mereka tidak sekedar menancapkan informasi hoax dan hate-speech ke hatinya saja, melainkan terus berupaya mengeksekusi dan melestarikan pada kehidupan nyata, bisa jadi eksekusi tersebut tidak cuma cacian berlebihan belaka tapi malah menggunakan tindak kriminal pembunuhan atau penganiayaan.

Hoax itu dosa besar!

Pada tanggal 16 januari 2018 Tim Cyber bareskrim polri menangkap 14 produsen hoax, enam dilakukan penahanan dan delapan lainnya dalam proses penegakan hukum, motif penangkapan tersebut karena menyebarkan hoax penganiyaan ulama dan isu kebangkitan PKI, brigadi jendral kepolisian menyampaikan bahwa penangkapan tersebut tidak melihat pada identitas sosial seseorang, tapi murni kejahatan penyesatan opini yang seolah-olah betul adanya, ada sekitar 45 kapitalisasi berita yang cukup masif tentang penganiyaan ulama’ padahal fakta kebenarannya cuma tiga, bahkan sebab viralnya isu penganiyaan ulama di udara (medsos), menyebabkan masyarakat di Banten melakukan penganiyaan dan pemukulan terhadap orang gila (lanjut perwakilan pihak kepolisian menuturkan di acara IlC TV One).

Tragedi masal penganiayaan terhadap orang gila di Banten (karena di anggap pura-pura gila oleh masyarakat), adalah salah satu dampak biadabnya informasi hoax. Orang gila yang dalam statusnya tidak dibebankan hukum syariat oleh dzat yang maha pengasih, tapi malah diberi hukuman penganiyaan masal oleh masyarakat, yang mestinya harus dijaga dan diayomi tapi dia malah menjadi target buruan introgasi, terus siapakah diantara kita yang gila sebenarnya? Memang betul orang gila itu banyak macamnya!. Maka sangat benar sekali ketika Mantan rektor Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat mengatakan, “momok dari penyebaran berita bohong atau hoax tak ubahnya seperti peradaran narkotika dan pornografi, bila dibiarkan bisa membahayakan dan merugikan masyarakat.” Beliau juga menuturkan, “Hoax itu pembunuhan krakter, yang berbeda dangan kritik. Kalau kritik silahkan, tapi kalau hoax saya anti, karena merupakan manipulasi, kecurangan, yang dapat menjatuhkan orang lain.”[1]Dengan ini teranglah efek berita hoax yang diviralkan di media sosial berdampak konflik komunal, kesenjangan sosial, pembunuhan krakter, persekusi masal, bahkan bisa jadi nanti sampai pada titik tindakan kriminal yang berujung pada kematian.

Produsen hoax bisa diinterpretasikan sebagai pembohong, pemfitnah, pengadu domba, munafik, sumber kerusuhan. Dikategorikan sebagai pembohong karena jelas dia membuat berita yang tidak benar, dikatakan pemfitnah karena menjastis orang lain dengan sesuatu yang tidak baik sehingga timbullah kegaduhan, dikatakan sumber kerusuhan karena tidak mungkin api menyala tanpa ada sebab, dan dikatakan munafik karena dia tau tentang kebenaran fakta tapi dia membangun opini yang tidak sesuai fakta, seperti halnya orang yahudi dan nasrani yang dinobatkan munafik karena menjahui fakta yang diketuhui, dengan membuat kebohongan fakta baru. Dengan hal ini, sifat jelek yang melekat pada produsen hoax adalah dosa besar yang masuk pada katagori dosa hakkul adami, dimana Allah tidak akan memaafkan kecuali orang yang terskiti memaafkan. Apalagi produsen hoax tersebut mencatut nama muslim untuk menyebarkan informasi abal-abal seperti The Family Muslim Cyber Armi.

Adapun solusi agar kita terhindar dari informasi abal-abal atau hoax:

Pertama, klarifikasi (tabayun) sebagimana firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا.......

Kedua, matangkan kemampuan intlektual, karena semakin rendah literasi masyarakat, maka semakin mudah menerima hoax.

Ketiga, jangan jadi manusia “kagetan”, tetap bersikap dewasa dan tenang dalam menghadapi segala hal.

Dan tentunya yang terakhir tetap untuk semakin menambah rasa takut pada Allah. Insyaallah tidak akan terpengaruh pada berita hoax. Semoga kita semua dijauhkan dari penyebar dan penerima hoax, atau ujaran kebencian. Amin. 

Oleh : Abdul Adzim HS



[1]Di ambil dari CNN Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates