Maret 09, 2022
Februari 22, 2022
Kairo adalah
tempat pertama kali aku menemukanmu, melihatmu, memandangmu, dan mengenalmu. Sebut
saja namaku adalah Ifa dan namanya adalah Ika, Pertemuan kami yang berbuah
kebersamaan sementara ini, membuat tanganku ingin mencorat-coret kata tentang
rasa. Sengaja aku tulis dengan bingkisan kata yang sederhana, karena aku merasa
tak perlu otakku mengembara mencari kata yang sulit untuk dicerna, biarkan aku
yang sudah terbiasa dengan kata-kata yang sederhana, entah dalam keadaan
bahagia ataupun terluka. Aku masukkan tulisan ini ke dalam bingkai puisi yang
berjudul (Aku yang salah).
Mungkin dari awal memang aku yang salah...
Terlalu cepat menyimpulkan bahwa perhatian-perhatian kecil yang kau teteskan
kepadaku adalah sebuah bentuk perasaan lebih..
Tanpa aku memikirkan bahwa itu hanyalah sebuah perhatian biasa yang terjadi di
antara teman ke teman...
Aku yang
salah..
Untuk terlalu berharap bahwa kita bisa
dalam satu dekapan tanpa menyadari bahwa perasaanmu tak lagi sama dengan
perasaanku..
Aku yang
salah..
Aku terlalu gila dengan sifat-sifatmu yang indah itu, dari caramu yang tak mau
berbicara kecuali aku memulainya, pendiam, pemalu, peduli, lembut dan ramah
kepada siapapun yang di dekatmu..
Aku yang
salah..
Aku terlalu cepat menanggapi ucapanmu
ketika aku tanya, kangen ya? Kamu pun menjawab "iya".. aku lanjutkan
pertanyaan seriusku yang aku bungkus dengan canda tawa, terus kalau lagi
kangen, ngapain? Liat foto profil tah? Wkwk. "Nggak" jawabnya.. Terus
ngapain? Aku susul dengan pertanyaan... "Dengerin vn kka, wkwk"
jawabnya sambil tertawa... lalu aku beri tau dia kalau apa yg dia lakukan
adalah apa yang aku lakukan ketika aku rindu dirinya..
Aku yang
salah...
Tapi di sisi lain aku tak bisa melupakan
ucapanmu ketika aku tanya, apakah ada perasaan dalam dirimu terhadapku? Kau pun
menjawab dengan suara khasmu "iya".. terasa begitu semu di telingaku,
begitu semu jikalau sebenarnya kamu tidak memiliki perasaan sama sekali
terhadapku..
Aku yang salah...
Aku yang terlalu cepat menghakimi saat kau bilang "darahku menjadi semi
jawa tengah dan timur". Aku kah jawa timur itu. Aku terlalu cepat salah
paham saat kau bilang, “sayang baksonya kalau nggak dihabisi". Tak bisa
aku bayangkan apa yang akan terjadi dengan hatiku jikalau kamu meletakkan koma
setelah kata “sayang" itu.
Aku yang
salah..
Aku tidak mengerti apa yang terjadi kepadaku, mengapa semuanya berjalan begitu
cepat, 1 tahun lebih memendam rasa penasaran akan dirimu, itu mungkin bukanlah
waktu yang terbilang lama, apalagi terjawab dengan waktu yang begitu
singkatnya. Tiba-tiba saja, kamu sudah menguasai seluruh isi pikiranku..
Aku yang
salah..
Aku yang selalu mengharapkan hadirnya kamu di sampingku. Kita mulai dekat,
bercanda, tertawa ria, seakan saling melengkapi satu sama lain. Kamu meletakkan
sebuah perasaan di hatiku ketika aku menatap wajahmu..
Aku yang
salah..
Terlalu cepat aku melukis masa depanku bersamamu dalam cita, tanpa ada
sedikitpun keraguan akan terwujudny, bahkan tak pernah terlintas dalam benakku
akan kehancurannya..
Aku yang salah..
Perasaan yang benar-benar begitu nyaman hadir dalam lubuk hatiku saat berbicara
denganmu, membuatku tidak ingin beranjak dari sisimu sedikitpun..
Aku yang salah..
Aku membuat jiwa ini selalu ingin bersamamu.. duduk berdua membuat diri ini
menjadi candu.. tiba-tiba saja aku merasa takut dan khawatir akan kehilangan
sosokmu, terima kasih telah menerimaku selama ini..
Aku yang
salah..
Terkadang aku merasa tolol mengemis cinta kepadamu.. tetap mencintaimu walaupun
entah ke berapa kalinya aku menangis.. tetap berharap walau itu hanya sia-sia
saja..
***
Kasih, tidak usah kamu ajari aku bagaimana cara merindukanmu. Aku lebih tahu,
hatiku lebih sering mengadu tentang rasa itu..
Jangan kamu ajari aku bagaimana cara melupakanmu, karena hari-hariku sudah
disibukkan dengan bayang-bayangmu..
Teruslah
bercerita tentangmu, berbicaralah sampai salah satu dari kita tertidur. Aku
tidak akan bosan dengan semua yang kau ketik. Betapa sering aku menduga-duga, adakah
kode yang tersirat dalam kolom chat kita..
Kamu pasti tahu, bahwa aku berbohong, jikalau
aku bilang dengan mudahnya aku bisa melupakanmu. Karena itu seakan mustahil bagiku.
Foto dan video itu selalu membuatku diam-diam merasa nyaman..
Kamu pasti tahu, kalau aku begitu sulit melepas bayang-bayangmu di benakku..
Terkadang aku heran, hal apa yang membuatku takut akan kehilangan yang bukan
miliku?! Salahkah aku dan perasaanku?!..
Hadirnya diriku tak berpengaruh apapun bagimu, pedulimu tak sedalam peduliku
terhadapmu. Apa yang salah dari caraku mengagumimu?!..
Mungkin kamu hanya belum mengerti sedalam apa perasaanku. Jadi kamu hanya
mengabaikan ketulusanku dengan menjauhiku..
Mungkin kamu hanya
belum menyadari, bahwa cintaku padamu begitu dahsyatnya. Jadi kamu lebih sering
cuek dengan perhatianku..
Aku berharap suatu saat kau benar-benar paham seberapa besar keseriusan
perasaanku..
Andai kamu tahu, aku begitu tulus, perasaanku tanpa syarat, tapi bagaimana
dengan dirimu, pernahkah aku menjadi hal terpenting dalam hidupmu walau sekali
saja.
Doa adalah
caraku memelukmu dari kejauhan..
Tuhan, aku tidak tahu apakah pilihanku ini benar atau tidak, aku hanya
terkalahkan oleh keyakinanku yang begitu besar untuk bersamanya...
Aku hanya bisa meratap dalam doa menuju cahaya yang berpanorama indah di setiap
malam-malamku. Tetesan air mata dalam memintanya menjadi sesuatu yang paling
sabar aku tahan ..
Ade, aku tahu,
kamu masih memikirkannya..
Aku tahu kamu tak mencintaiku..
Tapi aku tak tahu mengapa aku masih bertahan dalam mencintaimu.
Padahal aku tak punya alasan lagi untuk mencintaimu, tapi hati ini tetap bersih
keras memilih untuk bertahan, bertahan, dan bertahan dalam cintaku terhadapmu..
Aku hanya
bertahan pada keyakinanku. Iya, keyakinan untuk menyayangimu, meskipun aku
tahu, ini tak mudah bagiku, tapi bahagiaku, senyumku adalah kamu..
Rasanya aku ingin mengubur rasa nyaman itu, agar tak ada seorang pun yang bisa
mengambilnya kembali, supaya kamu mengerti, betapa besarnya harapanku
terhadapmu..
Kasih, aku akan
tetap di sini, menunggumu di pintu harapan, sampai kamu keluar membukakan pintu,
menjemputku dengan sebuah keputusan.
Penulis : Imam Musthafa
Cairo, 22/02/2022
Desember 30, 2021
Regenerasi dalam sebuah organisasi merupakan hal
yang mutlak dibutuhkan. Pemindahan estafet kepemimpinan haruslah dilakukan
untuk menjaring bibit-bibit potensial, sehingga ada semacam penyegaran dalam
organisasi yang dimaksud. Maksud lain dari penyerahan tonggak kepengurusan ini
adalah revitalisasi atau tajdid, yang sangat dibutuhkan dalam upaya menjawab
berbagai perubahan internal dan eksternal yang terjadi.
FOSIKBA sebagai salah satu organisasi mahasiswa
yang berlandaskan kekeluargaan, sadar akan hal di atas. Maka pada hari Kamis,
11 November 2021 dilaksanakanlah prosesi pelantikan ketua terpilih Muhammad
Asrori AS, berdasarkan hasil MUSAG FOSIKBA pada 31 Oktober
2021. Bersama Alvin Mustafa Hanafi
sebagai wakil ketua, Asrori dengan seluruh jajaran pengurus FOSIKBA masa bakti
2021-2022 dilantik pada acara yang dilangsungkan di sekretariat FOSIKBA, Saqr
Qurasy, Hay ‘Asyir tersebut.
Acara pelantikan ini dihadiri oleh anggota FOSIKBA. Hadir juga para
anggota dewan konsultatif, ketua FOSIKBA priode 2016-2017 Ustaz Zakariyya
Asyraf, Lc. beserta senior FOSIKBA Ustaz Sutrisno Dahlan, Lc. Ketua almamater
IKBAL Kairo Ustaz Bahrul Ulum, turut hadir bersama sekretaris FOSGAMA Ustaz M. Syaifullah Haeruddin.
Ustaz Fathor Rosi, Lc selaku anggota dewan
konsultatif dalam sambutannya memaparkan, almamater FOSIKBA mempunyai kapital
yang sangat besar, yaitu anggota yang tidak hanya berasal dari satu pesantren
saja, sehingga menjadi warna tersendiri bagi FOSIKBA.
“Kita di
FOSIKBA ini mempunyai keunggulan dalam hal SDM. Anggota kita tidak hanya dari
satu pesantren saja, tetapi dari berbagai pesantren baik di Madura maupun luar
Madura. Hal ini merupakan sebuah potensi yang harus dimaksimalkan,” tuturnya.
Ketua terpilih Muhammad Asrori AS mengatakan, bahwa dalam satu priode
masa bakti satu tahun kedepan, dia akan berupaya untuk melaksanakan
program-program FOSIKBA yang belum terlaksana secara maksimal. Termasuk di antara program-program tersebut adalah kajian
antar almamater, khususnya yang berada di bawah naungan kekeluargaan FOSGAMA
Mesir.
“Insyaallah, kajian antar almamater yang merupakan
salah satu program dari divisi kajian dan keilmuan, akan berusaha kami
laksanakan. Di tengah-tengah kita sekarang hadir ketua almamter IKBAL Ustaz
Bahrul Ulum, saya berharap semoga iktikad baik kami ini mendapatkan respons
positif dari beliau dan ketua almamater lainnya,” tandasnya di depan ketua
IKBAL dan perwakilan FOSGAMA.
Asrori juga menyampaikan, semua program yang akan
diagendakan oleh pengurus nantinya akan mempertimbangkan aspek sosial dari anggota
secara umum. Lokasi tempat tinggal, jadwal kegiatan kampus Al-Azhar, serta
kegiatan-kegiatan ekstra di luar kampus, akan menjadi pertimbangan dalam upaya
merumuskan agenda kerja satu tahun kedepan.
“Program-program kerja kita nantinya akan
memperhatikan kondisi anggota FOSIKBA. Kita akan mendesain supaya program yang
kita canangkan bisa mengakomodir anggota FOSIKBA, yang sekarang sebagian besar
di daerah Darrosah. Hal lain yang akan kami lihat adalah jadwal masuk kampus
dan kegiatan-kegiatan pribadi, seperti kajian, organisasi dan lain sebagainya,”
lanjut anggota FOSIKBA kedatangan tahun 2020 itu.
Hal ini senada dengan apa yang ditekankan oleh Ustaz
Fathor Rosi, Lc. dalam sambutannya. Beliau mengungkapkan, pada masa beliau
menjabat sebagai ketua FOSIKBA tidak ada satupun program organisasi silaturahmi
ini yang berbenturan dengan jadwal aktif kampus.
“Pada priode saya, tidak ada satupun program
FOSIKBA yang mengganggu kefokusan teman-teman anggota untuk kuliah, karena kami
memang berupaya agar program FOSIKBA dilaksanakan pada hari libur kampus,” pungkas
ketua FOSIKBA masa bakti 2017-2018 itu. (Tim Media
FOSIKBA).
Agustus 24, 2021
Perjalanan Al-Quran; dari Langit Hingga Ke Bumi.
Oleh: Nafiah Zaini
Al-Quran, adalah mukjizat terdahsyat sepanjang usia di antara mukjizat lainnya yang Allah turunkan kepada kekasihnya saw. melalui ruh alamin sayyidina Jibril as. juga merupakan hadiah spesial teruntuk ummat baginda yang tersayang.
Al-Quran kitab suci ummat Islam sebagai penuntun jiwa ke jalan yang benar, panduan hidup di dunia menuju keabadian yang kekal, seruan indah yang tak mampu terkalahkan oleh rangkaian-rangkaian syair, karena Allah telah menjaganya hingga akhir zaman.
Sebagai kitab suci nan abadi, Al-Quran menarik sekali untuk terus dikaji, pun ulama-ulama terdahulu telah menjalani proses panjang dalam mempelajari keilmuan Al-Quran. Karena keilmuan Al-Quran yang begitu luas, maka dengan itu kita wajib tahu, betapa dahsyatnya Al-Quran sebagai kitab suci ummat islam.
Ada banyak sekali keilmuan yang berkaitan langsung dengan Al-Quran, namanya sangat familiar di telinga pelajar, yang sudah kita kenal dengan “Ulumul Quran” dalam bahasa indonesia bisa kita sebut dengan "Ilmu-ilmu Al-Quran". Melalui tahapan panjang, ulama-ulama kita terdahulu telah berhasil mengkaji sampai keakar-akarnya untuk menggali informasi kebenaran Al-Quran, menjawab syubhat-syubhat dan tuduhan-tuduhan orientalis yang menganggap Al-Quran sebagai syair, dan bukan kitab suci yang turun dari Allah swt yang sakral.
Lahirnya Ulumul Quran tidak semata-mata menjadi kajian tersendiri dan mandiri waktu itu, melainkan masih bersatu dalam paduan ilmu Tafsir, kemudian dari sana terlahir ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran, seperti: Nuzulul quran, Nasikh Mansukh, I`jazul quran, Asbabun Nuzul, Tadwin Alquran dan lain sebagainya.
Namun, sejatinya ilmu Al-Quran sudah ada pada zaman Rasulullah saw, kendatipun demikian, para sahabat waktu itu, masih sibuk dengan menuliskan Al-Quran, dan menghapalnya agar Al-Quran tetap terjaga melalui mereka.
Di dalam Ulumul Quran juga membahas seputar ta`rif dari Al-Quran itu sendiri yang merupakan mukjizat baginda nabi Muhammad saw., namun sebelum kita membahas isi kandungan keilmuan Al-Quran, kita harus tahu definisi dari Ulumul Quran.
Fadhilat syekh Nuruddin `Itr dalam kitabnya menyatakan: devinisi Ulumul Quran secara istilah adalah pembahasan-pembahasan yang meliputi pengetahuan yang berkaitan langsung dengan Al-Quran, seputar: turunnya Al-Quran, Tartib dan pembukuannya, pengetahuannya, penulisannya, penafsirannya, I`jaz, Nasikh Mansukh dan lain sebagainya.
Ada banyak pertanyaan tiba-tiba muncul tentang Al-Quran. Bagaimana Allah menurunkannya kepada nabi kemudian sampai kepada seluruh ummat manusia di bumi? Lalu di mana keberadaan Alquran sebelum diturunkan kepada nabi? bagaimana cara Rasulullah menjaganya? bagaimana para sahabat dahulu menjaga hapalannya? Jawabannya akan kita temukan dalam pembahasan ilmu-ilmu Al-Quran.
Fadhilat syeikh Nuruddin 'Itr dalam Muqaddimahnya juga mengatakan: Setiap orang islam itu butuh mengkaji dan mempelajari pelajaran ini yaitu (Ulumul Quran). Jika hatimu telah merasakan kenikmatannya, maka ulangi dan pikirkanlah kembali, agar kamu menemukan ketenangan dalam hati dalam beriman. Ajaklah orang-orang yang mencintainya, serta orang yang selalu ingin dekat dengannya, hal itulah yang akan menambah keyakinanmu terhadap kitab suci Al-Quran.
Kuasa Allah; Sayyidina Umar bin Khatab Memeluk Islam Karena Al-Quran
Perjalanan Al-Quran sungguh indah dan menakjubkan, hingga akhirnya islam berada di titik kemenangan, tentunya Al-Quran diturunkan bukan hanya sebagai tuntunan bagi ummat islam, namun juga sebagai petunjuk atau hidayah bagi seluruh ummat manusia di alam jagat raya.
Tuhan memberikan kemampuan hati ummat manusia untuk menjaganya, pun Allah menjadikan hati ummat manusia damai dengannya, karena Allah telah menjamin keautentikannya.
Guru mulia Raden KH. Moh Tohir Zain dalam ceramahnya pernah mengungkapkan: "Banyak dari kita takjub pada orang yang hapal Alquran. Padahal orang hapal Alquran itu nashnya sudah ada, Allah swt. berfirman:
إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون.
Hakikatnya orang hapal Alquran itu termasuk min hifdzihi ila Al-Quran".
Untuk menjaga Al-quran, Allah sangat mempermudah bagi orang yang menghapal. Menurut beliau, harusnya kita takjub dan heran pada orang yang tidak hapal Alquran, kenapa? Karena Allah sudah memberikan Kemudahan untuk menghapal, tapi ia tidak hapal, tepatnya memang tidak niat untuk menghapal.
"yang demikian itu bukan perkara yang tabu.
Karena banyak orang hapal Al-Quran, tapi hidupnya jauh dari Al-Quran. Kemudian ada yang tidak hapal Al-Quran, hidupnya adalah Al-Quran, yakni berakhlaq Al-Quran, kesehariannya tegas berpegang teguh pada Al-Quran". Imbuhnya. Rahmatullahi Alaih.
Kita percaya Al-Quran adalah kitab suci yang Allah jaga hingga akhir nanti, kita juga percaya bahasa Al-Quran memang sangat menarik hati. Hal itu terbukti melalui kejadian-kejadian yang nyata terjadi kepada sayyidina Umar bin Khattab r.a. sahabat terdekat Rasulullah saw.
Sebelum masuk Islam, Sayyidina Umar ra. merupakan orang yang sangat paham tentang kaidah bahasa Arab, sehingga ketika beliau mendengar lantunan Al-Quran, hatinya sangat takjub dan tertarik dengan kei'jazannya, seakan terhipnotis dengan susunan bahasa yang begitu mempesona.
Sayyidina Umar bin Khattab masuk islam di tangan saudari perempuannya yang bernama Fathimah bin Khattab saat ia dan suaminya belajar membaca Al-Quran kepada Sayyidina Khabbab. Sayyidina Umar tidak menjadi marah lantaran saudarinya itu benar-benar masuk agama islam yang ajarannya dianggap telah mengubah tradisi nenek moyang mereka, sebaliknya, ia meminta agar membaca ulang potongan ayat dari surat "Taha" yang dibaca adiknya.
Setelah ayat itu dibacakan ulang, Sayyidina Umarpun langsung berlari menuju Rasulullah saw. yang saat itu bersama para sahabatnya di kediaman sahabat yang bernama Sofa, dengan membawa padang ditangannya, Sayyidina Umar tidak kuasa menahan air mata, ia tidak mampu menahan gejolak di dadanya, akhirnya pedang itu terjatuh seketika. Dan di hadapan Rasulullah saw. ia bersaksi bahwa Allah adalah tuhannya dan Nabi Muhammad adalah utusannya.
Setiap lantunan ayat suci Al-Quran terdengar, hatinya selalu bergetar dan tak kuasa menahan air mata, seakan ada mahnet yang menyentuh dikedalaman jiwanya, Sayyidina Umar yang terkenal sangat kuat dan ditakuti oleh penduduk arab, menjadi lemah lembut detik itu juga.
betapa bahagianya baginda saat Sayyidina Umar mengucapkan dua kalimat syahadat dihadapannya, karena ternyata Umarlah jawaban dari doa-doa Rasulullah saw. agar dua orang yang sangat kuat di antara orang arab pada saat itu memeluk Islam dan bahkan menjadi khalifah ke dua setelah Sayyidina Abu Bakar r.a.
dua orang dalam doa Rasulullah saw. itu adalah Sayyidina Umar bin Khattab dan Abu Jahal.
Kajadian di atas adalah salah satu bentuk yang sangat nyata bahwa Al-Quran tidak hanya sebagai penuntun orang Islam saja, melainkan sebagai petunjuk untuk semua makhluk Tuhannya.
Untuk mempermudah kita mempelajari Ilmu-ilmu Al-Quran, para ulama kita, baik ulama salaf ataupun ulama khalaf, telah banyak melahirkan karya seputar Ilmu-ilmu Al-Quran tersebut, di antaranya adalah:
١. علوم القرآن الكريم لفضيلة الشيخ نورالدين عتر
٢. الإتقان في علوم القرآن للإمام جلال الدين عبد الرحمن السيوطي
٣. فنون الأفنان في عيون علوم القرآن للإمام أبي الفراج عبد الرحمن بن الجوزي
٤. المدخل إلى دراسة القرآن الكريم لفضيلة الشخ محمد محمد أبو شهبة
٥. البيان في علوم القرآن لفضيلة الشيخ عبد الوهاب غزلان
٦. مباحث في علوم القرآن لفضيلة الشيخ صبح الصالح
٧. من روائع القرآن للأستاذ الدكتور سعيد رمضان البوطي
٨. مناهل العرفان في علوم القرآن لفضيلة الشيخ العلامة محمد عبد العظيم الزرقاني.
Semoga perjuangan ulama-ulama kita tidak berhenti di tangan kita, namun akan ada tangan-tangan selanjutnya yang mampu meneruskan perjuangan mereka, bahkan mampu melahirkan karya-karya terbaiknya, dan mejaga warisan-warisan keilmuan yang lainnya juga. Semoga Allah mampukan kita, dan meridhai perjalanan kita di buminya. Amin ya rabbal Alamin.
Tulisan ini ditulis semata-mata sebagai arsip penulis yang insyaAllah akan berseri.
Kairo, 08 Agustus 2021
Juni 19, 2021
MENALAR SKEPTISME IMAM AL-GHAZALI
Oleh: Moh. Syamsul Arifin
Faith seeking knowledge ''keyakinan mendorong untuk terus mencari pengetahuan'' demikian bunyi motto kampus Notre Dame salah satu kampus ternama di Amerika Serikat, namun kita merasa terbiasa bila sudah mencapai faith (yakin) berhenti dan menutup pengetahuan. Dalam hal ini kita perlu memperhatikan bagaimana dialog Nabi Ibrahim As. untuk mencapai tingkat keyainan yang sebenarnya saat berdialog dengan Tuhan, tatkala Ibrahim berkata : ''Hai Tuhanku! Tunjukkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati''! Allah menjawab : Tidakkah enngkau percaya kepadaku? Sahutnya : ''Ya, percaya, tapi demi menetapkan hatiku.'' Dari kejadian ini bisa dibuat kesimpulan, ''bahwa kasusus ini memberikan pada kita kunci penting metode ilmiah murni yang tampanya tidak mungkin orang memajukan ilmu, yaitu metode ragu untuk mencapai keyakinan (manhaj al-shak lil-wushuli ila al-yaqin).''
Pada
umumnya, para pemikir muslim memulai asumsinya dari keyakinan terutama para
teolog dan fuqoha, tetapi tidak berarti menafikan sama sekali pemikir muslim
yang menggunakan asumsi keraguan. Para pemikir yang menggunakan metode
'keraguan'' dan 'kritis'' bukan suatu yang baru dalam Islam. Jauh sebelum
munculnya Rene Descartes (abad 17), ia merupakan salah satu filsuf yang turut
membidani pencerahan di Eropa yang dikenal sebagai bapak filsuf modern Barat
dan sekaligus dikenal sebgai peletak metode keraguan dengan ungkapannya yang
sangat terkenal cogito ergo sum "aku
berpikir maka aku ada", beberapa peneliti mengungkap bahwa Descartes
dengan metode keraguannya tidak mampu mencapai puncak keyakinan yang ia cari,
beda halnya dengan imam al-Ghazali yang sudah memperaktekkan metode keraguan
dalam menelisik kebenaran Islam dan ia mencapai titik puncak keyakinan yang
sebenarnya. Namun penting untuk dicatat bahwa keraguan yang di maksudkan imam
al-Gazhali disini adalah keraguan metodologis, bertujuan untuk menemukan
kebenaran yang betul-betul meyakinkan. Dalam penjelasan intelektual muslim yang
digelari Hujjatul Islam, ragu ialah penanda bahwa seseorang betul-betul serius
dengan keyakinannya. Tanpa ada peroses keraguan, keyakinan seseorang tidaklah
beda dari taqlid dengan menerima begitu saja yang didengarnya. Kata al-Gazhali
di akhir kitab mizan al-Amal
(kitab sekuel dari mi'yar
al-ilmi): ''Jika uraia-uraian dalam kitabku ini membuatmu meragukan
keyakinan yang kamu warisi, maka cukuplah dengan keraguan itu kau mendapat
manfaat, sebab keraguanlah yang akan membawa pada kebenaran (idz as-syukuk hiya
al-mushilah ilal haqq)''. Kemudia al-Gazhali menutup kitabnya ini dengan
ungkapan yang disebut dengan ''potongan emas'' karena sedikit memberi gambaran
tentang metodologinya untuk mencapai pada kebenaran yang hakiki. Ungkapnya:
"keraguanlah yang dapat menghantarkan pada kebenaran. Seseorang yang tidak
pernah ragu, dia berarti tidak berpikir. Seseorang yang tidak berpikir, dia
tidak akan dapat melihat. Seseorang yang tidak dapat melihat, dia kan tetap
dalam kebutaan dan kesesatan."
Dalam karya semi-autobiografinya, al-munqidz,
al-Ghazali juga menuliskan perjalanan hidupnya yang mengalami bermacam keraguan
atas kebenaran yang sebelumnya ia percayai. Sejumlah peneliti menyebut bahwa
narasinya dalam meragukan kebenaran ini mirip seperti narasi Descartes.
Keduanya berbagi sekeptisme metodologis ''ragu sebagai metode''. Ada satu
disertasi doktoral, karya almarhum Prof Dr. Mahmoud Hamdi Zaqzouq di Munich
University pada tahun 1968, yang kemudian di bukukan dengan judul al-Manhaj
al-Falsafi bayn al-Ghazali wa Dikart [Metode Filsafat antara al-Ghazali dan
Descartes] yang membahas topik ini kemudian membandingkan al-Munqidz dengan dua
karya Descartes yakni Discourse on the Method dan Meditations on the First
Philosophy.
Selanjutnya
keraguan metodologis al-Gazhali ini mengandung pesan kritis, baik keritik
wacana maupun keritik nalar (metode berpikir), terutama nalar yang di bentuk
oleh budaya afiliasinya. Sebab, tidak ada manusia yang berpikir otonom dan
mandiri. Setiap orang berpikir dalam kerangka afiliasi identitasnya, baik
identitas peradaban, ideologi maupun metode berpikirnya. Pemikiran seperti ini
di sebut oleh al-Jabiri dalam teorinya dengan istilah nalar terbentuk (al-aql
al-mukawwan).
Sekali lagi
penting untuk digaris bawahi bahwa keraguan yang dimaksudkan imam al-Gazhali
adalah keraguan motodologis, artinya metode keraguan ini pada intinya untuk
mendapata pengetahuan yang benar, menurutnya seseorang mesti secara mandiri
meragukan dahulu pengetahuan yang ia punya dan kemudian meyaringnya mana yang
benar-benar meyakinkan. Untuk mengetahui hal ini, ia mesti meragukan
pengetahuan yang ia terima dari kata orang, dari pada pendahulunya atau dari masyarakat
sekitar, atau menolak taklid, ''supera aude'' berani berpikir mandiri dan bebas
dari kekangan pola pikir orang lain.
Cairo 10 Juni 2021.