,
Kata ini sering
dilontarkan kepada mereka yang menerima amanah untuk mengembannya, "orang barat kini sudah menemukan
kemajuan dan kejayaanya, sedangkan kita masih enak tidur dengan lelapnya atas kemunduran kita
saat ini" munkin itu lebih tepatnya. Saat mendengar kata itu hati seorang
muslim sejati tidaklah begitu saja menerimanya, seakan-akan ingin melontarkan
kepada mereka: "tidaklah
benar apa yang kau ucapkan itu!!!, sesungguhnya kemajuan mereka berawal dari
kami". Teriakan itu dilontarkan begitu nyaringnya, semenjak runtuhnya
Dinasti Turki Utsmani pada tahun 1924 silam dan munkin sampai saat ini.
Perlu kita renungi,
mengapa mereka melontarkan sebegitu nyaringnya kata-kata itu?, apakah hal itu
benar adanya?, atau malah mereka ingin mencitrakan Islam. Seolah-olah mereka
ingin kita tahu bahwa kita sudah berada dalam titik ketertinggalan atau munkin
sudah dianggap tidak ada lagi. Namun, kalau itu benar adanya, tidaklah perlu
kita sesali, tapi perlu kita benahi mencari cara untuk menemukan kembali
kejayaan yang kita dapat beberapa abad yang lalu.
Kemunduran Islam,
sebagaimana menurut prof. Dr. Ali Gomaa berawal saat muslimin berhenti
melahirkan ilmu untuk membantu memahami Nas. Tepatnya, terjadi kekosongan
panjang pada tahun 1830 M. Dimana pada saat itu barat mulai menemukan penemuan-penemuan
baru dan merubah tatanan kehidupan masyarakat. Dari ini kita memahami, bahwa
kemunduran Islam berawal dari dalam Pemeluk Islam sendiri, maka oleh karena itu
yang perlu kita lakukan mengembalikan hal itu kembali kepada kita. Munkin sebab
ini perlu kita perhitungkan, karena dengan itu terbukti bahwa kita masih hidup
dan berkeinginan untuk meraihnya kembali.
Ada yang beranggapan bahwa
kemunduran Islam disebabkan dengan kekosongan pemimpin yang mengerahkan umat Islam
untuk bersatu atau kerap kali disebut dengan ke-khilafaan. masa kekhilafaan, Islam mengalami kemajuan
yang sangat pesat, dan bisa dikatakan sudah sampai pada puncaknya. maka tidak
heran jika sebagian besar dari mereka berlomba-lomba mengumandangkan kata
khilafah dengan sangat nyaringnya bertujuan untuk meraih kejayaan Islam
kembali. Karena, munkin dengan cara ini, Islam kembali meraih kejayaan yang
telah dulu diraihnya. Namun, Saat kemal ataturk menurunkan bendera
kekhilafaan, ia seolah memberi tanda bahwa kekhilafaan tidaklah cocok dengan arus
perkembangan zaman. Dan ini patut kita pertimbangkan kembali, apakah Islam akan
meraih kejayaanya dengan menggunakan cara ini, tatkala umat muslim masih mengalami
konflik internal? atau malah cara ini hanyalah
nafsu belaka untuk merebut kekuasaan. Oleh karena itu, ini masih mengalami
konflik disebagian besar umat Islam.
Lantas dengan cara apa
kita meraih kembali kejayaan Islam yang telah dinikmati umat Islam beberapa
abad silam. Apakah kita harus memperhitungkan cara yang telah mereka sebutkan atau
malah dikumandangkan senyaring munkin dan mengambilnya?. Atau malah kita harus
menangisi atas kemunduran itu dan meratapinya?. Terus -meminjam diksi syekh buthi-
siapa yang akan bertanggung jawab atas kemunduran muslimin saat ini. Munkin hal
ini, perlu direnungkan kembali bagi umat Islam dan mencari jalan yang tepat
untuk itu. Bukan malah sibuk dengan masalah-masalah perbedaan dalam Islam itu
sendiri, apalagi masih dalam konteks furu'iyah. Sedangkan barat menari-nari,
bahkan mentertawai kita yang masih beradu domba satu sama lain. Wallahu
a'lam bih.
Oleh: Rafa