Desember 30, 2021

,




Regenerasi dalam sebuah organisasi merupakan hal yang mutlak dibutuhkan. Pemindahan estafet kepemimpinan haruslah dilakukan untuk menjaring bibit-bibit potensial, sehingga ada semacam penyegaran dalam organisasi yang dimaksud. Maksud lain dari penyerahan tonggak kepengurusan ini adalah revitalisasi atau tajdid, yang sangat dibutuhkan dalam upaya menjawab berbagai perubahan internal dan eksternal yang terjadi.

FOSIKBA sebagai salah satu organisasi mahasiswa yang berlandaskan kekeluargaan, sadar akan hal di atas. Maka pada hari Kamis, 11 November 2021 dilaksanakanlah prosesi pelantikan ketua terpilih Muhammad Asrori AS, berdasarkan hasil MUSAG FOSIKBA pada 31 Oktober 2021. Bersama Alvin Mustafa Hanafi sebagai wakil ketua, Asrori dengan seluruh jajaran pengurus FOSIKBA masa bakti 2021-2022 dilantik pada acara yang dilangsungkan di sekretariat FOSIKBA, Saqr Qurasy, Hay ‘Asyir tersebut.

Acara pelantikan ini dihadiri oleh anggota FOSIKBA. Hadir juga para anggota dewan konsultatif, ketua FOSIKBA priode 2016-2017 Ustaz Zakariyya Asyraf, Lc. beserta senior FOSIKBA Ustaz Sutrisno Dahlan, Lc. Ketua almamater IKBAL Kairo Ustaz Bahrul Ulum, turut hadir bersama sekretaris FOSGAMA Ustaz M. Syaifullah Haeruddin.

Ustaz Fathor Rosi, Lc selaku anggota dewan konsultatif dalam sambutannya memaparkan, almamater FOSIKBA mempunyai kapital yang sangat besar, yaitu anggota yang tidak hanya berasal dari satu pesantren saja, sehingga menjadi warna tersendiri bagi FOSIKBA.

 “Kita di FOSIKBA ini mempunyai keunggulan dalam hal SDM. Anggota kita tidak hanya dari satu pesantren saja, tetapi dari berbagai pesantren baik di Madura maupun luar Madura. Hal ini merupakan sebuah potensi yang harus dimaksimalkan,tuturnya.

Ketua terpilih Muhammad Asrori AS mengatakan, bahwa dalam satu priode masa bakti satu tahun kedepan, dia akan berupaya untuk melaksanakan program-program FOSIKBA yang belum terlaksana secara maksimal. Termasuk di antara program-program tersebut adalah kajian antar almamater, khususnya yang berada di bawah naungan kekeluargaan FOSGAMA Mesir.

“Insyaallah, kajian antar almamater yang merupakan salah satu program dari divisi kajian dan keilmuan, akan berusaha kami laksanakan. Di tengah-tengah kita sekarang hadir ketua almamter IKBAL Ustaz Bahrul Ulum, saya berharap semoga iktikad baik kami ini mendapatkan respons positif dari beliau dan ketua almamater lainnya,” tandasnya di depan ketua IKBAL dan perwakilan FOSGAMA.

Asrori juga menyampaikan, semua program yang akan diagendakan oleh pengurus nantinya akan mempertimbangkan aspek sosial dari anggota secara umum. Lokasi tempat tinggal, jadwal kegiatan kampus Al-Azhar, serta kegiatan-kegiatan ekstra di luar kampus, akan menjadi pertimbangan dalam upaya merumuskan agenda kerja satu tahun kedepan.

“Program-program kerja kita nantinya akan memperhatikan kondisi anggota FOSIKBA. Kita akan mendesain supaya program yang kita canangkan bisa mengakomodir anggota FOSIKBA, yang sekarang sebagian besar di daerah Darrosah. Hal lain yang akan kami lihat adalah jadwal masuk kampus dan kegiatan-kegiatan pribadi, seperti kajian, organisasi dan lain sebagainya,” lanjut anggota FOSIKBA kedatangan tahun 2020 itu.

Hal ini senada dengan apa yang ditekankan oleh Ustaz Fathor Rosi, Lc. dalam sambutannya. Beliau mengungkapkan, pada masa beliau menjabat sebagai ketua FOSIKBA tidak ada satupun program organisasi silaturahmi ini yang berbenturan dengan jadwal aktif kampus.

“Pada priode saya, tidak ada satupun program FOSIKBA yang mengganggu kefokusan teman-teman anggota untuk kuliah, karena kami memang berupaya agar program FOSIKBA dilaksanakan pada hari libur kampus,” pungkas ketua FOSIKBA masa bakti 2017-2018 itu. (Tim Media FOSIKBA).

Agustus 24, 2021

,



Perjalanan Al-Quran; dari Langit Hingga Ke Bumi. 

Oleh: Nafiah Zaini

Al-Quran, adalah mukjizat terdahsyat sepanjang usia di antara mukjizat lainnya yang Allah turunkan kepada kekasihnya saw. melalui ruh alamin sayyidina Jibril as. juga merupakan hadiah spesial teruntuk ummat baginda yang tersayang. 


Al-Quran kitab suci ummat Islam sebagai penuntun jiwa ke jalan yang  benar, panduan hidup di dunia menuju keabadian yang kekal, seruan indah yang tak mampu terkalahkan oleh rangkaian-rangkaian syair, karena Allah telah menjaganya hingga akhir zaman. 


Sebagai kitab suci nan abadi, Al-Quran menarik sekali untuk terus dikaji, pun ulama-ulama terdahulu telah menjalani proses panjang dalam mempelajari keilmuan Al-Quran. Karena keilmuan Al-Quran yang begitu luas, maka dengan itu kita wajib tahu, betapa dahsyatnya Al-Quran sebagai kitab suci ummat islam.


Ada banyak sekali keilmuan yang berkaitan langsung dengan Al-Quran, namanya sangat familiar di telinga pelajar, yang sudah kita kenal dengan “Ulumul Quran” dalam bahasa indonesia bisa kita sebut dengan "Ilmu-ilmu Al-Quran". Melalui tahapan panjang, ulama-ulama kita terdahulu telah berhasil mengkaji sampai keakar-akarnya untuk menggali informasi kebenaran Al-Quran, menjawab syubhat-syubhat dan tuduhan-tuduhan orientalis yang menganggap Al-Quran sebagai syair, dan bukan kitab suci yang turun dari Allah swt yang sakral.


Lahirnya Ulumul Quran tidak semata-mata menjadi kajian tersendiri dan mandiri waktu itu, melainkan masih bersatu dalam paduan ilmu Tafsir, kemudian dari sana terlahir ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran, seperti: Nuzulul quran, Nasikh Mansukh, I`jazul quran, Asbabun Nuzul, Tadwin Alquran dan lain sebagainya.


Namun, sejatinya ilmu Al-Quran sudah ada pada zaman Rasulullah saw, kendatipun demikian, para sahabat waktu itu, masih sibuk dengan menuliskan Al-Quran, dan menghapalnya agar Al-Quran tetap terjaga melalui mereka.


Di dalam Ulumul Quran juga membahas seputar ta`rif dari Al-Quran itu sendiri yang merupakan mukjizat baginda nabi Muhammad saw., namun sebelum kita membahas isi kandungan keilmuan Al-Quran, kita harus tahu definisi dari Ulumul Quran.


Fadhilat syekh Nuruddin `Itr dalam kitabnya menyatakan: devinisi Ulumul Quran secara istilah adalah pembahasan-pembahasan yang meliputi pengetahuan yang berkaitan langsung dengan Al-Quran, seputar: turunnya Al-Quran, Tartib dan pembukuannya, pengetahuannya, penulisannya, penafsirannya, I`jaz, Nasikh Mansukh dan lain sebagainya.


Ada banyak pertanyaan tiba-tiba muncul tentang Al-Quran. Bagaimana Allah menurunkannya kepada nabi kemudian sampai kepada seluruh ummat manusia di bumi? Lalu di mana keberadaan Alquran sebelum diturunkan kepada nabi? bagaimana cara Rasulullah menjaganya? bagaimana para sahabat dahulu menjaga hapalannya? Jawabannya akan kita temukan dalam pembahasan ilmu-ilmu Al-Quran.


Fadhilat syeikh Nuruddin 'Itr dalam Muqaddimahnya juga mengatakan: Setiap orang islam itu butuh mengkaji dan mempelajari pelajaran ini yaitu (Ulumul Quran). Jika hatimu telah merasakan kenikmatannya, maka ulangi dan pikirkanlah kembali, agar kamu menemukan ketenangan dalam hati dalam beriman. Ajaklah orang-orang yang mencintainya, serta orang yang selalu ingin dekat dengannya, hal itulah yang akan menambah keyakinanmu terhadap kitab suci Al-Quran.


Kuasa Allah; Sayyidina Umar bin Khatab Memeluk Islam Karena Al-Quran


Perjalanan Al-Quran sungguh indah dan menakjubkan, hingga akhirnya islam berada di titik kemenangan, tentunya Al-Quran diturunkan bukan hanya sebagai tuntunan bagi ummat islam, namun juga sebagai petunjuk atau hidayah bagi seluruh ummat manusia di alam jagat raya. 


Tuhan memberikan kemampuan hati ummat  manusia untuk menjaganya, pun Allah menjadikan hati ummat manusia damai dengannya, karena Allah telah menjamin keautentikannya.


Guru mulia Raden KH. Moh Tohir Zain dalam ceramahnya pernah mengungkapkan: "Banyak dari kita takjub pada orang yang hapal Alquran. Padahal orang hapal Alquran itu nashnya sudah ada, Allah swt. berfirman: 

إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون.

Hakikatnya orang hapal Alquran itu termasuk min hifdzihi ila Al-Quran".


Untuk menjaga Al-quran, Allah sangat mempermudah bagi orang yang menghapal. Menurut beliau, harusnya kita takjub dan heran pada orang yang tidak hapal Alquran, kenapa? Karena Allah sudah memberikan Kemudahan untuk menghapal, tapi ia tidak hapal, tepatnya memang tidak niat untuk menghapal.


"yang demikian itu bukan perkara yang tabu.

Karena banyak orang hapal Al-Quran, tapi hidupnya jauh dari Al-Quran. Kemudian ada yang tidak hapal Al-Quran, hidupnya adalah Al-Quran, yakni berakhlaq Al-Quran, kesehariannya tegas berpegang teguh pada Al-Quran". Imbuhnya. Rahmatullahi Alaih.


Kita percaya Al-Quran adalah kitab suci yang Allah jaga hingga akhir nanti, kita juga percaya bahasa Al-Quran memang sangat menarik hati. Hal itu terbukti melalui kejadian-kejadian yang nyata terjadi kepada  sayyidina Umar bin Khattab r.a. sahabat terdekat Rasulullah saw. 


Sebelum masuk Islam, Sayyidina Umar ra. merupakan orang yang sangat paham tentang kaidah bahasa Arab, sehingga ketika beliau mendengar lantunan Al-Quran, hatinya sangat takjub dan tertarik dengan kei'jazannya, seakan terhipnotis dengan susunan bahasa yang begitu mempesona.


Sayyidina Umar bin Khattab masuk islam di tangan saudari perempuannya yang bernama Fathimah bin Khattab saat ia dan suaminya belajar membaca Al-Quran kepada Sayyidina Khabbab. Sayyidina Umar tidak menjadi marah lantaran saudarinya itu benar-benar masuk agama islam yang ajarannya dianggap telah mengubah tradisi nenek moyang mereka, sebaliknya, ia meminta agar membaca ulang potongan ayat dari surat "Taha" yang dibaca adiknya.


Setelah ayat itu dibacakan ulang, Sayyidina Umarpun langsung berlari menuju Rasulullah saw. yang saat itu bersama para sahabatnya di kediaman sahabat yang bernama Sofa, dengan membawa padang ditangannya, Sayyidina Umar tidak kuasa menahan air mata, ia tidak mampu menahan gejolak di dadanya, akhirnya pedang itu terjatuh seketika. Dan di hadapan Rasulullah saw. ia bersaksi bahwa Allah adalah tuhannya dan Nabi Muhammad adalah utusannya.


Setiap lantunan ayat suci Al-Quran terdengar, hatinya selalu bergetar dan tak kuasa menahan air mata, seakan ada mahnet yang menyentuh dikedalaman jiwanya, Sayyidina Umar yang terkenal sangat kuat dan ditakuti oleh penduduk arab, menjadi lemah lembut detik itu juga. 


betapa bahagianya baginda saat Sayyidina Umar mengucapkan dua kalimat syahadat dihadapannya, karena ternyata Umarlah jawaban dari doa-doa Rasulullah saw. agar dua orang yang sangat kuat di antara orang arab pada saat itu memeluk Islam dan bahkan menjadi khalifah ke dua setelah Sayyidina Abu Bakar r.a.

dua orang dalam doa Rasulullah saw. itu adalah Sayyidina Umar bin Khattab dan Abu Jahal.


Kajadian di atas adalah salah satu bentuk yang sangat nyata bahwa Al-Quran tidak hanya sebagai penuntun orang Islam saja, melainkan sebagai petunjuk untuk semua makhluk Tuhannya.


Untuk mempermudah kita mempelajari Ilmu-ilmu Al-Quran, para ulama kita, baik ulama salaf ataupun ulama khalaf, telah banyak melahirkan karya seputar Ilmu-ilmu Al-Quran tersebut, di antaranya adalah: 


١. علوم القرآن الكريم لفضيلة الشيخ نورالدين عتر

٢. الإتقان في علوم القرآن للإمام جلال الدين عبد الرحمن السيوطي

٣. فنون الأفنان في عيون علوم القرآن للإمام أبي الفراج عبد الرحمن بن الجوزي

٤. المدخل إلى دراسة القرآن الكريم لفضيلة الشخ محمد محمد أبو شهبة

٥. البيان في علوم القرآن لفضيلة الشيخ عبد الوهاب غزلان

٦. مباحث في علوم القرآن لفضيلة الشيخ صبح الصالح

٧. من روائع القرآن للأستاذ الدكتور سعيد رمضان البوطي

٨. مناهل العرفان في علوم القرآن لفضيلة الشيخ العلامة محمد عبد العظيم الزرقاني.


Semoga perjuangan ulama-ulama kita tidak berhenti di tangan kita, namun akan ada tangan-tangan selanjutnya yang mampu meneruskan perjuangan mereka, bahkan mampu melahirkan karya-karya terbaiknya, dan mejaga warisan-warisan keilmuan yang lainnya juga. Semoga Allah mampukan kita, dan meridhai perjalanan kita di buminya. Amin ya rabbal Alamin.


Tulisan ini ditulis semata-mata sebagai arsip penulis yang insyaAllah akan berseri.

Kairo, 08 Agustus 2021

Juni 19, 2021

,

 

 

MENALAR SKEPTISME IMAM AL-GHAZALI

Oleh: Moh. Syamsul Arifin

        Faith seeking knowledge ''keyakinan mendorong untuk terus mencari pengetahuan'' demikian bunyi motto kampus Notre Dame salah satu kampus ternama di Amerika Serikat, namun kita merasa terbiasa bila sudah mencapai faith (yakin) berhenti dan menutup pengetahuan. Dalam hal ini kita perlu memperhatikan bagaimana dialog Nabi Ibrahim As. untuk mencapai tingkat keyainan yang sebenarnya saat berdialog dengan Tuhan, tatkala Ibrahim berkata : ''Hai Tuhanku! Tunjukkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati''! Allah menjawab : Tidakkah enngkau percaya kepadaku? Sahutnya : ''Ya, percaya, tapi demi menetapkan hatiku.'' Dari kejadian ini bisa dibuat kesimpulan, ''bahwa kasusus ini memberikan pada kita kunci penting metode ilmiah murni yang tampanya tidak mungkin orang memajukan ilmu, yaitu metode ragu untuk mencapai keyakinan (manhaj al-shak lil-wushuli ila al-yaqin).''

         Pada umumnya, para pemikir muslim memulai asumsinya dari keyakinan terutama para teolog dan fuqoha, tetapi tidak berarti menafikan sama sekali pemikir muslim yang menggunakan asumsi keraguan. Para pemikir yang menggunakan metode 'keraguan'' dan 'kritis'' bukan suatu yang baru dalam Islam. Jauh sebelum munculnya Rene Descartes (abad 17), ia merupakan salah satu filsuf yang turut membidani pencerahan di Eropa yang dikenal sebagai bapak filsuf modern Barat dan sekaligus dikenal sebgai peletak metode keraguan dengan ungkapannya yang sangat terkenal cogito ergo sum "aku berpikir maka aku ada", beberapa peneliti mengungkap bahwa Descartes dengan metode keraguannya tidak mampu mencapai puncak keyakinan yang ia cari, beda halnya dengan imam al-Ghazali yang sudah memperaktekkan metode keraguan dalam menelisik kebenaran Islam dan ia mencapai titik puncak keyakinan yang sebenarnya. Namun penting untuk dicatat bahwa keraguan yang di maksudkan imam al-Gazhali disini adalah keraguan metodologis, bertujuan untuk menemukan kebenaran yang betul-betul meyakinkan. Dalam penjelasan intelektual muslim yang digelari Hujjatul Islam, ragu ialah penanda bahwa seseorang betul-betul serius dengan keyakinannya. Tanpa ada peroses keraguan, keyakinan seseorang tidaklah beda dari taqlid dengan menerima begitu saja yang didengarnya. Kata al-Gazhali di akhir kitab mizan al-Amal  (kitab sekuel dari mi'yar  al-ilmi): ''Jika uraia-uraian dalam kitabku ini membuatmu meragukan keyakinan yang kamu warisi, maka cukuplah dengan keraguan itu kau mendapat manfaat, sebab keraguanlah yang akan membawa pada kebenaran (idz as-syukuk hiya al-mushilah ilal haqq)''. Kemudia al-Gazhali menutup kitabnya ini dengan ungkapan yang disebut dengan ''potongan emas'' karena sedikit memberi gambaran tentang metodologinya untuk mencapai pada kebenaran yang hakiki. Ungkapnya: "keraguanlah yang dapat menghantarkan pada kebenaran. Seseorang yang tidak pernah ragu, dia berarti tidak berpikir. Seseorang yang tidak berpikir, dia tidak akan dapat melihat. Seseorang yang tidak dapat melihat, dia kan tetap dalam kebutaan dan kesesatan."

        Dalam karya semi-autobiografinya, al-munqidz, al-Ghazali juga menuliskan perjalanan hidupnya yang mengalami bermacam keraguan atas kebenaran yang sebelumnya ia percayai. Sejumlah peneliti menyebut bahwa narasinya dalam meragukan kebenaran ini mirip seperti narasi Descartes. Keduanya berbagi sekeptisme metodologis ''ragu sebagai metode''. Ada satu disertasi doktoral, karya almarhum Prof Dr. Mahmoud Hamdi Zaqzouq di Munich University pada tahun 1968, yang kemudian di bukukan dengan judul al-Manhaj al-Falsafi bayn al-Ghazali wa Dikart [Metode Filsafat antara al-Ghazali dan Descartes] yang membahas topik ini kemudian membandingkan al-Munqidz dengan dua karya Descartes yakni Discourse on the Method dan Meditations on the First Philosophy.

        Selanjutnya keraguan metodologis al-Gazhali ini mengandung pesan kritis, baik keritik wacana maupun keritik nalar (metode berpikir), terutama nalar yang di bentuk oleh budaya afiliasinya. Sebab, tidak ada manusia yang berpikir otonom dan mandiri. Setiap orang berpikir dalam kerangka afiliasi identitasnya, baik identitas peradaban, ideologi maupun metode berpikirnya. Pemikiran seperti ini di sebut oleh al-Jabiri dalam teorinya dengan istilah nalar terbentuk (al-aql al-mukawwan). 

        Sekali lagi penting untuk digaris bawahi bahwa keraguan yang dimaksudkan imam al-Gazhali adalah keraguan motodologis, artinya metode keraguan ini pada intinya untuk mendapata pengetahuan yang benar, menurutnya seseorang mesti secara mandiri meragukan dahulu pengetahuan yang ia punya dan kemudian meyaringnya mana yang benar-benar meyakinkan. Untuk mengetahui hal ini, ia mesti meragukan pengetahuan yang ia terima dari kata orang, dari pada pendahulunya atau dari masyarakat sekitar, atau menolak taklid, ''supera aude'' berani berpikir mandiri dan bebas dari kekangan pola pikir orang lain.

Cairo 10 Juni 2021.

Juni 07, 2021

,

Oleh : Lukman Fayad, LC, Dipl.
Mahasiswa pascasarjana
Universitas Al-Azhar Kairo

Kita adalah waktu dan waktu memilki awal dan akhir. “Wahai anak adam, kamu hanyalah bagian dari hari-hari, jika satu hari darimu hilang maka hilanglah sebagian darimu.” Demikian Hasan al-Bashri memaknai waktu. Waktu mempuanyai arti urgen dalam kehidupan kita. Bahkan dalam al-Qur’an Allah bersumpah dengan menggunakan waktu  “wal ashr.” Imam Fakhruddin Arrazi dalam tafsirnya mengatakan, “Allah Swt. bersumpah dengan al-ashr yang berarti adalah waktu, karena kata itu memiliki banyak keistimewaan, dengan waktu kelapangan dan keluasan, kesehatan dan kesakitan, kekayaan dan kemiskinan bisa diraih dan dicapai, serta sesungguhnya harga dan nilai umur tidak ada bandingannya.” Umur kita adalah kita dan hidup kita. Tapi kita teramat sering melupakannya, menelantarkanya, atau bahkan mencelakainya. Lebih dari tiga belas abad yang silam Rasulullah Saw. sudah memperingatkan umatnya mengenai pentingnya menjaga waktu. “Dua kenikmatan yang kebanyakan orang merugi darinya, yaitu sehat dan waktu kosong.” Pesan penting dari hadis tersebut bahwa sehat dan waktu kosong yang kita miliki sejatinya adalah anugrah bagi kita jika dipergunakan pada tempatnya, yaitu pada sesuatu yang bermanfaat sesuai tuntunan Allah dan RasulNya.

Dalam bukunya “Qimat Azzaman”, Syekh Abdul Fattah Abu Ghuddah memberikan abstraksi yang sangat kongkrit mengenai urgensi waktu menurut pandangan para ulama. Waktu memiliki banyak sekali arti yang saling berkaitan. Bagi para flusof nilai waktu berbeda dengan arti yang dipahami para pedagang, berbeda dengan yang dipahami petani, juga berbeda dengan yang di pahami para pencari ilmu, dan seterusnya.  Yang menarik untuk kita disimak dari kajian ini beliau mengurai urgensi waktu secara khusus dan spesipik, yaitu pentingnya waktu menurut penuntut ilmu dan segenap pecintanya (ulama), dengan harapan mampu memupuk kembali semangat para penuntut ilmu yang sudah mulai meredup dan pupus.

Imam Syafe’i berkata, “Aku bersahabat dengan ulama sufi, dan aku tidak belajar dari mereka selain dua kata, aku mendengar mereka berkata: “Waktu itu ibaratkan pedang, jika kamu tidak memakainya untuk memotong maka dialah yang akan memotongmu. Pergunakanlah untuk aktivitas yang baik, jika kamu tidak mempergunakan pada kebaikan maka  dia akan beraktivitas pada yang buruk.” Betapa waktu itu begitu berharga! Dan betapa tinggi perhatian ulama dalam memanfaatkan waktu! Waktu adalah nikmat dan anugrah Allah yang agung. Kalau Allah menghendaki kebaikan pada hambanya, maka Allah memberi keberkahan pada waktu yang dimilikinya dalam mencapai tujuan dan cita-citanya. Dalam buku-buku Tarajim (biografi) kita akan menemukan banyak pelajaran penting bagaimana ulama menjalankan dan menyikapi esensi waktu dari perjalanan mereka dalam menuntut ilmu. Ibnu Hajar al-Asqalani adalah salah satu figur ulama yang sangat cepat ketika menghafal dan  membaca. Syekh Nuruddin Iter dalam pengantar bukunya “Syarh Annukhbah” menegaskan bahwa Ibnu Hajar menyelesaikan bacaan kitab Sahih al-Bukhori dalam sepuluh majlis, membaca Sahih Muslim dalam lima majlis. Hal yang paling mengugah dari kisahnya, ialah perhatiannya yang begitu tinggi dalam menjaga dan memanfaatkan waktu. Dalam perjalanannya ke negri Syam beliau membaca Mukjam Tabrani dalam satu majlis, dan pada waktu bermukim di Damaskus beliau sanggup membaca seratus kitab dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan.

Begitulah kebiasaan ulama dari dahulu hingga sekarang dalam menjaga dan menghidupkan waktu untuk menimba ilmu yang begitu  mengagungkan. Tradisi ini menjadi kebiasaan para guru di al-Azhar.

Dr. Muhammad Muhammad Sayyid Awad rahimahumullah (guru pengarah jiwa dan ruh kami)  menggunakan  sebagian besar waktunya untuk mengabdi pada ilmu, penuntut ilmu, ibadah, dan keluarga. Beliau hanya beristirahat tidak lebih dari tiga jam setiap malam. Sementra pada waktu siang beliau meneruskan tugasnya mengajar para mahasiswa pada pagi hari, dan dilanjutkan dengan tugas dari “Masyaikhoh” (lembaga tinggi para guru besar al-Azhar) pada sore hari hingga mendekati tengah malam, dan sesekali mengisi ceramah untuk masyarakat. Bahkan tidak jarang beliau hanya isterahat di atas kursi dalam beberapa menit saja saat berada di ruang perpustakaannya. Dan dalam hal yang demikian itu beliau masih memintaku untuk membacakannya mutiara cahaya ilmu dari lembaran-lembaran kitab yang beliau inginkan, seolah tidak ingin ada sedikitpun waktu yang terlewatkan dari ilmu. “Menuntut ilmu butuh  kesabaran dan keikhlasan, jika tidak sabar semua akan berantakan”, dauhnya yang sering  dipesankan.  Ikhlas dan sabar adalah kunci keberhasilan. Rumah lama beliau di Syubra (Kairo) yang sudah tidak ditempati –karena beliau pindah ke komplek khusus yang diberikan al-Azhar untuk guru seneor di kawasan Rehab- dijadikan perpustakaan. Rumah satu lantai dengan dua pintu dan enam kamar ini semua berisikan kitab mulai dari yang klasik hingga yang kontemporer, mulai dari kamar, ruang tamu hingga dapur, semua berisikan kitab dan terlihat penuh debu dan tidak terawat. Tapi beliau bilang, “Ilmu ada di hati, bukan di atas lembaran kertas.”   Yang membuat aku tercengang beliau tau semua isi kitab-kitab itu dan bahkan susunannya. Seolah tumpukan kitab itu sudah tertata di dalam hati beliau sebelum ditata di perpustakaannya. Pada suatua saat ada orang yang simpati pada Abbas Mahmud Akkad melihat kondisi rumah yang didiaminya dan dia menyuruhnya untuk pindah pada tempat yang lebih layak. Tapi Akkad sepontan menjawab, “Siapa yang bisa membantuku menata kita-kitabku!?” Iya, karena kitab-kitab beliau tidak sekedar butuh ditata ulang kalau pindah rumah, tapi juga butuh ditata sesuai wawasan yang ada dalam hati beliau.            

Dalam sebuah seminar ilmiyah yang diadakan PPMI pada 2015 silam, Prof. Dr. Amany Burhanuddin Lubis, Lc., MA. rektor Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta (UIN) yang namanya tercatat sebagai salah satu ulama alamnus al-Azhar yang berpengaruh mengungkapakan bahwa beliau belajar delapan jam tiap malam, duduk di kursi belajarnya tanpa sedikitpun bergeser ataupun beranjak dari posisinya.

 وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (QS: Al-Bayyinah [98]: 05).

 
إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّٰلِحَٰتِ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ مَنْ أَحْسَنَ عَمَلًا
“Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik.” (QS: al-Kahfi [18]: 3).

Mei 20, 2021

,

 


Oleh : Faiz Ghaniyuddin
Mahasiswa Fakultas syariah islamiyah
Universitas Al-Azhar Kairo

Ketika mendengar kata “ujian”, dalam pikiran kita akan terbayang buku pelajaran (muqorror) yang menumpuk. Seakan-akan muqorror itu melambaikan tangan meminta untuk kita baca. Apalagi dikalangan masisir (mahasiswa mesir), kita tidak hanya dituntut untuk membaca muqorror, akan tetapi kita juga dituntut untuk menghafal semua materi yang ada di dalamnya.

Sekitar sepekan lagi semua mahasiswa S1 Universitas Al-Azhar khususnya saya akan menghadapi ujian termin kedua. Jauh-jauh hari sebelum ujian kita harus sudah selesai mempelajari semua muqorror, bahkan kita harus sudah menguasai semua materi yang ada di dalamnya.

Di kalangan masisir, tingkat pertama (awal masuk kuliah) merupakan ajang di mana hasil yang kita dapat akan menentukan bagaimana hasil kita selanjutnya. Karena ketika kita sudah tidak lulus di tingkat pertama, maka semangat kita akan sedikit memudar. Meskipun ada sebagian mahasiswa yang semangatnya bertambah walaupun tidak lulus di tingkat pertama. Malah sebagian mahasiswa yang tidak lulus tersebut semangatnya menjadi semakin melonjak.

Dalam mempelajari muqorror, ada tehnik-tehnik atau penunjang yang biasa dipakai mahasiswa agar bisa mempermudah dalam memahami dan menghafal materi. Tehnik itupun sangat beragam, tergantung bagaimana tehnik tersebut bisa berguna utuk orang tersebut. Saya tidak banyak mengetahui tehnik-tehnik dan penunjang itu, akan tetapi saya mengetahui sebagian yang biasa dipakai mahasiswa atau lebih tepatnya teman yang pernah bargaul dengan saya.

👉 Penunjang
Pertama “membaca nyaring”. Untuk sebagian orang membaca dengan suara yang keras bisa mempermudah pemahaman dan bahkan bisa mempermudah menghafal. Karena pikiran kita akan terfokus terhadap suara kita bukan suara-suara yang ada di sekitarnya.

Kedua “membaca dalam hati”. Hal ini dilakukan dengan cara membaca menggunakan hati atau lebih tepatnya tidak mengeluarkan suara. Akan tetapi cara ini tidak efektif jika dilakukan di tempat yang ramai. Kecuali anda mempunyai konsentrasi yang tinggi.

Ketiga “musik”. Musik untuk sebagian orang dapat berguna untuk mempermudah dalam pemahaman terhadap apa yang kita baca. Karena menurut sebagian orang tersebut musik membuat otak menjadi rileks, sehingga bisa fokus dalam belajar. Entah itu musik pop, dangdut, rock, dan bahkan bacaan Al-Qur’an.

 
👉 Tehnik
Pertama “rangkuman”. Cara ini sangat berguna untuk menghafal. Karena kita akan sangat sulit menghafal semua materi yang memang sangat banyak. Jadi, rangkumanlah yang dapat menyelamatkan kita dari materi yang sebanyak itu. Rangkuman dibuat ketika kita sudah membaca satu bab atau satu buku sekaligus, tergantung bagimana cara yang mudah untuk orang tersebut. Akan tetapi, saya menyarankan agar merangkum ketika kita sudah selesai membaca satu bab bukan satu buku. Ketika kita merangkum, secara tidak langsung kita menghafal hasil rangkuman kita, asal ketika menulis pikiran kita fokus kepada apa yang kita tulis.

Kedua “garis bawah atau warna stabilo”. Cara ini dipakai agar mempermudah dalam membaca yang kedua kalinya. Karena yang kita garis adalah poin-poin penting yang menurut kita hal itu akan keluar dalam ujian.

Ketiga “kebut semalam”. Cara ini dipakai oleh orang yang memang mempunyai IQ di atas rata-rata dan orang yang memang malas untuk belajar. Orang yang memakai cara ini belajar di waktu malam pas besok akan menghadapi ujian. Cara ini mungkin efektif bagi orang yang memiliki IQ di atas rata-rata. Akan tetapi kalau IQ anda menegah kebawah janganlah memakai cara ini, karena anda akan mengalami kegagalan yang pasti akan anda akan sesali.

Itulah tehnik-tehnik dan penunjang dalam belajar. Tergantung mana yang cocok untuk kemampuan seseorang yang menggunakannya. Dan saya sarankan anda tidak memakai tehnik kebut semalam. Karena tehnik tersebut sudah banyak memakan korban.

Mei 07, 2021

,

 


Berpuasa di Puncak Musim Panas; Pahala dan Keutamaannya.

Oleh: Kholilurrahman Zubaidi Mahasiswa Pascasarjana Universitas Al-Azhar 

Sesuatu yang biasa apabila dilakukan dengan cara yang luar biasa, di waktu yang tak biasa maka akan bernilai luar biasa. Jika demikian adanya, maka bagaimana dengan sesuatu yang memang luar biasa kemudian dilaksanakan dengan cara dan pada waktu yang yang luar biasa juga? Maka tentu nilainya akan lebih luar biasa lagi. Seperti itulah kiranya dengan berpuasa di saat musim panas sedang pada puncaknya. Ketika berpuasa di hari-hari biasa pahala yang didapatkan itu sudah luar biasa, maka apalagi puasa yang dilakukan pada saat cuaca menunjukkan pada 40 sampai 41 derajat celcius seperti yang terjadi di beberapa negara di timur tengah termasuk di antaranya Mesir, maka pahala yang akan didapat akan lebih luar biasa lagi.

Memang ada beberapa amalan ibadah yang apabila dikerjakan di dalam waktu tertentu akan mempunyai nilai yang berbeda dengan ibadah yang sama akan tetapi dikerjakan di waktu kapan saja. Seperti contoh shalat sunnah dua rakaat. Shalat sunnah dua rakaat yang dikerjakan di waktu siang misalkan akan berbeda dengan shalat sunnah yang dikerjakan di sepertiga malam setelah tidur (karena shalat sunnah tersebut berubah menjadi shlat sunnah tahajjud yang tentu berbeda nilainya dengan shalat sunnah muthlaq biasa). Contoh lain adalah ketika kita memberikan sebagian harta kita kepada orang saat ia sedang mampu dan ketika ia dalam keadaan butuh. Perbedaannya sejauh langit dan bumi.

Kembali ke puasa. Dalam kondisi normal (maksudnya berpuasa dalam keadaan cuaca biasa-biasa saja, tidak terlalu panas) pahala yang akan didapatkan adalah ia akan dijauhkan dari neraka selama 70 tahun (HR: Al-Bukhori). Maka di dalam kondisi cuaca sedang panas-panasnya maka tentu pahala yang didapat akan berbeda lagi seperti riwayat Abu Musa ra. dan beberapa riwayat  yang lainnya bahwa barang siapa merasakan haus karena berpuasa semata-mata untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT maka pada hari kiamat nanti ia akan diberikan minuman di saat semua orang merasakan kehausan.

Para sahabatpun tidak mau ketinggalan untuk mendapatkan keutamaan-keutamaan itu. Abu Bakar ra disebutkan membiasakan berpuasa di musim panas dan tidak berpuasa di musim dingin. Umar ra juga berwasiat  kepada anaknya Abdullah bin Umar untuk mengerjakan perkara-perkara keimanan kemudian beliau menyebutkan yang pertama adalah berpuasa di musim panas. Qasim bin Muhammad berkata: Aisyah ra berpuasa di saat cuaca panas sedang menyengat.

Sebagai tambahan faedah, kata رمضان sendiri diambil dari asal kata رمض yang berarti احترق (membakar) dinamakan bulan ramadhan karena cuaca di bulan ini memang sedang panas-panasnya. Sebagian ulama menyebutkan alasan yang lain yaitu karena bulan ini dapat membakar dosa-dosa sebagaimana api membakar kayu.

Ada beberapa peristiwa sejarah yang terjadi di bulan ramadhan. Salah satunya adalah peristiwa perang badar atau sebagian ulama menyebutkannya dengan peristiwa al-Furqan (pembeda) karena perang badar ini menjadi penentu antara yang hak dan yang bathil. Bisa dibayangkan ketika itu para sahabat berperang melawan kaum musyrikin dalam keadaan cuaca panas sedang berada pada puncaknya. Mungkin ini juga merupakan alasan kenapa Rasulullah SAW di dalam salah satu haditsnya bersabda yang artinya “Jangan kalian mencela sahabatku, demi  dzat yang aku berada di dalam genggamannya, walaupun kalian menafkahkan emas sebesar gunung uhud, itu tidak bisa menyamai terhadap apa yang dilakukan sahabatku tidak juga separuhnya” (HR: Bukhori Muslim). Hadits ini menjadi bukti betapa besarnya pengorbanan-pengorbanan yang dipersembahkan oleh sahabat-sahabat Rasulullah SAW. dan salah satu dari pengorbanan terbesarnya adalah berjihad bersama Rasulullah SAW walaupun dalam situasi cuaca panas sedang dalam puncaknya.

Sampai di sini kita sudah tahu bagaimana pahala dan keutamaan berpuasa pada waktu musim panas. Semoga ini semua menjadi suntikan semangat dalam melaksanakan ibadah puasa secara khusus dan ibadah-ibadah yang lainnya secara umum walaupun dalam keadaan sulit.

Wallahu subhanahu a’la wa a’lam.

Mei 04, 2021

,

 


Kairo: Almamater FOSIKBA sebagai forum silaturahmi dan persatuan ikatan para alumni yayasan Al-Khairat di Kairo Mesir, yang meliputi pondok pesantren Darul Ulum Banyuanyar, PP. Membaul Ulum Bata-bata, PP. Darul Lughah wa ad-Dirasat Islamiyah Akkor, PP. Lan Bulan Sampang, PP. Nurus Salam Saba Tambak Palengaan Laok, serta beberapa pesantren lainnya, kembali menggelar acara Haul Masyaikh di Hay asyir KSW. 

Tepat pada hari Ahad, 20 Ramadhan 1442 H./ 2 Mei 2021 M. Merupakan suatu moment terselenggaranya acara yang dikemas dengan "Haul Akbar Masyayikh Di Forum Silaturahmi Keluarga Besar al-Khairat (FOSIKBA)". Suatu agenda rutinitas tahunan, yang perlu dijaga eksistensinya, guna mempererat tali persaudaraan antar sesama anggota. Sehingga dapat membentuk suatu kesatuan dalam ranah persaudaraan.

Maksud dan tujuan digelarannya Haul Akbar ini sebagimana yang disampaikan oleh dewan konsultatif FOSIKBA Ust. Lukman Fayad Lc. Dalam sambutannya “Peringatan Haul ini adalah dalam rangka mendoakan guru guru kita yang sudah meninggal dan bentuk syukur atas segala nikmat yang telah allah berikan kepada kita melalui perantara guru guru kita ini, seperti halnya kita bisa mencari ilmu disini (MESIR) tidak lepas dari doa guru guru kita, kedua orang tua kita dan orang terdekat kita, itu semua perlu kita syukuri. (ujarnya). 

Acara Haul Akbar ini dihadiri oleh dewan penasehat FOSIKBA Ust. Khatibul Umam, Lc. Dan gubernur FOSGAMA (Forum Studi Keluarga Madura) Ust. Budianto Saha. Tak kalah menariknya acara ini dihadiri oleh calon terpilih presiden PPMI MESIR Ust. Ahsanul Ulil Albab Lc. yang baru saja terpilih dihari sebelum acara Haul Akbar FOSIKBA tiba, dalam sambutannya beliau bersyukur “Alhamdulillah acara haul akbar FOSIKBA berjalan dengan khidmat karena telah dibuka dengan khotmil quran dan yang paling kita senangi baca sholawat dan ini menjadi wasilah diterimanya sebuah amalan”. Dan beliau juga mengucapkan salam ceria dan berterimakasih kepada semua yang hadir diacara ini, “karena saya terpilih ini tidak lepas dari kepercayaan dan dukungan teman teman FOSIKBA ini. Dan saya ucapkan terimakasih banyak telah diberi ruang mengisi sambutan dicara Haul Akbar ini, padahal saya masih belum dilantik jadi presiden PPMI Mesir langsung divoting presiden, tapi tidak apa apa biarpun masih belum dilantik jadi presiden saya berkesempatan mengisi sambutan segaligus meminta doa temen temen FOSIKBA atas kelancaran, kemudahan dan kesuksesan kami nanti dikursi presiden PPMI Mesir". Dan beliau juga menyisipkan doa “semoga acara Haul Akbar ini penuh dengan keberkahan, istikomah, eksis terus tiap tahunnya dan saya juga butuh kader kader terbaik dari FOSIKBA ini”. (ujarnya)

Acara ini, diawali dengan khataman al-Quran. Kemudian dibuka dengan pembacaan ummul kitab, sambutan-sambutan, pembacaan tawassul almarhumin sekaligus tahlil, dan ditutup dengan do'a. dilanjutkan dengan sholat Maghrib secara berjamaah kemudian buka puasa bersama. Dalam acara ini, juga turut mengundang ketua dan jajaran BPH almamater lainnya: IKBAL (Ikatan Keluarga Besar PP. Al-Amin Sumenep) korda Kairo, almamater KIFAYAH (Kajian Intensif Islamiyah), dan almamater HIMMAH (Himpunan Mahasiswa Alumni PP. Amanatul Ummah Siwalan Kerto Surabaya).

Dengan mengharap ridha Allah Swt. dan syafaat baginda Nabi Muhammad Saw. serta atas terselenggaranya acara ini, semoga diri kita semua senantiasa diberi kelancaran dalam segala urusan, khususnya dalam menuntut ilmu. Begitu juga semoga barokah para masyayikh kita, selalu mengalir disetiap derap langkah kita menuju kesuksesan yang hakiki. Amin.



Oleh: Tim Media FOSIKBA

April 21, 2021

,

Bulan Ramadhan Sarana Meningkatkan Kualitas Iman Dan Takwa


Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang ditunggu-tunggu oleh umat Islam dan sudah seharusnya kedatangannya disambut dengan jiwa serta hati yang tulus ikhlas dan penuh keceriaan. Ramadhan adalah tamu yang agung nan mulia yang akan memasuki setiap rumah dan kediaman umat Islam. oleh karena itu, tidaklah patut menyambutnya dengan sikap yang biasa-biasa saja. Hendaknya Ramadhan disambut dengan  ghirah  dan semangat meningkatkan iman dan takwa kepada Allah  swt. Puasa Ramadhan dapat mendatangkan pahala serta menghapus dosa yang telah lampau, Di  samping itu juga, Ramadhan merupakan bulan yang dipenuhi keberkahan. Siapapun yang bisa mengisinya dengan amal ibadah yang sempurna, tentunya limpahan rahmat, ampunan dari dosa dan nista dan jaminan aman dari siksa neraka menjadi haknya. 


Puasa di bulan Ramadhan salah satu pembinaan iman dan takwa, selain itu puasa ini juga terdapat banyak pelajaran yang bisa diambil, namun tidak banyak orang yang tahu tentang nilai-nilai pembinaan dan pelajaran yang tersirat dalam pelaksanaan ibadah ini, seperti halnya puasa disebut madrasah moralitas dan sarana latihan untuk menempuh berbagai macam sifat terpuji, misalnya jihad melawan nafsu, menangkal godaan-godaan dan rayuan-rayuan setan yang terkadang terlintas dalam pikiran. Puasa dapat membiasakan seseorang bersikap sabar terhadap hal-hal yang diharamkan, penderitaan, dan kesulitan yang kadangkala muncul di hadapannya. Puasa mendidik orang untuk bersikap jujur dan  merasa diawasi oleh Allah  swt.  baik dalam  kesendirian maupun dalam keramaian, karena pada saat itu, tidak seorang  pun yang mengawasi orang yang berpuasa selain Allah  swt. Dengan berpuasa  dapat mengistirahatkan perut dan alat pencernaan, memelihara tubuh, membersihkan sisa-sisa makanan yang mengendap dan tidak tercerna serta menghilangkan bau busuk yang disebabkan oleh makanan dan minuman. 


Bagi orang islam yang beriman,  kehadiran  bulan  Ramadhan disambut dengan perasaan bahagia penuh suka cita sebagai   bulan yang penuh keberkahan, bulan Al-Qur’an, bulan ampunan, bulan kasih sayang, bulan doa, bulan taubat, bulan kesabaran, dan bulan pembebasan dari api neraka. Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan yang disebutkan dalam hadis adalah dibukanya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka. Nabi Muhammad saw. bersabda: Apabila bulan Ramadhan tiba, gerbang langit terbuka, gerbang neraka dikunci dan dibelenggu semua setan” (H.r. Bukhari).


Bulan Ramadhan merupakan salah satu bulan suci untuk umat Islam. Seluruh umat muslim/muslimah di seluruh dunia menyambut gembira kedatangan bulan suci ini dan apabila dibulan ini puasanya dikerjakan atas dasar keimanan dan mengharap pahala maka ia diberi ampunan atas dosa dosa yang telah ia lakukan.


Dibulan ramadhan pula ada tradisi yang tak bisa lepas dari kebiasaan orang orang yang menunggu adzan berkumandang yaitu “Ngabuburit” yang berarti bersantai-santai sambil menunggu waktu sore, Salah satu kegiatan  Ngabuburit  yang dilakukan oleh sebagian orang adalah dengan berburu takjil. Takjil sendiri berasal dari Bahasa Arab dengan makna “menyegerakan”. Berdasar pengertian ini, maka takjil diartikan “menyegerakan berbuka puasa”. Karena dalam Islam, menyegerakan berbuka puasa adalah sebuah anjuran atau sunah. Dalam hadis yang diriwayatkan dari Sahl Bin Sa’ad bahwasannya Rasulullah bersabda “manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan untuk berbuka” (H.r. Bukhari). Setelah kalimat takjil mengalami perkembangan makna pemakaian dari generasi kegenerasi selanjutnya takjil bergeser makna menjadi makanan yang disuguhkan untuk berbuka puasa.


Arti puasa secara bahasa adalah menahan, Adapun arti secara istilah adalah menahan diri dari perkara perkara yang membatalkan puasa sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari disertai niat. Puasa  menurut Islam berkaitan dengan tiga masalah pokok yang sangat esensial bagi kehidupan manusia, yaitu 1. Menahan lapar dan haus, 2. Menahan diri dari hubungan seksual, 3. Menahan diri dari penglihatan, pendengaran, serta ucapan-ucapan yang tidak baik  atau tidak wajar. Dalam pengertian di atas, kata  “Shaum”  diartikan menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan.


Sedangkan  Ramadhan  jamaknya adalah  ramadhaanaat,  atau berasal dari akar kata ramidha  yang berarti “sangat panas” dan “membakar atau menghanguskan”. Ada yang berpendapat bahwa dinamakan Ramadan sebab pada bulan tersebut dosa-dosa dibakar, dihanguskan atau dilenyapkan.


Hukum puasa ramadhan itu wajib sebagaimana ditegaskan di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 183 yang artinya: “Hai orang-orang yang  beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”. Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa hukum puasa bagi orang islam itu wajib. Dapat diketahui pula bahwa tujuan utama puasa adalah  agar seseorang menjadi bertakwa. Nilai yang sangat mendasar dari ibadah puasa adalah meraih takwa. Takwa merupakan suatu kesadaran pada diri seseorang yang senantiasa menghadirkan Allah swt. kapanpun dan dimanapun berada.


Puasa  disyariatkan Allah swt. pada dasarnya sebagai media untuk melatih diri agar manusia memiliki kemampuan mengendalikan diri dari  hawa nafsu. Kewajiban melaksanakan puasa merupakan kewajiban yang dibebankan kepada umat Islam yang telah baligh dan berakal, maka tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak berpuasa pada bulan Ramadhan, kecuali apabila orang tersebut secara syara’ boleh diberikan keringanan (Rukhsah) untuk tidak melaksanakan puasa Ramadhan. Jika ada seseorang tidak melaksanakan puasa tanpa ada udzur syar’i , maka orang tersebut harus mengganti puasanya pada hari-hari lain setelah bulan Ramadhan berkahir. Seluruh Ulama sepakat bahwa orang yang diwajibkan mengqadha (mengganti) hari-hari puasa yang ditinggalkan pada bulan Ramadhan, baik karena ada udzur seperti sakit, perjalanan, haid dan sejenisnya maupun tanpa ada uzur misalnya tidak berniat dengan sengaja maupun karena lupa, dia harus mengqadhanya (menggantinya) pada tahun itu juga. Maksudnya, pada hari-hari antara Ramadhan yang ditinggalakan dengan Ramadhan yang berikutnya. Dan dia boleh memilih diantara hari-hari tersebut sesukanya, asalkan bukan pada hari-hari yang diharamkan untuk berpuasa.

Oleh: Ali Imron
Mahasiswa tik. 3 Fakultas syariah islamiah Universitas Al-Azhar

April 10, 2021

,


Menjadi seorang muslim mesti memenuhi syarat-syarat tertentu, yang apabila tidak memenuhi syaratnya tidak terhitung sebagai muslim yang sempurna, bahkan bisa jadi tidak disebut sebagai muslim.

Sehingga terdapat syarat- syarat tertentu, dimana ada syarat yang merupakan inti dan yang lain adalah pelengkap atau ranting, setiap ranting ini berbeda kedudukannya tergantung kedekatannya dengan inti, sesuai ketetapan Allah dalam Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad.saw.

Syarat inti yang dimaksud adalah syarat yang apabila tidak dipenuhi berakibat pada kekufuran seseorang, atau tidak sah keislaman seseorang tanpa memenuhinya - tidak terhitung sebagai seorang muslim baik di dunia atau di akhirat.

Syarat ranting merupakan istilah yang kami gunakan untuk menganalogikan suatu kewajiban yang mesti dipenuhi, sebagai suatu pembuktian terhadap integritas dari pembenaran yang ada di hati, baik berupa pengakuan dengan lisan, atau pembuktian dengan amal perbuatan.

Kalau kita mencoba refleksi ke pada pelajaran Ibtidaiyah saat dahulu masih kecil, tetentunya di sana kita diajari yang namanya Rukun Iman dan Rukun Islam. Yang pastinya pembaca sangat mengetahui, dan mungkin sebagian besar sudah menghafalnya, tetapi hanya segelintir saja yang memahaminya secara mendalam.

Sebelum masuk pada pembahasan lebih lanjut, kami ingin menentukan istilah yang akan digunakan, agar tidak terjadi campur aduk atau ketidak jelasan maksud dengan menjawab pertanyaan berikut :

Apa perbedaan Rukun Islam dan Rukun Iman ?

Kalau kita mengingat hafalan kita dulu, Rukun iman terdiri atas enam rukun : Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat Allah, Iman kepada Kitab-kitab Allah, Iman kepada Utusan Allah, Iman kepada Hari akhir, Iman kepada Qoda' dan Qadarnya Allah baik dan buruknya dari Allah.

Sedangkan Rukun islam sendiri terdiri atas lima rukun : Mengucapkan Dua kalimat Syahadat, Mendirikan sholat, Menunaikan zakat, Menunaikan puasa di bulan ramadhan, dan Menunaikan ibadah Haji bagi yang mampu.

Rukun adalah sesuatu yang apabila tidak dipenuhi maka Iman atau Islamnya seseorang menjadi tidak diakui, baik di dunia atau di akhirat. Terutama rukun Iman, jika satu saja tidak dipenuhi maka sudah pasti imannya tidak sah, yang pada gilirannya keislamnya menjadi sia-sia, sebab Rukun iman menjadi pondasi yang menentukan amal ibadahmu di terima di sisi Allah.

Kalau mencoba memperhatikan kembali kepada Rukun Iman dan Rukun Islam satu persatu dengan seksama, kamu akan melihat bawa Rukun Iman terdiri atas enam Rukun yang semuanya adalah pekerjaan Hati, dan kalau memperhatikan Rukun Islam, kamu akan dapatinya terdiri atas lima Rukun yang semuanya pekerjaan dari anggota Tubuh.

Artinya, Iman adalah murni pekerjaan Hati yang terdiri dari - Pembenaran dan Ketundukan hati - terhadap ke enam Rukun iman di atas, kamu tidak disebut beriman apabila mengingkari satu saja dari rukun tersebut.

Karena Iman adalah pekerjaan Hati, maka tidak ada yang tahu Iman seseorang kecuali Allah dan yang bersangkutan, kita hanya dapat menilai orang lain beriman atau tidaknya, sebatas dari yang terlihat dari amal perbuatan dan pengakuan lisannya, selebihnya adalah ranah Tuhan bukan ranah manusia.

Setelah terpenuhi rukun Iman di atas di hati seseorang, maka sebagai implementasi dari keimanan Hati, kewajiban selanjutnya adalah membuktikannya dengan pengikraran dan perbuatan, dengan melaksanakan rukun Islam, dimulai dengan Mengucapkan dua kalimat Syahadat, kemudian mendirikan Sholat, dan seterusnya. 

Dan kita bisa menilai orang beriman atau tidaknya dari amalnya, terlepas hatinya bohong atau tidak, karena bukan ranah kita untuk menggali isi hati manusia. 

Kewajiban kita adalah memperlakukan orang yang sudah bersyahadat sebagai orang Muslim, memberi haknya sebagaimana hak-hak muslim di dunia, tidak boleh dikafir-kafirkan, darahnya dilindungi secara syari'at, dan kalau meninggal dunia maka wajib dikubur selayaknya orang muslim.

Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa Iman dan Islam berbeda, yang pertama perkerjaan Hati dan yang ke dua pekerjaan Jasmani, lalu apakah Mukmin dan Muslim berbeda juga ?

Pada dasarnya keduanya memang berbeda, ketika keduanya disebutkan bersamaan atau berdampingan, tetapi akan memiliki makna yang sama ketika disebutkan sendirian.

Misalanya kalau saya berkata : kamu adalah orang Muslim, maka maksudnya kamu adalah orang yang beriman hatinya dan berislam lahirnya. Atau saya berkata : kamu adalah orang Mukmin, maka maksudnya sama, kamu adalah orang yang beriman hatinya dan berislam lahirnya.

Tapi kalau saya berkata : kamu adalah orang Mukmin dan Muslim, maka makna mukmin di sini adalah beriman hatinya, dan makna Muslim di sini adalah berislam lahirnya.

Sehingga dari sini, bisa dipahami bahwa maksud penulis dari sebutan Muslim di awal tadi mencakup orang yang beriman dan berislam. Artinya, kalau kami menggunakan istilah Muslim, maka maksudnya Muslim dan Mukmin, dan apabila menggunakan istilah Mukmin, maka maksudnya Muslim dan Mukmin.

Jika sudah jelas, mari kita masuk pada pembahasan selanjutnya dengan pertanyaan berikut :

Apakah syarat-syarat masuk Islam dan menjadi seorang muslim yang sempurna ?

Kita sudah berbicara di depan tentang Rukun Iman dan Rukun Islam, dan sudah kami jelaskan betapa sangat pentingnya Rukun Iman sebagai pondasi dalam berislam, dan rukun Islam tanpa Rukun Iman ibarat Jasad tanpa Ruh. 

Sehingga, bisa ditarik kesimpulan, bahwa untuk masuk islam, mestinya atas dasar kesadaran dan kemauan sendiri, bukan karena paksaan atau tuntutan dari pihak manapun. 

Sebab Rukun iman sendiri, tidak akan mungkin bisa terealisasi jika dengan paksaan, dan bukan atas dasar keyakinan dari lubuk hati yang terdalam, yang mesti memenuhi dua unsur : pembenaran dan ketundukan Hati. Sebab itulah salah satu dari prinsip Islam dan umat islam, tidak ada paksaan dalam beragama.

Jadi syarat pertama yang harus dipenuhi seorang yang hendak masuk islam adalah dengan mengimani keenam rukun iman, setelah itu baru memasuki tahap rukun islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat, yang pada gilirannya menjadikan dirinya sebagai muslim yang sah, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.

Muslim di dunia maksudnya dia punya hak penuh sebagai seorng muslim, mewarisi dan diwari, boleh menikahi muslimah jika dia laki-laki, dirinya, hartanya, dan kehormatannya dilindungi, tidak boleh dikafir-kafirkan. 

Serta kewajiban yang berhubungan dengan hukum syariat berlaku atas dirinya, wajib sholat  lima waktu, puasa di bulan ramadhan, membayar zakat dan naik haji jika mampu lahir dan batin.

Dalam hal pemenuhan Rukun Iman tidak ada rekomendasi sedikitpun, semua muslim harus memenuhi keenam rukun iman secara sempurna yang merupakan pekerjaan Hati, tetapi dalam hal pelaksanaan rukun Islam setiap muslim berbeda-beda, sesuai kemampuannya masing-masing.

Misal dalam mengikrarkan Dua kalimat syahadat dengan lisan, bagi orang bisu cukup dengan bahasa isyarat, atau bagi orang yang berada di negara mayoritas nonmuslim, karena takut di bunuh misalnya, maka cukup dengan hati.

Dalam mendirikan sholat ada yang rajin sholatnya, ada yang bolong-bolong, begitupun Puasa, Zakat dan Haji. 

Sehingga, semakin sempurna pengamalanmu terhadap rukun-rukun islam semakin sempurna pula keislamanmu, bahkan imanmu semakin bertambah semakin bertambahnya amal.

Jadi untuk menjadi sorang muslim yang sempurana adalah dengan beriman dan beramal sholeh, sempurna dalam kewajiban lebih-lebih ditambah dengan kesunnatan.

Lalu pertanyaan yang selanjutnya adalah : Bagaimana dengan orang yang beriman tapi tidak Bersyahadat atau tidak sholat, dan orang yang tidak beriman tapi mendirikan sholat ?

Rukun iman adalah dasar dari rukun islam, tampanya amal ibadah seseorang tiada gunanya. 

Mengenai persoalan orang yang beriman tapi tidak bersyahadat, tentunya ada berapa faktor :

kalau dia tidak bersyahadat dengan lisannya karena bisu maka sebisa mungkin dengan bahasa Isyarat. Atau demi melindungi nyawanya dan orang terdekatnya, maka dalam hal ini tidak jadi masalah cukup dengan hatinya, dan dia dihukumi sebagai muslim di akhirat jika tidak ada yang tahu, dan muslim di dunia dan akhirat jika ada yang tahu.

Muslim di dunia maksudnya punya hak dan kewajiban sebagaiman orang muslim dalam kehidupan dunia, dan Muslim di akhirat maksudnya di sisi Allah dia seorang yang beriman, akan masuk surga sekalipun masuk neraka terlebih dahulu kalau punya dosa.

Tetapi kalau tidak Bersyahadat karena memang tidak mau dan menolak untuk bersyahadat, maka tidak dihitung sebagai seorang muslim baik di dunia dan di akhirat.

Mengenai seorang muslim yang tidak solat, atau bolong-bolong solatnya atau puasanya, atau tidak bayar zakatnya, atau tidak menunaikan hajinya, dalam hal ini banyak faktor. Lupa atau lalai, maka dihitung sebagai seorang muslim yang bermaksiat, dan tidak sampai pada tingkatan kafir, kecuali apabila sudah sampai mengingkari kewajiban sholat dan puasa.

Begitupula zakat dan haji, kalau tidak menunaikannya karena memang tidak mampu secara finansial, maka tidak dihitung sebagai pelanggaran syari'at, kalau lalai maka berdosa, dan kalalu jelas menolak dan mengikarinya maka kufur.

Karena mengingkari satu saja dari kelima rukun islam, sama dengan mengingakari sesuatu yang merupakan pilar dari Agama itu sendiri, dan secara tidak langsung sudah mengingakari Allah.swt dan Nabi Muhammad.saw. 

Atinya, telah mencerabut Islam dari akarnnya, dengan meruntuhkan pondasinya yang merupakan Rukun Iman.

Sampai di sini kami ingin menyampaikan dari uraian tadi, beberapa poin penting yang mesti diketahui oleh seorang muslim, agar tidak mudah menghakimi orang lain :

1). Kita diperintahkan untuk menilai orang dari yang tampak saja dari permbuatan lahir seseorang, sehingga sangat terlarang mengkafirkan seorang muslim hanya karena tidak sholat, atau tidak puasa, dll., tanpa ada bukti burupa pengakuan atau penghinaan.

2). Selama seseorang tidak secara terang-terangan mengingkari salah satu dari kelima rukun iman maka dia tetap sebagai orang muslim, haram dikafirkan dan haram darahnya dibunuh.

3). Seorang muslim yang bermaksiat tidaklah kafir selama dia tidak secara terang-terangan menghalalkan kemaksiatannya, dan tidak meyeakini kemaksiatan yang dilakukannya sebagai perbuatan yang halal. 

4). Kufur adalah kebalikan dari Iman, dan bukan kebalikan dari Amal. Sehingga seorang muslim yang melakukan kemaksiatan tidak sampai pada tingkat kekufuran, tetapi dia dihitung sebagai seorang mukmin yang bermaksiat saja.

5). Iman yang di dalam hati yang berupa keyakinan hati tidak bertambah dan tidak berkurang, tatapi ada yang berpendapat bahwa iman dapat bertambah seiring bertambahnya amal dan ketaatan.

6). Seorang muslim yang bermaksiat akan masuk surga sekalipun akan disiksa terlebih dulu di neraka, dan seorang yang kafir akan kekal di neraka.

7). Iman adalah syarat mutlak diterimanya amal dan islam seseorang, tanpanya syahadat, sholat, zakat, puasa, dan hajinya tidak membuatnya selamat di akhirat.

8). Iman adalah kunci keselamatan di dunia dan keselalamatan di akhirat, sehingga sekalipun gagal usaha seorang muslim kalau niatnya baik maka akan mendapat pahala di akhirat kelak.

9). Yang terakhir, bahwa melukai Nonmuslim yang tidak mengganggu muslim, sama dengan melukai Nabi Muhammad.saw., apalagi sampai mengebom gereja. Apalagi memerangi pemerintahan muslim, hanya karena sistem negaranya tidak islami. 

Dan kamu sudah tahu bahwa sistem negara adalah bagian dari Amal bukan Bagian dari Iman, maksimal pemerintah bermaksiat tidak sampai pada tingkat kafir yang wajib diperangi.

Oleh; Moh Amin Gazali

Follow Us @soratemplates