Maret 18, 2018

,


Superstition menurut Cambridge dictionary adalah sebuah keyakinan terhadap sesuatu yang tidak berdasarkan akal manusia atau ilmu pengetahuan, akan tetapi berkaitan dengan keyakinan nenek moyang terdahulu tentang sihir. Sedangkan kamus lain menjelaskan superstition yaitu ketakutan irasional terhadap sesuatu yang tidak diketahui dasarnya, bersifat misterius dan berhubungan dengan agama-agama tertentu.

Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa superstition atau takhayyul adalah sebuah kepercayaan yang diyakini adanya dampak buruk atau baik dari kejadian tersebut. Bicara masalah yang berkaitan dengan keyakinan seseorang terhadap sesuatu memang sangat sulit untuk mengusirnya begitu saja, sama halnya kita tumbuh dengan ajaran islam kemudian seseorang tiba-tiba mengajak kita untuk memnganut agama lain otomatis kita berat hati karena akal kita juga tidak mudah mempercayai hal baru yang belum kita ketahui meskipun yang ngajak kita adalah teman yang kita kenal dengan baik dan membutuhkan proses yang sangat rumit. Maka dari itu percaya dengan hal-hal takhayyul yang sudah diwariskan nenek moyang terdahulu juga tidak mudah lepas begitu saja dari ingatan dan tradisi lingkungan dan sekitarnya. Lebih tepatnya kita sebagai pelajar harus berhati-hati betul dalam hal menggali informasi-informasi, baik dalam hal yang berkaitan dengan sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. karena kita perlu bukti hal itu konkrit atau tidak, apalagi menyangkut akidah bahkan beberapa ulama tidak membolehkan hanya sekedar taklid saja, dalam hal akidah harus tahu sumber dalilnya yang itu pun harus butuh proses yang sangat rumit. Beberapa kalangan mereka tidak terlalu menghiraukan kebenaran sesuatu yang mereka yakini, karena mentalitas manusia menurut Dr. Ali Goma dalam kitabnya Mukawwanat Al-Aql Al-Muslim dibagi menjadi dua:

1.      Mentalitas Ilmiah

Kata ilmiah secara etimologi bahasa arab yaitu dinamakan masdar sina’i yang artinya adalah memahami sebuah gagasan secara detail, contohnya: kata zira’iyah artinya adalah kata yang mencakup semua yang berkaitan tentang bidang pertanian, begitu pula dengan kata sina’iyah dan lain lain. Kata al-ilm sendiri itu artinya adalah pengetahuan yang kuat dan kokoh sesuai dengan realitas yang bersumber dari pada dalil. Kalau kita mengkaji lagi kata al-ilm tidaklah bertentangan denga kata science akan tetapi kata al-ilm lebih luas cakupannya, sedangkan science sendiri bersifat empiris yang tidak lain adalah sebuah istilah yang juga termasuk dari ilmu itu sendiri.  Sumber dari pada ilmu itu sendiri yaitu Allah SWT. yang mana ia menganjurkan untuk tidak puas diri dalam mempelajari suatu ilmu dan mendalaminya, sebagaimana dalam al-qur’an kata al-ilm itu diulang sebanyak 400 kali yang secara tidak langsung ilmu itu sangat esensial bagi keberlangsungan hidup kita, para Nabipun diajarkan disiplin ilmu, contohnya; pada nabi Adam dalam surat (al-baqarah:31), pada nabi ibrahim dalam surat (maryam:43), bahkan kepada malaikat surat (al-baqarah:32).

2.      Mentalitas Khurafiyah

Kata khurafat sebagaimana disebutkan dalam hadits dari sayyidah Aisyah ra. bahwa Rasulullah SAW. menjelaskan khurafat itu “konon pada zaman jahiliah ada seorang  pemuda yang mempunyai jin dan diceritakannya kepada mereka cerita-cerita yang menakjubkan yang telah dia lihat bersama jin tersebut, maka dikatakanlah hadist ini hadist khurafat (HR. imam Ahmad).” Khurafat adalah nama seseorang yang hilang, kemudian datang dan berkata:jin berbisik kepadaku dan bercerita hal yang menakjubkan. Kemudian setiap seorang yang mengatakan hal-hal yang mustahil maka dinamakan “khurafat”.

Ada beberapa hal yang memicu kabar itu menjadi khurafat karena hanya bermodalkan beberapa poin sebagai berikut:
a.       Praduga dan ilusinasi
b.      Didominasi oleh khurafat peradaban nenek moyang yang bersifat turun temurun.
c.       Israilliyat (berita yang bersumber dari ahli kitab yaitu Yahudi dan Nasrani yang diperoleh dari kisah-kisah nenek moyang mereka yang kini merusak tatanan turast islam).
d.      Periwayatannya dhoif  dan maudu’i (lemah), akan tetapi tidak semua yang dhoif itu mengandung khurafat.

Keempat faktor ini yang sangat besar pengaruhnya terhadap pemikiran masyarakat pada umumnya, dan pasti sangat berkaitan erat dengan hal-hal seperti di atas karena sudah menyatu dan menjadi bagian dari hidup itu sendiri sebagaimana wanita dengan make upnya. Tidak sedikit manusia hampir diseluruh dunia mempercayai hal ini bahkan tidak hanya Indonesia yang masih kental dengan superstations  bahkan Negara Paman Sam, Jerman, India dan lain-lain tidak kalah kentalnya, sampai kemudian beberapa media Amerika sendiri sempat melakukan experimen berkaitan hal itu yang konon kalau kita memecahkan kaca, atau berjalan dibawah tangga dan menaburkan atau menumpahkan garam maka hidup kita selama tujuh hari kedepan akan sial dan gelisah, buktinya mereka selama itu tidak ada hal aneh terjadi sebagaimana yang diyakini. Beragam superstations yang masih detik ini berlaku di berbagai negara yang tentunya berbeda sesuai dengan lingkungannya, dan tidak sedikit pula hampir seluruh dunia mempercayainya, sama seperti jika kita membunuh kucing hitam atau tidak sengaja menabraknya, maka hidup kita akan sial dengan kata lain bad luck, tentunya hal ini akan mengundang kegelisahan bagi pelakunya, dan tentu itu kurang rasional.

 Meskipun ada Negara yang mencoba memiliki alasan ilmiah seperti Negara India, mereka mempunyai alasan rasional atas apa yang dipercayainya, seperti halnya larangan menyapu dipetang hari jika dilaksanakan maka akan mengalami kesulitan bagi pelakunya, alasan rasionalnya adalah kalau kita menyapu pada waktu itu takut ada barang berharga yang ikut terbuang. Begitupun perempuan dilarang bekerja selama masa periode; untuk membiarkan mereka istirahat dan lain-lain. Fine, tapi ketika ada superstitions yang sangat berdampak terhadap sosial dan lingkungan, contohnya: angka 13th Friday atau angka 13 sendiri bagi masyarakat Amerika sangat mempunyai dampak buruk sampai-sampai ada beberapa hotel disana yang sengaja tidak mencantumkan lantai 13 akibat parno terhadap angka tersebut yang  mereka sebut bad luck atau triskidekaphobia sebab ada faktor yang melatar belakanginya,  konon karena setiap terjadinya berbagai insiden selalu bertepatan pada  tanggal diatas. Tentunya masalah di atas tidak mudah bagi mereka untuk menghindarinya, akan tetapi menurut penulis hal seperti ini tidak usah terlalu diaplikasikan didalam kehidupan sehari-hari karena akan berdampak terhadap keberlangsungan hidup dan selama tidak terjadi hal yang mengerikan, ya nikmati saja hidup ini. Mungkin disisi lain mereka hanya berantisipasi takut terjadi hal yang serupa.

Good luck yaitu kepercayaan yang baik. Hal ini akan mendatangkan sebuah keberuntungan, contohnya: ketika kita menemukan uang koin maka diyakini akan mendatangkan pertanda yang baik yaitu kita akan menjadi kaya. Well, Negara Indonesia yang dikenal dengan Negara muslim terbesar didunia masih kental dengan superstationsnya dengan berbagai macam jenis tidak hanya dilingkungan desa bahkan lingkungan kotapun mengalami hal serupa karena bukan hanya faktor lingkungan akan tetapi keyakinan yang ada dipikiran mereka yang kemudian dibawa keberbagai macam tempat yang nantinya akan menyebar luas. Sejauh yang penulis ketahui memang superstations yang ada di Indonesia sendiri kurang masuk akal, geli, lucu. Begitu kira-kira ekspresi yang akan kita rasakan ketika mendengar hal tersebut.  Salah satu contohnya adalah jika kita masih menyandang  gelar jomblo bagi kaum hawa kemudian menyanyi di depan tungku atau kompor kelak dapat calon suami yang berkumis (tua). Oh my god ngeri bukan?,  ada yang lebih parah pemirsa, kalau kita duduk di ambang pintu pertanda lelaki yang hendak meminang kita akan balik arah tidak jadi meneruskan niatnya, upsss!! Makanya jika ada perempuan mau duduk diambang pintu atau sekedar berdiri mereka masih berpikir seribu kali, apalagi mereka yang sudah masuk kategori sanah rabe’ah fi Kulliyah, bad luck guys! don’t ever do it, ingat ini menyangkut masa depan loh.

Salah satu faktor yang memicu superstitions menjadi melekat di hati para pemercayanya adalah dicetuskan oleh agama-agama tertentu, seperti ketakutan kaum kristen  terhadap angka 13 disebabkan oleh disalibnya Jesus pada tanggal itu. Maka dari itu kalangan Kristen sendiri sangat tidak mau bersentuhan dengan angka tersebut, faktor lainnya ialah  bersumber dari agama Pagan. Mereka juga percaya bahwa mengetuk pohon merupakan perbuatan yang baik karena kepercayaan mereka pohon mempunyai energi positif dan dapat memberikan keselamatan serta perlindungan, seperti halnya mereka mengetuknya dan bermunajat untuk keselamatannya, ini berlaku sepanjang dari Negara Rusia sampai Irlandia. Akan tetapi disisi lain superstitions ini sebenarnya tidak berkaitan dengan agama mereka. Namun, insiden atau asosiasi semata seperti ketakutan masyarakat Italia dengan angka XVII jika dibalik itu menjadi VIXI yang artinya “kematian”. Begitu pula angka 14 bagi masyarakat Jepang dan Korea. Sedangkan menurut Islam sendiri hal-hal diatas tidak ada kaitannya dengan keberuntungan seseorang, karena hal itu adalah hakAllah SWT. untuk hambanya. Mungkin contoh-contoh diatas pantas bagi kaum yang tidak beragama dan tidak percaya adanya tuhan(Ateis), yang mana mereka hidup atas keyakinannya masing-masing tanpa harus ada undang-undang dasar agama yang mengaturnya. Akan tetapi bagaimana dengan umat muslim sendiri yang masih kental dengan yang namanya superstitions. Sedangkan kita makhluk Allah SWT. dan umat Nabi Muhammad SAW. yang diutus lengkap dengan al- Qur’an dan Sunnah yang menjadi cahaya dan sandaran hidup kita. Lantas kenapa yang terjadi justru mempercayai hal-hal yang tidak rasional ini?. Sebenarnya kepercayaan yang sudah berakar ini bisa kita jauhi dengan  menyadari bahwa hal tersebut tidak ada manfaatnya. Bisa dikatakan Superstatitions adalah salah satu cara setan merasuki cara berpikir manusia dalam bidang aqidah dan keyakinan dalam beragama. Ibn Jauzi dalam kitabnya talbisul iblis membagi dua poin tentang bagaimana setan merasuki umat manusia dalam keyakinannya, sebagaimana hal serupa telah disebutkan di atas, Pertama: taklid terhadap nenek moyang dan umat terdahulu. Kedua: menggali pengetahuan yang tidak jelas sumbernya yang akhirnya manusia mencampur adukkan antara hak dan batil yang berakhir sesat.

Tentu masalah ini tidak semata-mata muncul dengan sendirinya, pasti ada bibit yang ditanam sebelumnya. Negara kita Indonesia sudah menjadi mantan jajahan oleh beberapa negara lain. Secara tidak langsung budaya, tradisi serta keyakinan mereka juga dibawa kedalam negara kita, yang kemudian menanamkannya dalam pemikiran umat hingga berakar dan menjadi warisan generasi saat ini. Sudah pasti kepercayaan-kepercayaan ini tidak berdasarkan ajaran islam. Setan mempunyai cara tersendiri untuk bagaimana merusak umat manusia di muka bumi ini dengan meyakinkan mereka bahwa dalil-dalil itu sama dan lemah kebenarannya, maka dari itu jalan satu-satunya adalah dengan cara mentaklid itu sendiri. Dengan cara ini mereka sukses besar, korbannya pun tak terhitung seperti halnya Yahudi dan Nasrani mengikuti nenek moyangnya yang akhirnya bergelut dalam kesesatan, begitupun dengan  orang jahiliyah yang tetap bersikukuh memilih agama nenek moyangnya dan mengabaikan risalah nabi Muhammad SAW. sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat al-Zukhruf ayat 22-24: Bahkan mereka berkat; “sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama, dan kami mendapat petunjuk untuk mengikuti jejak mereka, dan demikian juga ketika kami mengutus seorang pemberi ingatan peringatan sebelum engkau (Muhammad) dalam suatu negri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, “sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekedar pengikut jejak-jejak mereka”.

Topik ini mungkin bagi beberapa kalangan tidak terlalu berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, akan tetapi setelah kita benar-benar memperhatikan bagaimana cara mereka meng-aplikasikan kepercayaan itu seolah-olah larangan itu sudah tercantum di dalam hadits bab sekian dan nomer sekian, padahal tidak demikian adanya. Sejauh pemikiran penulis mungkin superstitions ini lebih mengajarkan bagaimana kita berinteraksi dan bersosial dengan baik dan bagaimana agar kita menjadi orang yang lebih bertanggung  jawab dan berhati-hati dalam ber-muamalah apalagi bagi kaum wanita yang memang butuh perhatian lebih dalam hal bersosialisasi, akan tetapi ketika kita melakukan hal di atas seakan kita berdosa dan melakukan hal yang dianggap aib dikarenakan dampak buruknya. Dari kejadian tersebut juga seolah-olah mereka lebih mengetahui apa yang akan terjadi pada diri kita dari pada Allah yang maha esa dan itu termasuk juga bersu’udzan (buruk sangka) kepada-Nya. Jikalau memang hal yang diyakini mereka benar terjadi berarti itu dampak buruk atas su’udzan mereka terhadap Allah SWT. Dalam hadist disebutkan, diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. (الخ....(أنا عند ظن عبدي بي HR. Imam Bukhari dan Muslim.  Sudah jelas hadist tersebut menerangkan bahwa jika kita berpersangka baik kepada Allah SWT. maka tuhan akan membalas hal yang serupa dan begitupun sebaliknya. Intinya adalah tidak perlu khawatir akan terjadinya hal buruk terhadap diri kita di masa yang akan datang selagi kita berpasrah diri kepada sang Maha Penyayang dan yakin bahwa Allah SWT. akan selalu menjaga hambaNya dimanapun berada.

Don’t forget to leave the comment below!!

Oleh: NURUL IDA HIDAYATI


Maret 16, 2018

,



Sesungguhnya kekayaan itu terbagi menjadi dua bagian, yaitu kekayaan material dan kekayaan hati. Kekayaan material, suatu perkara yang amat diimpikan oleh kebanyakan manusia. Bahkan, amat jarang sekali  kita temui manusia yang tidak menginginkan kekayaan, kerana hampir semua manusia itu menginginkan kekayaan.

Kekayaan hati, adalah tenangnya hati dengan terhiasnya  oleh sifat-sifat terpuji dan budi pekerti yang baik. Contohnya: sifat ikhlas, sabar, syukur, tawakal, dan masih banyak lagi yang disebutkan di dalam kitab kitab akhlak.

Kebanyakan manusia yang dilapangkan hartanya tidak puas dengan harta yang telah dimilikinya, sehingga selalu berusaha untuk menambah hartanya dan bahkan tidak peduli dari mana ia mendapatkannya. Padahal, kekayaan sebenarnya adalah kekayaan jiwa, yaitu orang yang merasa cukup terhadap apa yang telah diberikan kepadanya, ridho, dan tidak tamak dalam mencari harta. Maka ia adalah orang kaya yang sebenarnya.

Dari Abu Hurairah Nabi bersabda:

ليس الغنى عن كثرة العرض, ولكن الغنى غنى النفس
Artinya; Kaya bukanlah diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya adalah hati yang selalu merasa cukup.

Inilah nasehat dari suri tauladan kita yang sungguh sangat berharga. Dari sini seorang insan bisa merenungkan bahwa banyaknya harta dan kemewahan dunia bukanlah jalan untuk meraih kebahagiaan sebenarnya, sebagaimana orang yang kaya selalu merasa kurang puas. Seandainya ia diberi selembah gunung berupa emas, ia pun masih  mencari lembah yang kedua, ketiga dan seterusnya. Orang seperti inilah yang seakan-akan begitu fakir karena usaha kerasnya untuk terus menerus memuaskan dirinya dengan harta. Oleh karena itu, kekayaan yg sebenarnya adalah hati yang selalu merasa puas dan cukup dengan apa yang telah Allah berikan kepada kita. Kondisi seperti inilah yang di sebut kaya sesungguhnya.

والله أعلم بالصواب


Oleh: Salah satu anggota FOSIKBA

Maret 14, 2018

,














            Satu kata sederhana yang sangat mudah diucapkan tapi sangat sedikit yang melakukan., yaitu DIAM. Hanya kata ‘diam’, yang lalu disandingkan dengan kata ‘emas’. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa emas adalah sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Lantas, mengapa kata ‘diam’ dapat disandingkan dengan kata‘emas’ yang amat berharga itu, artinya, di dalam diam ini terdapat sesuatu yang sangat berharga, setara dengan emas. Bahkan dikatakan dalam sebuah hadits Rasulullah SAW. pada kitab Arbain An Nawawi  yaitu :
من حسن إسلام المرء تركه ما لايعنيه
“Salah satu ciri sempurnanya agama seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang sia-sia bagi dirinya”.

Lalu yang dimaksud ‘sesuatu yang sia-sia’ disini apa? Dijelaskan dalam hadits lain  yang diriwayatkan oleh Ibn Hibban dalam kitabnya (As-Shahih)
من عد كلامه من عمله قلّ كلامه إلا فيما يعنيه
 “Barangsiapa yang mengatur perkataan dalam perbuatannya, maka tidak akan berkata kecuali sesuatu yang bermakna”

Maka, yang dimaksud dengan ‘sesuatu yang sia-sia’ adalah perkataan, yaitu perkataan yang mengandung unsur gurau, main-main, tidak serius, dan tidak bermakna. Karena hal tersebut hanya akan menghabiskan waktu tanpa faedah sebagaimana mestinya. Dikatakan juga oleh Imam Syafi’i dalam kitab Nuzhah Al-Majaalis

ثلاثة تزيد في العقل : مجالسة العلماء ومجالسة الصالحين وترك الكلام فيما لايعنيه
Artinya : “Tiga hal yang dapat menambah kecerdasan akal, duduk bersama ulama’, duduk bersama orang sholih, meninggalkan perkataan yang sia-sia”.

Tiga dalil diatas menjelaskan bahwa diam itu sangatlah penting, dan amat sangat dianjurkan, bahkan menjadi salah satu sebab bertambahnya kecerdasan seperti yang telah diriwayatkan oleh Imam Syafi’i, dan sebaliknya, banyak bicara akan menjuru pada kebodohan akal. Dari sinilah muncul kata mutiara Diam Itu Emas. Diam atau sedikit bicara dapat menghasilkan keheningan yang bermanfaat bagi otak dan tubuh manusia

Berikut manfaat keheningan yang dikutip dari situs terkemuka, Brightside :
1. Keheningan meningkatkan regenerasi sel otak
            Sebuah penelitian untuk mengetahui pengaruh bunyi telah dilakukan pada seekor tikus pada tahun 2013. Tikus yang diberikan waktu tenang tanpa bunyi apapun selama 2 jam per hari memiliki sel-sel baru pada hippocampus atau area di otak yang bertanggung jawab akan kemampuan belajar, ingatan, dan emosi.

            2. Keheningan membuat manusia lebih kreatif
            Saat manusia beristirahat, otak tetap bekerja dan memproses segala informasi yang telah diterima di hari tersebut. Saat proses ini berjalan dengan baik tanpa adanya gangguan bunyi atau yang lain, otak mengintegrasi emosi dan ingatan yang meningkatkan imajinasi dan perkembangan otak.

            3. Keheningan membantu mengurasi stress
            Telah terbukti, bahwa kebisingan membuat otak menjadi stress, disaat rumah kita ramai denga sanak keluaraga dan anak-anak, maka disaat itulah kita merasa kurang tenang, dan ketika mereka pergi semuanya dan hanya tinggal keheningan, maka seakan-akan bahwa sebuah ikatan telah terlepas dari pengikatnya. Para peneliti juga menemukan bahwa menghabiskan waktu 2 menit tanpa bunyi apapun lebih baik daripada mendengarkan musik santai.

            4. Keheningan mengisi sumber daya mental manusia
            Para peneliti juga juga menemukan bahwa anak-anak yang tinggal didekat jalan raya besar yang ribut, memiliki nilai lebih rendah dalam bidang membaca dan bahasa, daripada anak yang tinggal di daerah yang sepi. Karena kebisingan mengurangi konsentrasi belajar mereka, dan sebaliknya, ketenangan bisa meningkatkan konsentrasi belajar mereka.

Dari beberapa pernyataan diatas bisa diambil sebuah afirmasi baru bahwa diam yang dimaksud adalah diam pada waktunya, atau ketika tidak ada sesuatu yang perlu dibicarakan. Karena diam disegala keadaan menunjukkan kekosongan pikiran, sehingga tidak ada yang bisa diungkapkan kepada orang lain.

            Dalam sebuah pepatah disebutkan "mulutmu harimaumu”, barangsiapa yang tidak bisa mengendalikan harimaunya, maka ia sendiri yang akan terterkam. Artinya, sebuah omongan yang dikeluarkan tanpa berfikir terlebih dahulu akan dapat merugikan diri sendiri. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dari bencana lisan, yang akan menjerumuskan kita dalam keterpurukan. Dan semoga apa yang tertulis ini dapat menjadi pengingat dan bermanfaat dalam kehidupan sosial. Aamiin.
الصمت حكمة و قليل فاعله

Oleh: Abdul Malik

Maret 13, 2018

,






















بسم الله الرحمن الراحيم

(Sikap Pelajar pada The family MCA dan Produsen Hoax)

                Indonesia sebagai negara terbesar umat muslim diseluruh dunia tidak sepenuhnya menjadi instrumen rujukan negara lain dalam mengaplikasikan ajaran islam yang rahmatan lil alamin, polemik harian yang ter-expose melului berbagai media merupakan implementasi kejujuran tidak stabilnya komonikasi hubungan dari aneka lapisan, pada sektor sturuktur kepemerintahan gesekan perpecahan menjadi komsumsi publik, sama-sama mengatasnamakan rakyat, tapi lantang mendiskreditkan pihak lawan yang tidak sejalan dengan target tujuan masing-masing, pihak oposisi pemerintah dan yang pro pemerintah saling membangun opini (political hoax)sistematis yang matang strategi untuk meningkatkan presentase elektabilitas tokoh idolanya, debat terbuka antara tokoh politik dan intelek berhasil membuka pintu kebencian rakyat sehingga hate-speech (ujaran kebencian), hujat-menghujat bahkan malayangkan hoax sekalipun menjadi rutinitas harian yang dilempar sana sini sebagai bentuk pembunuhan krakter pada tokoh yang tidak disukai.

Tentu pihak yang mentransfer informasi hoax ke-lapisan masyarakat akan mengakibatkan dampak buruk kehidupan sosial terutama pada masyarakat awam yang tidak mempunyai benteng menepis  masalah yang sangat krusial ini, apalagi rendahnya literasi yang dimiliki oleh masyarakat sangat mudah sekali menancapkan titik hitam kejahatan ke dalam hati mereka, dan bahkan mereka tidak sekedar menancapkan informasi hoax dan hate-speech ke hatinya saja, melainkan terus berupaya mengeksekusi dan melestarikan pada kehidupan nyata, bisa jadi eksekusi tersebut tidak cuma cacian berlebihan belaka tapi malah menggunakan tindak kriminal pembunuhan atau penganiayaan.

Hoax itu dosa besar!

Pada tanggal 16 januari 2018 Tim Cyber bareskrim polri menangkap 14 produsen hoax, enam dilakukan penahanan dan delapan lainnya dalam proses penegakan hukum, motif penangkapan tersebut karena menyebarkan hoax penganiyaan ulama dan isu kebangkitan PKI, brigadi jendral kepolisian menyampaikan bahwa penangkapan tersebut tidak melihat pada identitas sosial seseorang, tapi murni kejahatan penyesatan opini yang seolah-olah betul adanya, ada sekitar 45 kapitalisasi berita yang cukup masif tentang penganiyaan ulama’ padahal fakta kebenarannya cuma tiga, bahkan sebab viralnya isu penganiyaan ulama di udara (medsos), menyebabkan masyarakat di Banten melakukan penganiyaan dan pemukulan terhadap orang gila (lanjut perwakilan pihak kepolisian menuturkan di acara IlC TV One).

Tragedi masal penganiayaan terhadap orang gila di Banten (karena di anggap pura-pura gila oleh masyarakat), adalah salah satu dampak biadabnya informasi hoax. Orang gila yang dalam statusnya tidak dibebankan hukum syariat oleh dzat yang maha pengasih, tapi malah diberi hukuman penganiyaan masal oleh masyarakat, yang mestinya harus dijaga dan diayomi tapi dia malah menjadi target buruan introgasi, terus siapakah diantara kita yang gila sebenarnya? Memang betul orang gila itu banyak macamnya!. Maka sangat benar sekali ketika Mantan rektor Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat mengatakan, “momok dari penyebaran berita bohong atau hoax tak ubahnya seperti peradaran narkotika dan pornografi, bila dibiarkan bisa membahayakan dan merugikan masyarakat.” Beliau juga menuturkan, “Hoax itu pembunuhan krakter, yang berbeda dangan kritik. Kalau kritik silahkan, tapi kalau hoax saya anti, karena merupakan manipulasi, kecurangan, yang dapat menjatuhkan orang lain.”[1]Dengan ini teranglah efek berita hoax yang diviralkan di media sosial berdampak konflik komunal, kesenjangan sosial, pembunuhan krakter, persekusi masal, bahkan bisa jadi nanti sampai pada titik tindakan kriminal yang berujung pada kematian.

Produsen hoax bisa diinterpretasikan sebagai pembohong, pemfitnah, pengadu domba, munafik, sumber kerusuhan. Dikategorikan sebagai pembohong karena jelas dia membuat berita yang tidak benar, dikatakan pemfitnah karena menjastis orang lain dengan sesuatu yang tidak baik sehingga timbullah kegaduhan, dikatakan sumber kerusuhan karena tidak mungkin api menyala tanpa ada sebab, dan dikatakan munafik karena dia tau tentang kebenaran fakta tapi dia membangun opini yang tidak sesuai fakta, seperti halnya orang yahudi dan nasrani yang dinobatkan munafik karena menjahui fakta yang diketuhui, dengan membuat kebohongan fakta baru. Dengan hal ini, sifat jelek yang melekat pada produsen hoax adalah dosa besar yang masuk pada katagori dosa hakkul adami, dimana Allah tidak akan memaafkan kecuali orang yang terskiti memaafkan. Apalagi produsen hoax tersebut mencatut nama muslim untuk menyebarkan informasi abal-abal seperti The Family Muslim Cyber Armi.

Adapun solusi agar kita terhindar dari informasi abal-abal atau hoax:

Pertama, klarifikasi (tabayun) sebagimana firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا.......

Kedua, matangkan kemampuan intlektual, karena semakin rendah literasi masyarakat, maka semakin mudah menerima hoax.

Ketiga, jangan jadi manusia “kagetan”, tetap bersikap dewasa dan tenang dalam menghadapi segala hal.

Dan tentunya yang terakhir tetap untuk semakin menambah rasa takut pada Allah. Insyaallah tidak akan terpengaruh pada berita hoax. Semoga kita semua dijauhkan dari penyebar dan penerima hoax, atau ujaran kebencian. Amin. 

Oleh : Abdul Adzim HS



[1]Di ambil dari CNN Indonesia

Maret 12, 2018

,


















Kita, terutama perempuan yang baru hijrah mudah baperan pada status dan postingan seseorang, terutama apabila di akun facebooknya bertuliskan "Kuliah di Universitas Al-Azhar". Maklum, setiap perempuan ingin bermakmum pada imam yang bisa mengajaknya ke surga. Mereka melihat bahwa setiap pemuda yang kuliah di Universitas terkemuka seperti Al-Azhar adalah pemuda yang berkualitas, apalagi baru-baru ini alumninya sudah mengepakkan sayapnya diberbagai sektor yang ada di Indonesia. Ada yang menjadi Pendakwah, Gubernur, Pakar tafsir, budayawan dll. Artinya, mahasiswa lulusan Timur Tengah menjadi primadona bukan sesuatu yang asing lagi. Sehingga, kalau para akhwat menyerbu akun mahasiswa Timur Tengah, itu bukan tidak ada maunya. Ada udang dibalik batu. Apakah ini salah?

Tentu tidak !! Niat mereka baik, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, mereka hanya ingin berteman dengan orang-orang yang diyakininya bisa menuntunnya ke surga. Siapa tahu jodoh melalui ta'arufan, kata pemuda zaman now. Pada awalnya saya tidak begitu yakin dengan peristiwa yang menimpa salah satu sahabat saya yang diajak ta'arufan oleh akhwat, dan itu pun tidak hanya satu orang. Setelah penulis ditimpa peristiwa yang sama, ternyata akhwat yang demikian itu betul-betul nyata.

Yah,,, mungkin mereka baper pada setatus dan postingan-postingan kami di facebook dan IG, yang mungkin mereka lihat sebagai tulisan ilmiah dan bijaksana. Namun, pada saat peristiwa tersebut menimpa penulis, serentak teringat dengan jawaban bijak salah satu senior yang tidak lama ini ditembak temannya sendiri, beliau menjawab, "Kalau kamu terpaut padaku karena tulisan dan postinganku, sungguh aku tak sebaik yang kamu bayangkan." Dari jawaban inilah penulis mendapat bisikan untuk menjawab, "Saya cari ilmu bukan cari istri. Maaf !! Jangan mudah terlena dengan posisi seseorang, tidak semua yang kuliah di Al-Azhar orang baik-baik. Saya bukan orang baik yang pantas buat wanita sholehah seperti sampean."

Lalu dari peristiwa ini juga, penulis dapat inspirasi untuk menulis postingan yang berjudul “Ahli Ilmu”. Jangan mudah terlena dengan setatus dan postingan seseorang, kecuali apabila sudah tahu kepribadiannya. Ambil dan dengar nasehatnya tanpa melihat orangnya. Seringkali bungkus lebih menarik dari isinya, apalagi sekarang lagi musim pencitraan. Imam Gazali berkata, " Mencari ilmu harus melalui tiga tahap sebagaimana ibadah haji : 1. Mempersiapkan perbekalan termasuk belajar segala yang berkaitan dengan haji. 2. Melakukan proses perjalanan menuju makkah. 3. Setelah sampai, melaksanakan proses ibadah Haji dengan memenuhi syarat dan rukunnya. Tidak sama orang yang masih mengumpulkan perbekalan dengan orang yang sedang melakukan perjalanan. Berbeda dengan orang yang sedang melakukan perjalanan dengan orang yang sedang melaksanakan ibadah haji. Dan berbeda pula orang yang sedang melaksanakan ibadah haji, dengan orang yang sudah melaksanakannya dan pulang ke negeri kelahirannya."

Seperti itulah seorang pelajar. Seorang pemula dia hanya mampu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin berupa pengetahuan saja, belum bisa disebut sbagai ahli apalagi pakar. Baru akan naik pada tahap ke dua, ketika dia sudah bisa memahami dan mempraktekkan ilmunya secara nyata, ini pun belum pantas disebut ahli apalagi pakar. Dia baru pantas disebut sebagai ahli atau pakar, apabila ilmu yang dipelajarinya sudah mendarah daging menjadi keahliannya dan kepribadiannya.
Jika ditanya, "Kalau kamu masuk tahap yang mana?". Saya masih pemula, hanya baru bisa menulis dan menyampaikan ilmu orang yang saya baca dan pelajari, belum bisa mengamalkan apalagi menguasai. Jadi, cukup ambil postingan saya, tidak perlu mencontoh orangnya. Karena saya bukan Ahli ilmu masih penuntut ilmu!
Allah SWT berfirman:

 فَسْــئَلُوْۤا أهْلَ الذِّكْرِإنْ كُنْتُمْ لَاتَعْلَمُوْنَ

"Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan (Ahli ilmu) jika kamu tidak mengetahui"(QS. An-Nahl 16: Ayat 43)
_______________________________
Artinya, siapapun kita dan seperti apapun kita di sini, tidak lantas masyarakat bahkan bangsa kita melihat kita sebelah mata ketika sudah berada di Al-Azhar apalagi sudah berstatus sebagai Mahasiswa Al-Azhar. Mereka mengharapkan kita, kita adalah permata di mata mereka. Jangan sampai mengecewakan mereka, sumbangsih kita diterima dengan baik dan senang hati. Tulisan dan postingan-postingan kita dibaca dan dipelajari, sampai-sampai membuat mereka baper dan ingin menjalin hubungan dengan kita, karena dianggapnya lentera yang dapat menerangi jalan mereka menuju kebenaran.

Ingat, meski kita tidak begitu tertarik dengan sesama mahasiswa Al-Azharnya, namun mahasiswi-mahasiswi di luar sana menunggu dan sangat mengharapkan pendamping dari Mahasiswa Al-Azhar. Terutama bangsa dan negara kita menunggu kedatangan kita. Ayo, kita berikan yang terbaik, tentunya dengan persiapan yang terbaik !!

Semoga bermanfaat !!!

قال عيسى عليه السلام : لاتعلقواالجواهرفي أعناق الخنازيرفإن الحكمةخيرمن الجوهرومن كرههافهوشرمن الخنازير.
"Nabi Isa bersabda : Jangan sekali-kali kamu kalungi babi dengan permata. Nasehat lebih berharga dari permata, siapa yang enggan dinasehati. Sungguh, dia lebih hina dari seekor babi. "

Oleh: Amien ibn al Ghazali

Follow Us @soratemplates