Maret 18, 2018

Good Luck or Bad Luck



Superstition menurut Cambridge dictionary adalah sebuah keyakinan terhadap sesuatu yang tidak berdasarkan akal manusia atau ilmu pengetahuan, akan tetapi berkaitan dengan keyakinan nenek moyang terdahulu tentang sihir. Sedangkan kamus lain menjelaskan superstition yaitu ketakutan irasional terhadap sesuatu yang tidak diketahui dasarnya, bersifat misterius dan berhubungan dengan agama-agama tertentu.

Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa superstition atau takhayyul adalah sebuah kepercayaan yang diyakini adanya dampak buruk atau baik dari kejadian tersebut. Bicara masalah yang berkaitan dengan keyakinan seseorang terhadap sesuatu memang sangat sulit untuk mengusirnya begitu saja, sama halnya kita tumbuh dengan ajaran islam kemudian seseorang tiba-tiba mengajak kita untuk memnganut agama lain otomatis kita berat hati karena akal kita juga tidak mudah mempercayai hal baru yang belum kita ketahui meskipun yang ngajak kita adalah teman yang kita kenal dengan baik dan membutuhkan proses yang sangat rumit. Maka dari itu percaya dengan hal-hal takhayyul yang sudah diwariskan nenek moyang terdahulu juga tidak mudah lepas begitu saja dari ingatan dan tradisi lingkungan dan sekitarnya. Lebih tepatnya kita sebagai pelajar harus berhati-hati betul dalam hal menggali informasi-informasi, baik dalam hal yang berkaitan dengan sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. karena kita perlu bukti hal itu konkrit atau tidak, apalagi menyangkut akidah bahkan beberapa ulama tidak membolehkan hanya sekedar taklid saja, dalam hal akidah harus tahu sumber dalilnya yang itu pun harus butuh proses yang sangat rumit. Beberapa kalangan mereka tidak terlalu menghiraukan kebenaran sesuatu yang mereka yakini, karena mentalitas manusia menurut Dr. Ali Goma dalam kitabnya Mukawwanat Al-Aql Al-Muslim dibagi menjadi dua:

1.      Mentalitas Ilmiah

Kata ilmiah secara etimologi bahasa arab yaitu dinamakan masdar sina’i yang artinya adalah memahami sebuah gagasan secara detail, contohnya: kata zira’iyah artinya adalah kata yang mencakup semua yang berkaitan tentang bidang pertanian, begitu pula dengan kata sina’iyah dan lain lain. Kata al-ilm sendiri itu artinya adalah pengetahuan yang kuat dan kokoh sesuai dengan realitas yang bersumber dari pada dalil. Kalau kita mengkaji lagi kata al-ilm tidaklah bertentangan denga kata science akan tetapi kata al-ilm lebih luas cakupannya, sedangkan science sendiri bersifat empiris yang tidak lain adalah sebuah istilah yang juga termasuk dari ilmu itu sendiri.  Sumber dari pada ilmu itu sendiri yaitu Allah SWT. yang mana ia menganjurkan untuk tidak puas diri dalam mempelajari suatu ilmu dan mendalaminya, sebagaimana dalam al-qur’an kata al-ilm itu diulang sebanyak 400 kali yang secara tidak langsung ilmu itu sangat esensial bagi keberlangsungan hidup kita, para Nabipun diajarkan disiplin ilmu, contohnya; pada nabi Adam dalam surat (al-baqarah:31), pada nabi ibrahim dalam surat (maryam:43), bahkan kepada malaikat surat (al-baqarah:32).

2.      Mentalitas Khurafiyah

Kata khurafat sebagaimana disebutkan dalam hadits dari sayyidah Aisyah ra. bahwa Rasulullah SAW. menjelaskan khurafat itu “konon pada zaman jahiliah ada seorang  pemuda yang mempunyai jin dan diceritakannya kepada mereka cerita-cerita yang menakjubkan yang telah dia lihat bersama jin tersebut, maka dikatakanlah hadist ini hadist khurafat (HR. imam Ahmad).” Khurafat adalah nama seseorang yang hilang, kemudian datang dan berkata:jin berbisik kepadaku dan bercerita hal yang menakjubkan. Kemudian setiap seorang yang mengatakan hal-hal yang mustahil maka dinamakan “khurafat”.

Ada beberapa hal yang memicu kabar itu menjadi khurafat karena hanya bermodalkan beberapa poin sebagai berikut:
a.       Praduga dan ilusinasi
b.      Didominasi oleh khurafat peradaban nenek moyang yang bersifat turun temurun.
c.       Israilliyat (berita yang bersumber dari ahli kitab yaitu Yahudi dan Nasrani yang diperoleh dari kisah-kisah nenek moyang mereka yang kini merusak tatanan turast islam).
d.      Periwayatannya dhoif  dan maudu’i (lemah), akan tetapi tidak semua yang dhoif itu mengandung khurafat.

Keempat faktor ini yang sangat besar pengaruhnya terhadap pemikiran masyarakat pada umumnya, dan pasti sangat berkaitan erat dengan hal-hal seperti di atas karena sudah menyatu dan menjadi bagian dari hidup itu sendiri sebagaimana wanita dengan make upnya. Tidak sedikit manusia hampir diseluruh dunia mempercayai hal ini bahkan tidak hanya Indonesia yang masih kental dengan superstations  bahkan Negara Paman Sam, Jerman, India dan lain-lain tidak kalah kentalnya, sampai kemudian beberapa media Amerika sendiri sempat melakukan experimen berkaitan hal itu yang konon kalau kita memecahkan kaca, atau berjalan dibawah tangga dan menaburkan atau menumpahkan garam maka hidup kita selama tujuh hari kedepan akan sial dan gelisah, buktinya mereka selama itu tidak ada hal aneh terjadi sebagaimana yang diyakini. Beragam superstations yang masih detik ini berlaku di berbagai negara yang tentunya berbeda sesuai dengan lingkungannya, dan tidak sedikit pula hampir seluruh dunia mempercayainya, sama seperti jika kita membunuh kucing hitam atau tidak sengaja menabraknya, maka hidup kita akan sial dengan kata lain bad luck, tentunya hal ini akan mengundang kegelisahan bagi pelakunya, dan tentu itu kurang rasional.

 Meskipun ada Negara yang mencoba memiliki alasan ilmiah seperti Negara India, mereka mempunyai alasan rasional atas apa yang dipercayainya, seperti halnya larangan menyapu dipetang hari jika dilaksanakan maka akan mengalami kesulitan bagi pelakunya, alasan rasionalnya adalah kalau kita menyapu pada waktu itu takut ada barang berharga yang ikut terbuang. Begitupun perempuan dilarang bekerja selama masa periode; untuk membiarkan mereka istirahat dan lain-lain. Fine, tapi ketika ada superstitions yang sangat berdampak terhadap sosial dan lingkungan, contohnya: angka 13th Friday atau angka 13 sendiri bagi masyarakat Amerika sangat mempunyai dampak buruk sampai-sampai ada beberapa hotel disana yang sengaja tidak mencantumkan lantai 13 akibat parno terhadap angka tersebut yang  mereka sebut bad luck atau triskidekaphobia sebab ada faktor yang melatar belakanginya,  konon karena setiap terjadinya berbagai insiden selalu bertepatan pada  tanggal diatas. Tentunya masalah di atas tidak mudah bagi mereka untuk menghindarinya, akan tetapi menurut penulis hal seperti ini tidak usah terlalu diaplikasikan didalam kehidupan sehari-hari karena akan berdampak terhadap keberlangsungan hidup dan selama tidak terjadi hal yang mengerikan, ya nikmati saja hidup ini. Mungkin disisi lain mereka hanya berantisipasi takut terjadi hal yang serupa.

Good luck yaitu kepercayaan yang baik. Hal ini akan mendatangkan sebuah keberuntungan, contohnya: ketika kita menemukan uang koin maka diyakini akan mendatangkan pertanda yang baik yaitu kita akan menjadi kaya. Well, Negara Indonesia yang dikenal dengan Negara muslim terbesar didunia masih kental dengan superstationsnya dengan berbagai macam jenis tidak hanya dilingkungan desa bahkan lingkungan kotapun mengalami hal serupa karena bukan hanya faktor lingkungan akan tetapi keyakinan yang ada dipikiran mereka yang kemudian dibawa keberbagai macam tempat yang nantinya akan menyebar luas. Sejauh yang penulis ketahui memang superstations yang ada di Indonesia sendiri kurang masuk akal, geli, lucu. Begitu kira-kira ekspresi yang akan kita rasakan ketika mendengar hal tersebut.  Salah satu contohnya adalah jika kita masih menyandang  gelar jomblo bagi kaum hawa kemudian menyanyi di depan tungku atau kompor kelak dapat calon suami yang berkumis (tua). Oh my god ngeri bukan?,  ada yang lebih parah pemirsa, kalau kita duduk di ambang pintu pertanda lelaki yang hendak meminang kita akan balik arah tidak jadi meneruskan niatnya, upsss!! Makanya jika ada perempuan mau duduk diambang pintu atau sekedar berdiri mereka masih berpikir seribu kali, apalagi mereka yang sudah masuk kategori sanah rabe’ah fi Kulliyah, bad luck guys! don’t ever do it, ingat ini menyangkut masa depan loh.

Salah satu faktor yang memicu superstitions menjadi melekat di hati para pemercayanya adalah dicetuskan oleh agama-agama tertentu, seperti ketakutan kaum kristen  terhadap angka 13 disebabkan oleh disalibnya Jesus pada tanggal itu. Maka dari itu kalangan Kristen sendiri sangat tidak mau bersentuhan dengan angka tersebut, faktor lainnya ialah  bersumber dari agama Pagan. Mereka juga percaya bahwa mengetuk pohon merupakan perbuatan yang baik karena kepercayaan mereka pohon mempunyai energi positif dan dapat memberikan keselamatan serta perlindungan, seperti halnya mereka mengetuknya dan bermunajat untuk keselamatannya, ini berlaku sepanjang dari Negara Rusia sampai Irlandia. Akan tetapi disisi lain superstitions ini sebenarnya tidak berkaitan dengan agama mereka. Namun, insiden atau asosiasi semata seperti ketakutan masyarakat Italia dengan angka XVII jika dibalik itu menjadi VIXI yang artinya “kematian”. Begitu pula angka 14 bagi masyarakat Jepang dan Korea. Sedangkan menurut Islam sendiri hal-hal diatas tidak ada kaitannya dengan keberuntungan seseorang, karena hal itu adalah hakAllah SWT. untuk hambanya. Mungkin contoh-contoh diatas pantas bagi kaum yang tidak beragama dan tidak percaya adanya tuhan(Ateis), yang mana mereka hidup atas keyakinannya masing-masing tanpa harus ada undang-undang dasar agama yang mengaturnya. Akan tetapi bagaimana dengan umat muslim sendiri yang masih kental dengan yang namanya superstitions. Sedangkan kita makhluk Allah SWT. dan umat Nabi Muhammad SAW. yang diutus lengkap dengan al- Qur’an dan Sunnah yang menjadi cahaya dan sandaran hidup kita. Lantas kenapa yang terjadi justru mempercayai hal-hal yang tidak rasional ini?. Sebenarnya kepercayaan yang sudah berakar ini bisa kita jauhi dengan  menyadari bahwa hal tersebut tidak ada manfaatnya. Bisa dikatakan Superstatitions adalah salah satu cara setan merasuki cara berpikir manusia dalam bidang aqidah dan keyakinan dalam beragama. Ibn Jauzi dalam kitabnya talbisul iblis membagi dua poin tentang bagaimana setan merasuki umat manusia dalam keyakinannya, sebagaimana hal serupa telah disebutkan di atas, Pertama: taklid terhadap nenek moyang dan umat terdahulu. Kedua: menggali pengetahuan yang tidak jelas sumbernya yang akhirnya manusia mencampur adukkan antara hak dan batil yang berakhir sesat.

Tentu masalah ini tidak semata-mata muncul dengan sendirinya, pasti ada bibit yang ditanam sebelumnya. Negara kita Indonesia sudah menjadi mantan jajahan oleh beberapa negara lain. Secara tidak langsung budaya, tradisi serta keyakinan mereka juga dibawa kedalam negara kita, yang kemudian menanamkannya dalam pemikiran umat hingga berakar dan menjadi warisan generasi saat ini. Sudah pasti kepercayaan-kepercayaan ini tidak berdasarkan ajaran islam. Setan mempunyai cara tersendiri untuk bagaimana merusak umat manusia di muka bumi ini dengan meyakinkan mereka bahwa dalil-dalil itu sama dan lemah kebenarannya, maka dari itu jalan satu-satunya adalah dengan cara mentaklid itu sendiri. Dengan cara ini mereka sukses besar, korbannya pun tak terhitung seperti halnya Yahudi dan Nasrani mengikuti nenek moyangnya yang akhirnya bergelut dalam kesesatan, begitupun dengan  orang jahiliyah yang tetap bersikukuh memilih agama nenek moyangnya dan mengabaikan risalah nabi Muhammad SAW. sebagaimana Firman Allah SWT. dalam surat al-Zukhruf ayat 22-24: Bahkan mereka berkat; “sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu agama, dan kami mendapat petunjuk untuk mengikuti jejak mereka, dan demikian juga ketika kami mengutus seorang pemberi ingatan peringatan sebelum engkau (Muhammad) dalam suatu negri, orang-orang yang hidup mewah (di negeri itu) selalu berkata, “sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekedar pengikut jejak-jejak mereka”.

Topik ini mungkin bagi beberapa kalangan tidak terlalu berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, akan tetapi setelah kita benar-benar memperhatikan bagaimana cara mereka meng-aplikasikan kepercayaan itu seolah-olah larangan itu sudah tercantum di dalam hadits bab sekian dan nomer sekian, padahal tidak demikian adanya. Sejauh pemikiran penulis mungkin superstitions ini lebih mengajarkan bagaimana kita berinteraksi dan bersosial dengan baik dan bagaimana agar kita menjadi orang yang lebih bertanggung  jawab dan berhati-hati dalam ber-muamalah apalagi bagi kaum wanita yang memang butuh perhatian lebih dalam hal bersosialisasi, akan tetapi ketika kita melakukan hal di atas seakan kita berdosa dan melakukan hal yang dianggap aib dikarenakan dampak buruknya. Dari kejadian tersebut juga seolah-olah mereka lebih mengetahui apa yang akan terjadi pada diri kita dari pada Allah yang maha esa dan itu termasuk juga bersu’udzan (buruk sangka) kepada-Nya. Jikalau memang hal yang diyakini mereka benar terjadi berarti itu dampak buruk atas su’udzan mereka terhadap Allah SWT. Dalam hadist disebutkan, diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. (الخ....(أنا عند ظن عبدي بي HR. Imam Bukhari dan Muslim.  Sudah jelas hadist tersebut menerangkan bahwa jika kita berpersangka baik kepada Allah SWT. maka tuhan akan membalas hal yang serupa dan begitupun sebaliknya. Intinya adalah tidak perlu khawatir akan terjadinya hal buruk terhadap diri kita di masa yang akan datang selagi kita berpasrah diri kepada sang Maha Penyayang dan yakin bahwa Allah SWT. akan selalu menjaga hambaNya dimanapun berada.

Don’t forget to leave the comment below!!

Oleh: NURUL IDA HIDAYATI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates