Superstition menurut Cambridge dictionary adalah sebuah keyakinan terhadap sesuatu
yang tidak berdasarkan akal manusia atau ilmu pengetahuan,
akan tetapi berkaitan dengan keyakinan nenek moyang terdahulu tentang sihir. Sedangkan kamus lain menjelaskan superstition yaitu ketakutan irasional terhadap sesuatu
yang tidak diketahui dasarnya, bersifat misterius dan berhubungan dengan
agama-agama tertentu.
Dari pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa superstition atau takhayyul adalah sebuah kepercayaan
yang diyakini adanya dampak buruk atau baik dari kejadian tersebut.
Bicara masalah
yang berkaitan dengan keyakinan seseorang terhadap sesuatu memang sangat sulit untuk mengusirnya begitu saja,
sama halnya kita tumbuh dengan ajaran islam kemudian seseorang tiba-tiba mengajak kita untuk memnganut agama lain otomatis kita berat hati karena akal kita juga tidak mudah mempercayai hal baru
yang belum kita ketahui meskipun
yang ngajak kita adalah teman
yang kita kenal dengan baik dan membutuhkan
proses yang sangat rumit. Maka dari itu percaya dengan hal-hal takhayyul
yang sudah diwariskan nenek moyang terdahulu juga tidak mudah lepas begitu saja dari ingatan dan tradisi lingkungan dan sekitarnya. Lebih tepatnya kita sebagai pelajar harus berhati-hati
betul dalam hal menggali informasi-informasi, baik dalam hal yang berkaitan
dengan sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan lain-lain. karena kita perlu bukti
hal itu konkrit atau tidak, apalagi menyangkut akidah bahkan beberapa ulama tidak
membolehkan hanya sekedar taklid saja, dalam hal akidah harus tahu sumber dalilnya
yang itu pun harus butuh proses yang sangat rumit. Beberapa kalangan mereka
tidak terlalu menghiraukan kebenaran sesuatu yang mereka yakini, karena mentalitas
manusia menurut Dr. Ali Goma dalam kitabnya Mukawwanat Al-Aql Al-Muslim
dibagi menjadi dua:
1.
Mentalitas Ilmiah
Kata ilmiah secara etimologi bahasa arab yaitu
dinamakan masdar sina’i yang artinya adalah memahami sebuah gagasan
secara detail, contohnya: kata zira’iyah artinya adalah kata yang
mencakup semua yang berkaitan tentang bidang pertanian, begitu pula dengan kata
sina’iyah dan lain lain. Kata al-ilm sendiri itu artinya adalah
pengetahuan yang kuat dan kokoh sesuai dengan realitas yang bersumber dari pada
dalil. Kalau kita mengkaji lagi kata al-ilm tidaklah bertentangan denga
kata science akan tetapi kata al-ilm lebih luas cakupannya, sedangkan
science sendiri bersifat empiris yang tidak lain adalah sebuah istilah
yang juga termasuk dari ilmu itu sendiri.
Sumber dari pada ilmu itu sendiri yaitu Allah SWT. yang mana ia
menganjurkan untuk tidak puas diri dalam mempelajari suatu ilmu dan
mendalaminya, sebagaimana dalam al-qur’an kata al-ilm itu diulang
sebanyak 400 kali yang secara tidak langsung ilmu itu sangat esensial bagi keberlangsungan
hidup kita, para Nabipun diajarkan disiplin ilmu, contohnya; pada nabi Adam
dalam surat (al-baqarah:31), pada nabi ibrahim dalam surat (maryam:43), bahkan kepada
malaikat surat (al-baqarah:32).
2.
Mentalitas Khurafiyah
Kata khurafat sebagaimana disebutkan dalam
hadits dari sayyidah Aisyah ra. bahwa Rasulullah SAW. menjelaskan khurafat itu “konon
pada zaman jahiliah ada seorang pemuda
yang mempunyai jin dan diceritakannya kepada mereka cerita-cerita yang
menakjubkan yang telah dia lihat bersama jin tersebut, maka dikatakanlah hadist
ini hadist khurafat (HR. imam Ahmad).” Khurafat adalah nama seseorang yang
hilang, kemudian datang dan berkata:“jin berbisik kepadaku dan bercerita
hal yang menakjubkan”. Kemudian setiap seorang yang mengatakan hal-hal
yang mustahil maka dinamakan “khurafat”.
Ada beberapa hal yang memicu kabar itu menjadi khurafat
karena hanya bermodalkan beberapa poin sebagai berikut:
a. Praduga dan ilusinasi
b. Didominasi oleh khurafat peradaban nenek
moyang yang bersifat turun temurun.
c. Israilliyat (berita yang bersumber dari ahli kitab yaitu
Yahudi dan Nasrani yang diperoleh dari kisah-kisah nenek moyang mereka yang
kini merusak tatanan turast islam).
d. Periwayatannya dhoif dan maudu’i (lemah), akan tetapi tidak
semua yang dhoif itu mengandung khurafat.
Keempat faktor ini yang sangat besar
pengaruhnya terhadap pemikiran masyarakat pada umumnya, dan pasti sangat
berkaitan erat dengan hal-hal seperti di atas karena sudah menyatu dan menjadi
bagian dari hidup itu sendiri sebagaimana wanita dengan make upnya.
Tidak sedikit manusia hampir diseluruh dunia mempercayai hal ini bahkan tidak
hanya Indonesia yang masih kental dengan superstations bahkan Negara Paman Sam, Jerman, India dan
lain-lain tidak kalah kentalnya, sampai kemudian beberapa media Amerika sendiri
sempat melakukan experimen berkaitan hal itu yang konon kalau kita memecahkan
kaca, atau berjalan dibawah tangga dan menaburkan atau menumpahkan garam maka
hidup kita selama tujuh hari kedepan akan sial dan gelisah, buktinya mereka
selama itu tidak ada hal aneh terjadi sebagaimana yang diyakini. Beragam superstations
yang masih detik ini berlaku di berbagai negara yang tentunya berbeda sesuai
dengan lingkungannya, dan tidak sedikit pula hampir seluruh dunia mempercayainya,
sama seperti jika kita membunuh kucing hitam atau tidak sengaja menabraknya, maka
hidup kita akan sial dengan kata lain bad luck, tentunya hal ini akan
mengundang kegelisahan bagi pelakunya, dan tentu itu kurang rasional.
Meskipun
ada Negara yang mencoba memiliki alasan ilmiah seperti Negara India, mereka
mempunyai alasan rasional atas apa yang dipercayainya, seperti halnya larangan
menyapu dipetang hari jika dilaksanakan maka akan mengalami kesulitan bagi
pelakunya, alasan rasionalnya adalah kalau kita menyapu pada waktu itu takut
ada barang berharga yang ikut terbuang. Begitupun perempuan dilarang bekerja selama
masa periode; untuk membiarkan mereka istirahat dan lain-lain. Fine,
tapi ketika ada superstitions yang sangat berdampak terhadap sosial dan
lingkungan, contohnya: angka 13th Friday atau angka 13 sendiri bagi
masyarakat Amerika sangat mempunyai dampak buruk sampai-sampai ada beberapa
hotel disana yang sengaja tidak mencantumkan lantai 13 akibat parno terhadap
angka tersebut yang mereka sebut bad
luck atau triskidekaphobia sebab ada faktor yang melatar
belakanginya, konon karena setiap
terjadinya berbagai insiden selalu bertepatan pada tanggal diatas. Tentunya masalah di atas
tidak mudah bagi mereka untuk menghindarinya, akan tetapi menurut penulis hal
seperti ini tidak usah terlalu diaplikasikan didalam kehidupan sehari-hari
karena akan berdampak terhadap keberlangsungan hidup dan selama tidak terjadi
hal yang mengerikan, ya nikmati saja hidup ini. Mungkin disisi lain mereka hanya
berantisipasi takut terjadi hal yang serupa.
Good luck yaitu kepercayaan yang baik. Hal ini akan mendatangkan sebuah
keberuntungan, contohnya: ketika kita menemukan uang koin maka diyakini akan
mendatangkan pertanda yang baik yaitu kita akan menjadi kaya. Well, Negara
Indonesia yang dikenal dengan Negara muslim terbesar didunia masih kental
dengan superstationsnya dengan berbagai macam jenis tidak hanya
dilingkungan desa bahkan lingkungan kotapun mengalami hal serupa karena bukan
hanya faktor lingkungan akan tetapi keyakinan yang ada dipikiran mereka yang
kemudian dibawa keberbagai macam tempat yang nantinya akan menyebar luas. Sejauh
yang penulis ketahui memang superstations yang ada di Indonesia sendiri
kurang masuk akal, geli, lucu. Begitu kira-kira ekspresi yang akan kita rasakan
ketika mendengar hal tersebut. Salah
satu contohnya adalah jika kita masih menyandang gelar jomblo bagi kaum hawa kemudian menyanyi
di depan tungku atau kompor kelak dapat calon suami yang berkumis (tua). Oh
my god ngeri bukan?, ada yang lebih
parah pemirsa, kalau kita duduk di ambang pintu pertanda lelaki yang hendak
meminang kita akan balik arah tidak jadi meneruskan niatnya, upsss!! Makanya
jika ada perempuan mau duduk diambang pintu atau sekedar berdiri mereka masih
berpikir seribu kali, apalagi mereka yang sudah masuk kategori sanah rabe’ah
fi Kulliyah, bad luck guys! don’t ever do it, ingat ini menyangkut
masa depan loh.
Salah satu faktor yang memicu superstitions
menjadi melekat di hati para pemercayanya adalah dicetuskan oleh
agama-agama tertentu, seperti ketakutan kaum kristen terhadap angka 13 disebabkan oleh disalibnya Jesus
pada tanggal itu. Maka dari itu kalangan Kristen sendiri sangat tidak mau bersentuhan
dengan angka tersebut, faktor lainnya ialah
bersumber dari agama Pagan. Mereka juga percaya bahwa mengetuk pohon merupakan
perbuatan yang baik karena kepercayaan mereka pohon mempunyai energi positif dan
dapat memberikan keselamatan serta perlindungan, seperti halnya mereka mengetuknya
dan bermunajat untuk keselamatannya, ini berlaku sepanjang dari Negara Rusia sampai
Irlandia. Akan tetapi disisi lain superstitions ini sebenarnya tidak berkaitan
dengan agama mereka. Namun, insiden atau asosiasi semata seperti ketakutan masyarakat
Italia dengan angka XVII jika dibalik itu menjadi VIXI yang artinya “kematian”.
Begitu pula angka 14 bagi masyarakat Jepang dan Korea. Sedangkan menurut Islam sendiri
hal-hal diatas tidak ada kaitannya dengan keberuntungan seseorang, karena hal itu
adalah hakAllah SWT. untuk hambanya. Mungkin contoh-contoh diatas pantas bagi kaum
yang tidak beragama dan tidak percaya adanya tuhan(Ateis), yang mana mereka hidup atas keyakinannya
masing-masing tanpa harus ada undang-undang dasar agama yang mengaturnya. Akan tetapi
bagaimana dengan umat muslim sendiri yang masih kental dengan yang namanya superstitions.
Sedangkan kita makhluk Allah SWT. dan umat Nabi Muhammad SAW. yang diutus lengkap
dengan al- Qur’an dan Sunnah yang menjadi cahaya dan sandaran hidup kita. Lantas
kenapa yang terjadi justru mempercayai hal-hal yang tidak rasional ini?. Sebenarnya
kepercayaan yang sudah berakar ini bisa kita jauhi dengan menyadari bahwa hal tersebut tidak ada
manfaatnya. Bisa dikatakan Superstatitions adalah salah satu cara setan
merasuki cara berpikir manusia dalam bidang aqidah dan keyakinan dalam beragama.
Ibn Jauzi dalam kitabnya talbisul iblis membagi dua poin tentang
bagaimana setan merasuki umat manusia dalam keyakinannya, sebagaimana hal serupa
telah disebutkan di atas, Pertama: taklid terhadap nenek moyang
dan umat terdahulu. Kedua: menggali pengetahuan yang tidak jelas
sumbernya yang akhirnya manusia mencampur adukkan antara hak dan batil yang
berakhir sesat.
Tentu masalah ini tidak semata-mata muncul
dengan sendirinya, pasti ada bibit yang ditanam sebelumnya. Negara kita Indonesia
sudah menjadi mantan jajahan oleh beberapa negara lain. Secara tidak langsung budaya,
tradisi serta keyakinan mereka juga dibawa kedalam negara kita, yang kemudian
menanamkannya dalam pemikiran umat hingga berakar dan menjadi warisan generasi
saat ini. Sudah pasti kepercayaan-kepercayaan ini tidak berdasarkan ajaran
islam. Setan mempunyai cara tersendiri untuk bagaimana merusak umat manusia di
muka bumi ini dengan meyakinkan mereka bahwa dalil-dalil itu sama dan lemah
kebenarannya, maka dari itu jalan satu-satunya adalah dengan cara mentaklid itu
sendiri. Dengan cara ini mereka sukses besar, korbannya pun tak terhitung
seperti halnya Yahudi dan Nasrani mengikuti nenek moyangnya yang akhirnya
bergelut dalam kesesatan, begitupun dengan
orang jahiliyah yang tetap bersikukuh memilih agama nenek moyangnya dan
mengabaikan risalah nabi Muhammad SAW. sebagaimana Firman Allah SWT. dalam
surat al-Zukhruf ayat 22-24: “Bahkan
mereka berkat; “sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami menganut suatu
agama, dan kami mendapat petunjuk untuk mengikuti jejak
mereka, dan demikian juga ketika kami mengutus seorang pemberi ingatan
peringatan sebelum engkau (Muhammad) dalam suatu negri, orang-orang yang hidup
mewah (di negeri itu) selalu berkata, “sesungguhnya kami mendapati nenek moyang
kami menganut suatu (agama) dan sesungguhnya kami sekedar pengikut jejak-jejak
mereka”.
Topik ini mungkin bagi beberapa kalangan tidak
terlalu berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari, akan tetapi setelah kita
benar-benar memperhatikan bagaimana cara mereka meng-aplikasikan kepercayaan
itu seolah-olah larangan itu sudah tercantum di dalam hadits bab sekian dan
nomer sekian, padahal tidak demikian adanya. Sejauh pemikiran penulis mungkin superstitions
ini lebih mengajarkan bagaimana kita berinteraksi dan bersosial dengan baik dan
bagaimana agar kita menjadi orang yang lebih bertanggung jawab dan berhati-hati dalam ber-muamalah
apalagi bagi kaum wanita yang memang butuh perhatian lebih dalam hal
bersosialisasi, akan tetapi ketika kita melakukan hal di atas seakan kita
berdosa dan melakukan hal yang dianggap aib dikarenakan dampak buruknya. Dari
kejadian tersebut juga seolah-olah mereka lebih mengetahui apa yang akan
terjadi pada diri kita dari pada Allah yang maha esa dan itu termasuk juga bersu’udzan
(buruk sangka) kepada-Nya. Jikalau memang hal yang diyakini mereka benar
terjadi berarti itu dampak buruk atas su’udzan mereka terhadap Allah
SWT. Dalam hadist disebutkan, diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra. (الخ....(أنا عند ظن عبدي بي HR. Imam Bukhari dan Muslim. Sudah jelas hadist tersebut menerangkan bahwa
jika kita berpersangka baik kepada Allah SWT. maka tuhan akan membalas hal yang
serupa dan begitupun sebaliknya. Intinya adalah tidak perlu khawatir akan
terjadinya hal buruk terhadap diri kita di masa yang akan datang selagi kita berpasrah
diri kepada sang Maha Penyayang dan yakin bahwa Allah SWT. akan selalu menjaga
hambaNya dimanapun berada.
Don’t forget to leave the comment below!!
Oleh: NURUL IDA HIDAYATI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar