April 23, 2018

,






















#Pena_Sang_Senja
#Semoga_Bermanfaat
#Mohon_dikeritik_jika_terdapat_kesalahan

Pernahkah kita mendengar nama "Sayyidina Ali Zainal Abidin"?
Ya, tentu saja nama itu sudah tidak asing lagi di telinga kita, khususnya bagi penganut agama yang diturunkan pada satu-satunya Nabi pembaharu sekaligus pemersatu, satu-satunya Nabi yang memiliki gelar "PARIPURNA".

Namun kali ini saya tidak akan membahas Sang Baginda kita, akan tetapi saya akan sedikit mengupas salah satu gelar dari Ahlu al-Bait (keluarga Rasulullah), beliau bernama "Sayyidina Ali Zainal Abidin".

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa salah satu cara agar kita dicintai orang lain, maka kita harus mencintai orang yang dicintainya, seperti yang telah termaktub (tertulis) dalam kitab-Nya:
(قل إن كنتم تحبون الله فاتبعواني يحببكم الله)

"Jika kalian mencintai Allah, maka hendaklah kalian mengikuti jejakku, niscaya kalian akan dicintai oleh-Nya".

Sayyidina Ali merupakan salah satu dari Ahlu al-Bait, sejak kecil beliau dididik langsung oleh Baginda Nabi, hingga akhirnya kelembutan tutur katanya, kesantunan Akhlaknya hampir dan bahkan sama dengan Sang Baginda Rasulullah. Tak sedikit dari kita yang tahu gelar-gelar yang didapat oleh Sayyidina Ali.

Namun, saya sebagai penulis amat sangat terkesimak dengan satu gelar di antara gelar-gelar yang dipikulnya, yaitu sebagai SAJJAD (orang yang senantiasa bersujud pada Sang Ilahi). Ya, bagaimana mungkin saya tidak terkesimak dengan gelar tersebut, jika tidak sembarang orang bisa mendapatkannya. Allah!

Ya, beliau-lah satu-satunya Sahabah Nabi sekaligus Ahlu al-Bait yang memiliki laqob (julukan) SAJJAD. Amat sangat pantas jika gelar tersebut hanya dimiliki olehnya, karena setiap hari beliau senantiasa bersujud pada Sang Ilahi sebanyak 1000x.

Dari kisah ini, masihkah kita akan bersenang-senang dengan kelalaian kita terhadap Sholat?! Sangatlah disayangkan jika kita masih berlalu-lalang dalam keadaan tersebut. Siapalah kita?! Kita tidak punya jaminan untuk masuk SurgaNya.

#Semoga_semua_dosa_kita_diampuni_olehNya.


April 19, 2018

,

















Orang-orang besar akan bercerita hal yang paling ia ingat dan selalu ia kenang selama perjalanan menuju kesuksesan, yaitu masa-masa sulit yang mengganjal. Sesekali mereka tertawa geli memandang orang di sekirtanya mengabdikan dirinya untuk mengapai cita-citanya, namun kurang bersabar menerima kenyataan yang harus mereka hadapi. Apapun cita-citanya, jalanan terjal senantiasa menemani. Jadi dua hal yang tidak mungkin dipisah.

Berbicara kebutuhan, ulama Maqasid as-Syariah membaginya ketiga bagian: Pertama, Dharuriyyat (primer) yaitu kebutuhan yang sifatnya pokok tidak bisa di hindari. Seperti biaya sewa kos, ongkos ‘80 coret’, biaya beli kitab dan alat-alat tulis. Kedua, Hajiyyat (sekunder) yaitu kebutuhan yang sifatnya satu tingkat dibawah kebutuhan pokok. Ketiadaanya tidak menghalangi tujuan utama yaitu belajar. Hanya saja ketiadaanya sedikit menyulitkan langkah-langkah menuju tujuan yang ingin digapai. Seperti, telepon genggam dan laptop. Ketiga, Tahsiniyyat (tersier) yaitu kebutuhan yang sifatnya pelengkap. Ketiadaanya tidak menghalangi tujuan utama dan tidak pula mempersulit langkah-langkahnya. Seperti pakaian yang sesuai dengan kebisaan mahasiswa; tidak mengurangi keluhuran budi pekerti.

Dengan latar belakang tingkat kemampuan ekonomi orang tua yang berbeda-beda, di sinilah sering kali seorang mahasiswa kehilangan tujuan utama. Menderap satu langkah untuk memenuhi kebutuhan pokok, namun kadang lupa kendali bahwa ia hanya sedang memenuhi kebutuhan pokok. Sama sekali tidak dituntut memehuni kebutuhan kedua dan ketiga, jika keberadaanya menghambat tujuan utama. Intinya kejarlah kebutuhan pokoknya, namun jangan lupa segera kembali.

Maka perlu sekali seorang mahasiswa berpikir cerdas, bertanya dan perlu menaruh curiga pada dirinya. Benarkah jalan yang ditempuh adalah jalan yang semestinya dilalui? Karena tidak jarang ditemukan diantara mereka berlatar belakang keluarga berekonomi menengah keatas. Mampu memenuhi kebutuhan yang ia perlukan. Namun mereka seakan memaksa diri untuk memenuhi kebutuhan sendiri dengan dalih malu sudah dewasa meminta biaya kepada orang tua. Hemat penulis ini cara berpikir yang kurang tepat. Konsentrasi penuh amat dibutuhkan selama proses belajar.

Akhir kata, segala sesuatu punya takaran dan ukuran masing-masing! Semoga senantiasa kita diberi kemampuan menjaga amanah sebagai thalibul ilmi dengan baik. Wallu a’lam...


Oleh: Abdurrahman Abdul Khaliq






April 18, 2018

,


Suara Fosikba

Oleh : Zainul Muttaqin

Kairo- Hari sabtu tanggal 14 April 2018, merupakan hari yang sangat berharga dan mengesankan bagi seluruh anggota almamater FOSIKBA, karena pada hari tersebut mereka semua berbahagia dan antusias dalam rihlah wisatanya mengunjungi berberapa destinasi sejarah kuno dan tempat-tempat objek wisata yang  sering dikunjungi oleh para pelancong baik dari pribumi atau turis seperti teman-teman anggota Fosikba sendiri.

Berangkat tepat jam 07:00 CLT dengan Bus Pariwisata, di tengah perjalanan kami disuguhkan dengan berbagai pemandangan indah (walaupun dari balik kaca bus) melewati daerah pedesaan kota Fayoum yang nota bane dengan kesuburannya, keramahan dan kegigihan penduduknya dalam bekerja diladang tempat mereka mengais mata pencahariannya.

Kincir air adalah tempat tujuan pertama kali pada rihlah kali ini dan merupakan awal pertama kali kami menginjakkan kaki di kota Fayoum yang konon katanya kincir air tersebut merupakan kincir air bekas peninggalan Nabi Yusuf As. dalam mengalirkan dan meratakan air dari sungai Nil ke daerah pertanian seluas 340.000 ha di kota Fayoum tersebut.

Kemudian dilanjut dengan panorama indahnya danau atau dikenal dengan sebutan buhairah yaitu sighat tasghir dari bahr (laut kecil) yang disinyalir merupakan tempat tertelannya qarun beserta hartanya-hartanya, yang awalnya hanya berupa lembah biasa tapi entah mengapa bererapa tahun kemudian lembah tersebut terisi air yang tetap dan ada hingga saat ini.

Istana qarun adalah tujun selanjutnya dalam rihlah kali ini, istina qarun merupakan satu-satunya harta bekas peninggalannya yang tidak ikut ditenggelamkan oleh Allah dan masih kokoh hingga saat ini, sebagai peringatan untuk umat manusia. Istana tersebut terdiri dari tiga tingkat yang digunakan olehnya sebagai tempat tinggal kerabat dekat dan harta miliknya, tidak termasuk beberapa lapisan di bawah istana tersebut, karena memang pada saat itu kami selain diawasi oleh juru kuncinya, juga tidak adanya lampu penerang disetiap ruangannya, ditambah lagi suhu udara yang sangat panas sekali; sehingga kami merasa tidak betah berlama-lama di dalamya. Tidak hanya itu saja, dikatakan juga bahwa di dalam istana tersebut terdapat 360 bilik yang menyamai 360 hari dalam setahun.

Air terjun adalah tujun akhir pada rihlah kali ini, dan tercatat merupakan yang terlama dari pada objek wisata sebelumnya berkisar antara tiga jam atau lebih, disana kami selain disuguhkan dengan pemandangan air terjunnya juga dimanjakan dengan keindahan pantainya yang menjadi tempat kunjungan favorit warga Mesir sendiri. Disana, kita selain berwisata juga bisa berbincang-bincang dan bercengkerama dengan warga setempat, bahkan banyak diantara mereka yang hanya sekedar minta foto bareng dengan kami.

Rihlah yang tidak hanya sekedar rihlah biasa, tapi rihlah yang diselingi dengan beberapa agenda kegiatan yang juga diselipkan ditengah-tengah perjalanan kami. Tercatat ada berberapa kegiatan yang terealisasi pada saat itu, diantaranya adalah shalawat, sambutan dari ketua Fosikba ustadz  Fahrur Razi Zubaidi, sambutan dari dewan konsultatif dan diakhiri dengan pemberian penghargaan pada salah satu anggota Fosikba terbaik dan teraktif dalam jurnalistik. Mungkin itu saja cerita kami dalam rihlah ke kota Fayoum kali ini, dan tetap ikuti suara Fosikba selanjutnya.

April 15, 2018

,






















Dalam mengakaji suatu fan ilmu ada sepuluh hal mendasar yang harus dikuasai sebelumnya, salah satunya  adalah ta'rif (Definisi). Perihal barakah, mungkin sebelum mengakaji lebih lanjut tentang barakah, dari mana sumber barakah? Lebih tepatnya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu definisi barakah?

Barakah adalah   "خيرإلهي لايعلمه إلاالله "suatu kebaikan yang tidak seoarang pun mengetahuinya kecuali Allah. Kalau lebih disederhanakan lagi yaitu sebuah anugerah tuhan atau pemberian yang sifatnya tertentu pada orang tertentu. Jika dibawa dalam ranah sosial semisal suatu resepsian yang sudah lumrah terjadi adalah suatu pemberian shohibul hajah pada tamu undangan, beda lagi dalam ranah relegi yang selalu diharapkan jutaan umat manusia, khususnya penuntut ilmu di kalangan pesantren. Mereka terkadang mengedepankan egonya dan meyakini bahwa barakah merupakan suatu pemberian tuhan atau siraman langsung yang sifatnya abstrak, tapi nihil dalam pengaplikasiannya.

Lalu dari mana sumber barakah tersebut? Penulis hanya menyebutkan sebagian sumber barakah dari berbagai macam sumber yang ada yaitu maha guru.

Guru merupakan sosok mutivator dunia yang mengubah jiwa batil menjadi jiwa terarah dan terang benderang yang patut dijunjung tinggi, karena guru tidak hanya memberi asumsi atau ilmu saja, tapi  guru juga mengerahkan segala kemampuannya untuk mencetak generasi yang beriman dan bertaqwa.

Contoh kecilnya adalah ketika peserta didik kesulitan memahami pembelajaran entah dari penyampaian yang sulit dipahami, karena kebetulan bahasa yang digunakan terlalu tinggi atau dari kesulitan-kesulitan yang lain, maka seyogiyanya guru akan memberi solusi dari problem  tersebut.

Dari situlah sosok maha guru patut dijunjung tinggi tanpa diragukan lagi, karena beliulah yang selalu paham kendala penuntut ilmu dari berbagai macam aspek, dan disaat itu pula nampaklah akan perjuangan sosok motivator dunia akan keikhlasannya, sehingga dengan keikhlasannya tersebut akan muncul sesuatu yang tersirat di dalamnya yaitu barakah.


By: Dhaifil ihsan

April 12, 2018

,
















Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta pada-Nya Setiap waktu.

Ketika laut bergemuruh, ombak menggunung, dan angin bertiup kencang menerjang, semua penumpang kapal akan panik dan menyeru: "Ya Allah!"

Ketika seseorang tersesat di tengah gurun pasir, kendaraan menyimpang jauh dari jalurnya, dan para kafilah bingung menentukan arah perjalanannya, mereka akan menyeru: "Ya Allah!"

Ketika musibah menimpa, bencana melanda, dan tragedi terjadi, mereka yang tertimpa akan selalu berseru: "Ya Allah!"

Ketika pintu-pintu permintaan telah tertutup, dan tabir-tabir permohonan digeraikan, orang-orang mendesah: "Ya Allah!"

Ketika semua cara tak mampu menyelesaikan, setiap jalan terasa menyempit, harapan terputus, dan semua jalan pintas membuntu, mereka pun menyeru  "Ya Allah!"

Ketika bumi terasa menyempit dikarenakan himpitan persoalan hidup, dan jiwa serasa tertekan oleh beban berat kehidupan yang harus anda pikul, menyerulah:"Ya Allah!"

Kuingat Engkau saat alam begitu gelap gulita, dan wajah zaman berlumuran debu hitam kusebut nama-Mu dengan lantang di saat fajar menjelang, dan fajar pun merekah seraya menebar senyuman indah.

Setiap ucapan baik, doa yang tulus, rintihan yang jujur, air mata yang menetes penuh keikhlasan, hanya mengharapkan belas kasiha-Mu ya tuhan.

{Allah Maha lembut terhadap hamba-hamba-Nya.}

Allah: Nama yang paling bagus, susunan huruf yang paling indah, ungkapan yang paling tulus, dan kata yang sangat berharga, dialah tuhan yang berhak disembah.

Allah: Dari-Mu semua kasih sayang, perhatian, pertolongan, bantuan, cinta dan kebaikan.

Allah: Pemilik segala keagungan, kemuliaan  dan dzat yang  Maha SEMPURNA.

             (   كن مع الله فإذا لم تكن مع الله فكن مع من كان مع الله فإنه يوصلك إلى الله )


Oleh: Rokib Slamet

Follow Us @soratemplates