April 19, 2018

Bisnis Mahasiswa Kebutuhan atau Kelewatan?


















Orang-orang besar akan bercerita hal yang paling ia ingat dan selalu ia kenang selama perjalanan menuju kesuksesan, yaitu masa-masa sulit yang mengganjal. Sesekali mereka tertawa geli memandang orang di sekirtanya mengabdikan dirinya untuk mengapai cita-citanya, namun kurang bersabar menerima kenyataan yang harus mereka hadapi. Apapun cita-citanya, jalanan terjal senantiasa menemani. Jadi dua hal yang tidak mungkin dipisah.

Berbicara kebutuhan, ulama Maqasid as-Syariah membaginya ketiga bagian: Pertama, Dharuriyyat (primer) yaitu kebutuhan yang sifatnya pokok tidak bisa di hindari. Seperti biaya sewa kos, ongkos ‘80 coret’, biaya beli kitab dan alat-alat tulis. Kedua, Hajiyyat (sekunder) yaitu kebutuhan yang sifatnya satu tingkat dibawah kebutuhan pokok. Ketiadaanya tidak menghalangi tujuan utama yaitu belajar. Hanya saja ketiadaanya sedikit menyulitkan langkah-langkah menuju tujuan yang ingin digapai. Seperti, telepon genggam dan laptop. Ketiga, Tahsiniyyat (tersier) yaitu kebutuhan yang sifatnya pelengkap. Ketiadaanya tidak menghalangi tujuan utama dan tidak pula mempersulit langkah-langkahnya. Seperti pakaian yang sesuai dengan kebisaan mahasiswa; tidak mengurangi keluhuran budi pekerti.

Dengan latar belakang tingkat kemampuan ekonomi orang tua yang berbeda-beda, di sinilah sering kali seorang mahasiswa kehilangan tujuan utama. Menderap satu langkah untuk memenuhi kebutuhan pokok, namun kadang lupa kendali bahwa ia hanya sedang memenuhi kebutuhan pokok. Sama sekali tidak dituntut memehuni kebutuhan kedua dan ketiga, jika keberadaanya menghambat tujuan utama. Intinya kejarlah kebutuhan pokoknya, namun jangan lupa segera kembali.

Maka perlu sekali seorang mahasiswa berpikir cerdas, bertanya dan perlu menaruh curiga pada dirinya. Benarkah jalan yang ditempuh adalah jalan yang semestinya dilalui? Karena tidak jarang ditemukan diantara mereka berlatar belakang keluarga berekonomi menengah keatas. Mampu memenuhi kebutuhan yang ia perlukan. Namun mereka seakan memaksa diri untuk memenuhi kebutuhan sendiri dengan dalih malu sudah dewasa meminta biaya kepada orang tua. Hemat penulis ini cara berpikir yang kurang tepat. Konsentrasi penuh amat dibutuhkan selama proses belajar.

Akhir kata, segala sesuatu punya takaran dan ukuran masing-masing! Semoga senantiasa kita diberi kemampuan menjaga amanah sebagai thalibul ilmi dengan baik. Wallu a’lam...


Oleh: Abdurrahman Abdul Khaliq






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates