Orang-orang besar akan bercerita hal yang paling ia ingat dan selalu ia
kenang selama perjalanan menuju kesuksesan, yaitu masa-masa sulit yang
mengganjal. Sesekali mereka tertawa geli memandang orang di sekirtanya
mengabdikan dirinya untuk mengapai cita-citanya, namun kurang bersabar menerima
kenyataan yang harus mereka hadapi. Apapun cita-citanya, jalanan terjal senantiasa
menemani. Jadi dua hal yang tidak mungkin dipisah.
Berbicara kebutuhan, ulama Maqasid as-Syariah membaginya ketiga
bagian: Pertama, Dharuriyyat (primer) yaitu kebutuhan yang sifatnya
pokok tidak bisa di hindari. Seperti biaya sewa kos, ongkos ‘80 coret’, biaya
beli kitab dan alat-alat tulis. Kedua, Hajiyyat (sekunder) yaitu
kebutuhan yang sifatnya satu tingkat dibawah kebutuhan pokok. Ketiadaanya tidak
menghalangi tujuan utama yaitu belajar. Hanya saja ketiadaanya sedikit
menyulitkan langkah-langkah menuju tujuan yang ingin digapai. Seperti, telepon
genggam dan laptop. Ketiga, Tahsiniyyat (tersier) yaitu kebutuhan
yang sifatnya pelengkap. Ketiadaanya tidak menghalangi tujuan utama dan tidak
pula mempersulit langkah-langkahnya. Seperti pakaian yang sesuai dengan
kebisaan mahasiswa; tidak mengurangi keluhuran budi pekerti.
Dengan latar belakang tingkat kemampuan ekonomi orang tua yang
berbeda-beda, di sinilah sering kali seorang mahasiswa kehilangan tujuan utama.
Menderap satu langkah untuk memenuhi kebutuhan pokok, namun kadang lupa kendali
bahwa ia hanya sedang memenuhi kebutuhan pokok. Sama sekali tidak dituntut
memehuni kebutuhan kedua dan ketiga, jika keberadaanya menghambat tujuan utama.
Intinya kejarlah kebutuhan pokoknya, namun jangan lupa segera kembali.
Maka perlu sekali seorang mahasiswa berpikir cerdas, bertanya dan perlu
menaruh curiga pada dirinya. Benarkah jalan yang ditempuh adalah jalan yang
semestinya dilalui? Karena tidak jarang ditemukan diantara mereka berlatar
belakang keluarga berekonomi menengah keatas. Mampu memenuhi kebutuhan yang ia
perlukan. Namun mereka seakan memaksa diri untuk memenuhi kebutuhan sendiri
dengan dalih malu sudah dewasa meminta biaya kepada orang tua. Hemat penulis
ini cara berpikir yang kurang tepat. Konsentrasi penuh amat dibutuhkan selama
proses belajar.
Akhir kata, segala sesuatu punya takaran dan ukuran masing-masing! Semoga senantiasa
kita diberi kemampuan menjaga amanah sebagai thalibul ilmi dengan baik. Wallu
a’lam...
Oleh: Abdurrahman Abdul Khaliq
Tidak ada komentar:
Posting Komentar