November 10, 2016

,

Mungkin kebanyakan orang merasa resah dan jengkel ketika melihat seseorang sering bersifat egois. Hal tersebut mungkin tidak dirasakan oleh sipemilik sifat tersebut, maklumlah ibarat kata pepatah “seseorang tidak akan bisa melihat telinganya sendiri”, mungkin itu adalah kata yang tepat.

Nah bagaimana dengan kita yang terlanjur mempunyai sifat seperti itu?, apakah kita akan mempertahakannya atau merubahnya secara total tanpa ada proses sebelumnya?, dan bagaimana respon kita atau orang yang ada disekeliling kita ketika melihat hal tersebut?.
Sebelum menjawab pertanyaan diatas mungkin sebaiknya kita  mengetahui apa arti dari egoisme sebenarnya?.

Egoisme merupakan motivasi untuk mempertahankan dan meningkatkan pandangan yang hanya menguntungkan diri sendiri. Dari difisini tersebut mungkin kita sudah tidak enak mendengarnya bahkan sepemilik sifat tersebut merasakan hal yang sama. Egoisme sangatlah berbahaya apalagi sudah melampaui batas secara manusiawi. Hal tersebut akan menimbulkan sifat yang agak aneh dan heran, dan akan menimbulkan gejala-gejala seperti sering mengeluh dalam hal apapun bahkan hal yang sangat sepele, sering menyalahkan orang lain, keadaan, dan masih banyak gejala-gejala  lain yang mungkin belum kita sadari. Tentunya hal seperti itu sangatlah merugikan diri sendiri dan orang lain.

Mengatasi sifat egoisme yang berlebihan bukanlah hal yang gampang seperti mambalikkan telapak tangan. Hal tersebut memanglah sangat sulit, akan tetapi semua permasalahan akan teratasi selagi kita mempunyai kemauan, so tergantung diri kita  entah mempertahankan sifat tersebut atau tidak.

Terus bagaimana kita menghadapi hal tersebut? Apakah kita tertaawa seharian tanpa henti ? atau cemberut selama 10 bulan ? tentunya hal tersebut adalah cara yang kurang wajar untuk kita lakukan. Nah! sebaiknya kita kembali ke tips-tips mengatasi egois diri sendiri, salah satunya adalah selalu positif  thinking pada orang lain dan jangan biarkan pikiran negative menguasai diri sendiri, jangan suka membanding-bandingkan diri anda dengan orang lain, kembangkan empati terhadap orang lain, sikap melayani dan mendahulukan kepentingan orang lain, sabar dan selalu tersenyum. its ingat senyumnya jangan sampai lebih 3cm lho!.

Maka dari itu sudi kiranya kita mengintrospeksi diri dan selalu membuang rasa ego terhadap orang lain. Yah hitung-hitung untuk mengurangi perpercahan mas bro!

Sekian dari kami wassalamualaikum wr wb.

Oleh ;
Syaifullah Baihaqi

November 08, 2016

,




Engkau Itu Indah
Ketika Hatiku terpesona oleh asmara
Ingin ku terbang menghampirinya
Tapi Sayapku telah hilang Di telan Malam yang kelam.
Ketika Rinduku telah memberontak
Ingin Aku menangis sejadi jadinya
Tapi air mataku telah habis.
Ketika rindu memenjaraiku
Ingin Aku tertawa terbahak bahak
Namun hatiku terluka.
Ketika Rindu menggebu,
mengalun syahdu Di iringi nyanyian yg mnyentuh relung Kalbu.

Tiba Tiba...
Rindu itupun terhempas...
terkulai tak berdaya...
Biarlah rindu itu membisu
Biarlah Rindu itu berteman bersama waktu Entah sampai kapan...?
Tak sedikitpun terlepas dari ingatanku
Terukir kuat dalam kalbuku

Oh... Permata Hatiku...
Sajakku tercipta hanya Untukmu
Mutiara yang kuuntai hanya padamu
Bunga yg Ku tanam hanya untuk dirimu
Seindah apapun surga itu,
Takkan rela tanpa dirimu
Ku ingin hadir MU Bukan hanya dalam mimpi KU.
Ku ingin dengar sapa MU.
Bukan hanya dalam angan KU.
Ku ingin dengar Canda Mu Bkn hanya dlm hayal KU.
Sudikah mereka mengenal Lara Rinduku....?
Diamnya Fikir,
Geraknya Dzikir
Sabdanya bijaksana,
perintahnya terlaksana
Jika tertawa berwibawa,
Jika terharu orangpun terbawa.
Saat berharta uangnya tersebar,
Saat tak punya diapun Sabar.
Langkahnya jihad,
pendapatnya ijtihad.
Nasehatnya menyentuh,
prinsipnya kukuh.
Kalau tersenyum, senyuman bibirnya Indah
Kalau memandang, pandangnnya lurus tak berpindah.
Saat dia menjadi utusan,
akulah Umatnya
Saat dia menjadi raja,
akulah kaulanya
Jika memujinya adalah Bid'ah,
aku suka di sebut"wahai Bid'ah!".
Jika memujinya dikatakan haram,
aku mau jadi pendosa Dan benci Di katakan "bertaubatlah wahai anak Adam"!.
Lalu wahai NABI,
wahai penghuni Akal dan hati ku
Bagaimna aku tidak mencintaimu
Sedangkan adanya aku adalah sebab KASIH SAYANG MU....
#NABI KU Muhammad Saw.


By : Rozi Ababil

November 07, 2016

,



Waktu masih kecil dulu, guruku pernah memberi nasehat yang sampai sekarang masih aku ingat dan akan selalu diingat. karna nasehat ini ternyata mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan seseorang di masa depannya. Beliau berkata dengan bahasa maduranya yang penuh dengan wibawa, “tadek tabu’en bettes bedeh e adek”.

Waktu itu aku belum paham apa maksud dari nasehat guruku itu. Lalu kemudian rasa ketidak pahamanku terjawab ketika beliau menjelaskan apa maksud dari perkataan itu. Kata beliau “Jadi yang namanya menyesal itu, terjadinya dikemudian hari. Nanti ketika kamu sudah berumur , kamu akan tahu bagaimana rasanya menyesal. Jadi mulai sekarang mumpung kamu masih kecil, rajin-rajinlah belajar supaya ketika tua nanti tidak menyesal”.


Memang terdengar biasa pada saat itu, karna aku sendiri pada waktu itu belum tahu bagaimana rasanya menyesal. Waktu itu aku hanya menjawab dengan kata ”enggi”, tanpa memahami betul apa yang sedang beliau nasehatkan kepadaku. Barulah kini setelah aku beranjak dewasa, aku mulai mengerti betapa pentingnya ‘kalam hikmah’ yang disampaikan guruku itu. Ya kini aku merasakan itu. Bahwa memang sebaiknya ‘seseorang itu memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok’. Senada dengan apa yang difirmankan Allah Swt. dalam surah Al-Hasyr ayat 18. Ini hanya sebagian contoh kecil saja dari pelajaran hidup yang penulis alami. semoga tulisan yang singkat ini bisa menjadi ibrah bagi orang-orang yang  berfikir.

Oleh ;
Kholilurrahman Zubaidi

November 04, 2016

,


Agama Islam yang merupakan rahmatan lil alamin kenapa harus menegakkan hukum jihad? Bahkan lebih dari itu justru dalam Islam ada hukum potong tangan, qishosh dll. Lantas apakah hal itu bertentangan dengan prinsip rahmatan lil alamin?.

Merupakan dilema besar jika kita tidak bisa memposisikan kapan Islam mencintai kedamaian dan kapan harus jihad, sebab masing-masing ada tempat dan aturan mainnya. Kita lihat saja faktanya, di saat ada sekelompok muslim minoritas bisa dipastikan – meski tidak semuanya –  akan dianiaya bahkan diusir. Sebaliknya jika mereka mayoritas dan ingin menjalankan kewajiban mereka seperti menutup tempat prostitusi dengan alasan nahi mungkar maka pihak luar  – bahkan kadang dari muslim sendiri – berkoar “Islam cinta damai”.

Disinilah pentingnya kita untuk mengetahui kapan Islam harus toleransi dengan umat agama lain, dan kapan berjihad. Jihad sendiri itu pun banyak maknanya bukan hanya sekedar mengangkat senjata. Jika kita menelaah kembali kisah teladan Nabi Muhammad Saw. dalam seluruh aspeknya maka akan jelas bahwa dialah suri tauladan yang baik. Bagaimana tidak? Dalam peperangan saja beliau berpesan kepada para sahabat untuk tidak memerangi orang-orang yang tidak ikut berperang, tidak boleh mengganggu orang yang sedang berada dalam tempat ibadah, tidak boleh membunuh anak-anak, wanita dan orang tua, dan juga tidak boleh memotong pohon atau merobohkan bangunan.

Akan tetapi disisi lain beliau sangat tegas dalam menegakkan hukum-hukum Islam, seperti halnya perkataan beliau “Demi Allah! Kalau Fatimah putri Muhammad mencuri akan saya potong tangannya” ketika ada seorang shahabat tidak akan memotong tangan seorang pencuri karena anak seorang pemuka. Begitu juga di saat terjadi penaklukan kota Mekah di mana beliau mengampuni semua orang yang pernah mendholimi bahkan memeranginya, akan tetapi beliau menghalalkan darah beberapa orang karena sangat memushi Islam.

Selain itu kita harus mengetahui tujuan dan esensi dari jihad itu sendiri dengan makna yang sangat luas. Sehingga kita tidak beranggapan bahwa jihad hanyalah dengan senjata. Sebab boleh jadi – dan memang fakta – pada zaman dulu untuk mempertahan agama itu harus melalui peperangan. Sedangkan, pada masa kini bisa ditempuh dengan cara lain. Tidak heran kita sering mendengan kata jihad konstitusi.


Oleh sebab itu, menurut hemat penulis, bahwa sangantlah penting untuk menjalankan toleransi Islam dan jihad secara bersamaan dan dengan cara yang benar. Sebab kalau kita hanya terfokus pada jihad maka bukan hal mustahil akan melahirkan Islam radikal. Sebaliknya kalau hanya menjalankan toleransi dan perdamaian maka tunggulah saatnya umat Islam akan diinjak-injak. Wallahu A’lam.

Oleh : Achmad Gazali

November 02, 2016

,

Untuk yang sedang dilanda cobaan atau musibah, bersyukurlah! Karena Anda tidak sendirian, di balik itu ada orang-orang  yang juga sedang dilanda cobaan/musibah seperti Anda. Apakah Anda kira cobaan yang sedang Anda hadapi sangat berat? Padahal bagi mereka cobaan yang sedang Anda hadapi sangatlah kecil dan tidak berarti.
Penarkah Anda membayangkan  cobaan yang menimpa Nabi Ayyub? Beliau kehilangan  seluruh harta, keluarga, dan anak-anaknya ditambah lagi penyakit yang beliau derita. Begitu juga Sumayyah (Ibu Ammar bin Yasir) yang ditusuk kemaluannya sampai tembus ke punggungnya oleh Abu Jahal, kesabaran Mush’ab bin Umair yang rela meninggalkan popularitas, kekayaan dan keluarganya demi bersama Rasulullah. Sehingga dia harus hidup miskin, bahkan ketika wafat dia tidak memiliki apa-apa yang bisa digunakan untuk kain kafannya kecuali sehelai selimut yang tidak sampai menutupi kakinya.
Abu Qilabah yg diuji dengan tanpa kedua tangan dan kedua kaki, sedangkan beliau dalam keadaan buta. Dalam kondisi seperti itu dia harus kehilangan anak semata wayangnya karena diterkam serigala. Dan banyak lagi orang-orang terdahulu yang telah mengalami ujian dan cobaan jauh lebih berat dari sekedar apa yang kita alami.
Dimanakah Anda dibandingkan mereka? Allah Swt. Berfirman:
(أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ)
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: 'Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al- Ankabut: 2).
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya sabar itu terdapat pada hentakan pertama.’ (HR. Bukhari Muslim).

Khabbab Ibnu al-Arad radhiallahu ‘anhu berkata:
شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – وَهْوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً لَهُ فِى ظِلِّ الْكَعْبَةِ ، قُلْنَا لَهُ أَلاَ تَسْتَنْصِرُ لَنَا أَلاَ تَدْعُو اللَّهَ لَنَا قَالَ « كَانَ الرَّجُلُ فِيمَنْ قَبْلَكُمْ يُحْفَرُ لَهُ فِى الأَرْضِ فَيُجْعَلُ فِيهِ ، فَيُجَاءُ بِالْمِنْشَارِ ، فَيُوضَعُ عَلَى رَأْسِهِ فَيُشَقُّ بِاثْنَتَيْنِ ، وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ ، وَيُمْشَطُ بِأَمْشَاطِ الْحَدِيدِ ، مَا دُونَ لَحْمِهِ مِنْ عَظْمٍ أَوْ عَصَبٍ ، وَمَا يَصُدُّهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ ، وَاللَّهِ لَيُتِمَّنَّ هَذَا الأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ ، لاَ يَخَافُ إِلاَّ اللَّهَ أَوِ الذِّئْبَ عَلَى غَنَمِهِ ، وَلَكِنَّكُمْ تَسْتَعْجِلُونَ
“Kami mengadu kepada Rasulullah Saw. ketika beliau berada di bawah naungan Ka’bah dan berbaring berbantalkan selimut. Kami bertanya kepada beliau “Wahai rasulullah! Tidakkah engkau meminta pertolongan bagi kami dan berdo’a kepada-Nya untuk membantu kami?” Nabi pun menjawab, “Dahulu seorang pria dari umat sebelum kalian telah dipaksa untuk melepas keimanannya dengan badannya dikubur dalam sebuah galian yang diperuntukkan baginya. Kemudian sebilah gergaji diletakkan di atas kepalanya dan dirinya pun dibelah dua dengan gergaji tersebut. Meskipun demikian, hal itu tidak membuatnya berpaling dari agamanya. Demikian pula terdapat seorang yang tubuhnya disisir dengan sisir besi sehingga nampaklah tulang dan urat tubuhnya. Meskipun demikian, hal itu tidak membuatnya berpaling dari agamanya. Demi Allah! Dia akan menyempurnakan agama ini sehingga seorang pengendara yang berangkat dari Shan’a menuju Hadramaut tidak lagi takut kecuali kepada Allah atau dia hanya khawatir terhadap serigala yang akan menerkam kambing gembalaannya. (Kemenangan itu pasti akan datang), namun kalian terlalu tergesa-gesa.”[HR. Bukhari: 3416]

Terakhir, tetaplah bersyukur! Seberat apapun ujian yang menimpa kita. Karaena, dengan bersyukur hidup akan lebih berarti.

By; Shofiyullah Annady

Follow Us @soratemplates