September 12, 2019

,

Selasa,10 september 2019 |Forum Silaturahmi Keluarga Besar al-Khairat (FOSIKBA), untuk kesekian kalinya mengadakan rihlah atau tour ke salah satu tempat yang ada di Mesir. Adapun tempat yang dikunjungi  kali ini adalah Alexandria, yaitu mantan ibu kota Mesir yang kemudian dipindah ke kota Kairo. Tempat tujuan kali ini terlaksana atas kesepakatan para anggota  dan usulan dari ketua FOSIKBA; Muhammad Syarif yang sebelumnya sudah didiskusikan bersama.
Alexandria merupakan salah satu kota bersejarah di Mesir. Selain terkenal dengan benteng Qaitbay, di dalamnya juga terdapat banyak makam ulama besar, seperti Imam al-Bushiri pengarang kitab Burdah dan juga Imam Abu al-Abbas al-Mursi dan masih banyak lagi. Di Alexandria juga terdapat wisata-wisata bersejarah yang wajib kita kunjungi juga; diantaranya Mumtaza, Sahil, Perpustakaan dan lain sebagainya.
Ketua FOSIKBA, Muhammad Syarif  menuturkan akan tujuan rihlah ke Alexandria kali ini, yang kami tangkap sebagai berikut:
1.       Mengenal lebih jauh sejarah yang ada  di Alexandria dengan mendatangi tempat-tempat bersejarah, seperti benteng Qaitbai, Perpustakaan dan lain sebagainya.
2.       Penyegaran diri (fikiran)dan refresh. Tentu tiga bulan lalu kita melaksanakan ujian akhir term. Maka setidaknya dibutuhkan kegiatan-kegiatan penyegaran seperti rihlah ini, dengan meikmati  keindahan kota Alexandria seperti suasana sunsite di pantai Mumtaza dan lain sebagainnya.
3.       Tak luput pula kita mentadabburi ciptaan allah yang begitu indah.
4.    Ziaroh ke makam Auliya’; yang merupakan salah satu tradisi santri indonesia dengan berdoa (bertawasul) di dekat makam para wali, sehingga dengan perantara ini doa kita terkabul.
Adapun rihlah yang hanya diadakan satu tahun sekali ini cukup banyak diminati oleh para anggota. Dilaksanakan selama dua hari dengan menginap di rumah anggota FOSIKBA yang kebetulan bermukimm di sana. Kami dari tim media sedikit berdiskusi dengan ketua penyelenggara rihlah ini, Muhammad Fadal atas keseruannya di Alexandria. Yaitu sebagai berkut:
1.       Apa tujuuan rihlah itu?
Adapun tujuan rihlah menurut saya bukan hanya mengunjungi dari tempat ke tempat  yang lain, atau hanya mengambil gambar semata, ,melainkan dari  satu tempat  ke tempat  lain ada beberapa  hal yang harus kamu ketahui atas tempat  yang kamu kunjungi. Mungkin itu alasan pokok mengapa kita mengadakan rihlah.
2.       Kenapa rihlah kali ini ke Alexandria?
Mungkin alasan sederhananya  adalah karena Alexandria banyak meninggalkan kesan sejarah yang penting untuk kita  ketahui. Salah satu peninggalan sejarah yang masih berdiri kokoh adalah Citabel Of Qaitbay atau benteng Qaibay yang dibangun pada tahun 1423 M (872-901H) oleh Sultan al-Ashraf an-Nashr Syaifudin Qaitbay  yang wajib kita kunjungi  apabila kita  pergi ke kota Alexandria.
Selain benteng Qaitbay, di sana juga terdapat  perpustakaan megah. Perpustakaan ini  dibangun oleh raja Ptolemet (ptolemaeus) soter; raja pertama dinasti Diadoch pada tahun 323 SM. Ada yang mengatakan perpustakaan ini merupakan perpustakaan pertama dan terbesar di dunia.
3.       Apa saja  agenda yang dilakukan disana?
Hari pertama kita mulai perjalanan dari Qaitbay, setelah azan dzuhur kita pergi ke pepustakaan yang kemudian dilanjutkan pergi ke Mumtaza guna bersantai sambil-lalu  menikmati sunsite. Pada hari kedua  kita pergi  ke pantai dari pagi hingga menjelang dzuhur. Kemudian dilanjutkan dengan ziaroh maqobir yang dekat dengan lokasi rihlah kita, diantaranya makam Imam Abu al-Abbas al-Mursi dan Imam al-Bushiri.

Itulah keseruan rihlah FOSIKBA kali ini. Dari rihlah ini kita dapat pengalaman juga bisa melihat langsung tempat bersejarah disana. Dari sini kita juga dapat menikmati ciptaan Allah SWT. Dan selalu bersyukur atas ciptaannya di dunia ini guna untuk memperkuat iman kita pada Allah SWT.

Juli 20, 2019

,
                          YAKIN GAK MAU BERJUANG??


Diceritakan tempo dulu bahwa ada seseorang yang mempunyai keahlian membuka semua jenis gembok (kunci) dalam waktu yang relative singkat. Sayangnya keahlian ini ia gunakan untuk mencuri, menuruti hawa nafsunya. Keluar masuk penjara adalah hal yang biasanya baginya. Penjara tempo dulu tentu berbeda dengan yang sekarang yang dilengkapi adanya cctv di setiap sudutnya. Dari keahliannya itu ia berhasil kabur dari penjara. Sebab sesulit apapun gembok itu baginya sangat mudah membukanya. Usut punya usut ternyata ia hanya menggunakan kawat kecil lentur untuk membuka gembok dalam tiap aksinya. Kawat tersebut ia modif semacam gelang agar mudah dibawanya setiap hari. 
Suatu ketika ia tertangkap mencuri perhiasan di desa sebelah. Pihak kepolisian berhasil menangkapnya dan seketika memasukannya ke penjara. Baginya penjara adalah hal yang biasa, toh keluar masuk penjara sangatlah mudah bagai membalikan tangan. kejadian-kejadian yang sebelumnya sebagai buktinya. Dengan berbekal gelang kecil di lengannya ia yakin akan membuka gembok penjara itu. sebegitu yakinnya ia berucap kepada para penjaga penjara itu (dengan mimik meremehkan): “lihatlah 2 jam lagi, pasti kalian akan terheran-heran dengan keberadaanku.”
Dalam penjara ia mulai beraksi. Ia ambil gelang kawat yang ia kenakan. Ia mulai memasukan kawat tersebut pada pintu besi yang mengelilinginya. Namun ia gagal membuka pintu itu. Ia ulangi sekali lagi. Memasukan kawat tadi dan menggerakkannya ke arah yg berlawanan namun tetap tidak terbuka. Ia ulangi hal tersebut sampai ia merasa kebingungan sebab pintu semacam itu biasa ia retas dengan mudah. Keringat peluh mulai bercucuran menandakan Ia mulai lelah. Ia pun gugup. Keyakinannya saat itu sudah goyah dan memudar. Hingga Ia pun putus asa, menyerah pada keadaan. Dalam benaknya Ia berfikir saat ini adalah akhir dari kehidupannya. Sebab  ia divonis seumur hidup di penjara. Pihak kepolisian mungkin sangat geram dengan kelakuannya betapa tidak mencuri tiada henti adalah hobinya. Maka hukuman seumur hidup sangat pantas baginya.
Beberapa saat setelahnya ia lemas dan terjatuh disebabkan lelah di tubuhnya. Ia bersandar tepat di pintu penjara tersebut. Tiba-tiba pintu itu terbuka dengan sendirinya. Ia kaget terheran-heran ternyata pintu itu tidak dikunci oleh petugas entah karena lupa atau disengaja. Bersamaan dengan itu datanglah pimpinan kepolisian menjenguk dan memerhatikan gerak-geriknya.
Pimpinan kepolisian itu tersenyum kecil melihat pencuri itu yang kelelahan dan putus asa. Berbeda dengan si pencuri ia malah kesal menyalahkan dirinya. Baru kali ini ia merasa dibodohi. Bagaimana tidak keahlian membuka kunci yang ia miliki sirna tak berguna saat itu. Tertipu oleh pintu yang tak terkunci di depannya. Ya hari itu adalah hari terburuk baginya.
Dari cerita ini bisa kita tarik beberapa poin di antaranya ialah: Pengaruh kekuatan akal. sejak awal si pencuri sudah yakin seyakin-yakinnya bahwa ia akan membuka gembok itu yang ia yakini terkunci. Dari itu apapun jenis pintunya pasti ia akan membukanya. Keyakinan ini telah mengakar kuat di benaknya. Sayangnya dalam kejadian ini nasib tak melulu bersamanya. Ia tidak berhasil membuka pintu itu. Sebab membuka pintu yang terkunci dengan yang tidak terkunci tentu berbeda. Dalam kasus ini sebenarnya ia tidak perlu bersusah payah menggunakan kawat untuk membukanya Karena pintu itu sudah terbuka. Membukanya sangatlah mudah hanya dengan mendorongnya.
Begitu juga dengan kasus yang kita alami setiap hari. Semua akan menjadi mudah dengan adanya keyakinan kuat dari benak kita serta aksi yang nyata. Sebab suatu permasalahan akan menjadi sulit jika kita meyakininya sulit. Begitupun sebaliknya akan menjadi mudah jika kita meyakininya mudah.
Jangan yakini meraih IPK tinggi (Jayyid jiddan atau Mumtaz) adalah hal yang sulit. Lulus kuliah tepat waktu juga sulit. Menyelesaikan setoran hafalan Alquran sebelum lulus kuliah juga sulit. Melamar  anak pak haji di kampong sebelah juga sulit. Dan yang paling penting menyetorkan tulisan tepat waktu jangan juga dianggap sulit.
So, buang jauh-jauh Mindset semacam ini. Tanamkan keyakinan dalam diri kita. semua hal pasti bisa ditaklukan dengan tekad yang kuat dan atas izin yang maha kuasa. Jangan berkecil hati kau hanya perlu terus berjalan dan jangan berhenti sampai kau benar-benar yakin bahwa dirimu sudah tak sanggup melanjutkannya (mati).
Wallahu A’lam. 




        M. Syarief
    Mahasiswa Fak. Ushuluddin

Juli 16, 2019

,
Bangkitnya Umat Islam
               Agama islam merupakan agama yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi yang paling mulia yaitu, Nabi Muhammad SAW. Islam adalah agama yang sangat komplit dalam mengatur kehidupan pemeluknya.  Islam juga sebagai penyempurna dari agama sebelumnya. tak heran jika Allah menyebutkan dalam kitab-Nya bahwa islam adalah agama yang paling benar, dan akan tetap atuh hingga sampai hari kiamat. Namun belakangan ini, agama islam tampak selalu dipermainkan, dikucilkan dan dihina mati-matian. Sehingga seakan-akan islam yang dikatakan agama yang kuat itu, tampaknya menjadi agama yang lemah. Semua itu tak ada sebab lain,  kecuali karena adanya perpecahan dan perbedahan dari pemeluknya sendiri,  sehingga islam yang awalnya kuat, menjadi tidak tampak kuat, meskipun hakikatnya kuat.
Bagaimana Islam bisa bangkit kembali ?
Umat islam akan kembali bangkit dari ketergelincirannya selama ini dengan cara mengembalikan segala urusannya kepada aturan-aturan yang Allah SWT tetapkan, berupaya menyebarkan agama yang dianutnya, dan menjunjung  tinggi kalimat Allah “tauhid”. Bagaimana munkin umat islam tergelincir! sedangkan mereka memiliki dua sumber yang akan tetap utuh, yang mengatur undang-undang, metode, dan menjelasakan jalan hidup, serta membatasi segala tujuan dan kebebasan. yaitu;  al-Quran dan Sunnah.
Orang-orang islam masih memiliki unsur  at-Taghyir wa at-Tajdid ( pembaharuan ). Dari situlah islam mampu bangkit, berubah, dan mengambil sesuatu yang menyebabkan maju kembali. Allah telah berjanji bahwa Risalah Muhammadiyah tak akan pernah mati dan akan tetap terus berkembang  serta tetap dalam kebenaran.
Diriwayatkan dari Muslim,
لا تزال طائفة من أمتي ظاهرين على الحق لا يضرهم من خذلهم حتى يأتي أمر الله وهم كذلك  .
Artinya :  sekelompok dari umatku senantiasa berada dalam kebenaran, mereka tidak akan tepengaruh oleh orang yang menghinanya, sampai datang keputusan Allah, dan mereka tetap dalam keadaan seperti itu .
Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 217 :
ولا يزالون يقاتلونكم حتى يردوكم عن دينكم إن استطاعوا ......الآية .
Artinya : mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu, sampai mereka dapat mengembalikanmu dari agamamu ( kepada kekafiran).
Mereka tidak akan pernah bisa melakukan semua itu kepada umat islam. Karena  kekuatan akidah mereka akan tetap kokoh sampai hari kiamat. Allah akan menyiapkan orang-orang untuk selalu membela agama-Nya, dan menaklukkan musuh-musuh-Nya.
                Masa depan adalah milik islam. Islam bukan hanya sebatas membagun syi’ar saja, yang meliputi keinginan dan harapan. Tapi islam adalah agama dan akidah. Kita harus yakin bahwa masa depan adalah milik islam. Karena seorang muslim tergantung keislamanya dan bagaimana dia beragama islam. Misalnya, Dengan cara memberi contoh sebagaimana yang diajarkan dalam islam. agar bisa benar-benar menjadi Syuhada’ a’la an-Nas dan Uswah . dengan demikian, islam akan bangkit dengan sendirinya, tanpa kita berbicara tentang islam, tapi islam sudah ada pada perilaku kita. Mereka akan terpengaruh, tertarik akan kedamaian islam, dan kita tak hanya menjadi Syahid (saksi) saja, tapi juga sebagai Uswah (contoh) bagi semuanya .
Allah berfir’fan  dalam surah Al-Baqarah ayat 143 :
وكذلك جعلناكم أمة وسطا لتكونوا شهدآء على الناس ....الآية
Artinya : dan demikian pula kami telah menjadikan kamu ( umat islam) yang pertengahan ( moderat ), agar kamu menjadi saksi atas pebuatan manusia.
                Jadi, islam itu tak berubah sama sekali; baik di masa lampau maupun di masa mendatang. Tak ada perbedaan antara islam di masa Rasul, Sahabat, Taabi’in dan masa kita sekarang. Hanya saja perbedaannya terletak pada orang yang membawakan islam seperti apa. Orang-orang islam terdahulu, membawa islam dengan memahami nash-nash ( ajaran islam) . sedangkan sekarang, islam butuh orang-orang yang membawa islam dengan mengikuti langkah-langkah  Salafuna as-Shalih, memahami islam dan memahami kejadian (kondisi). Dan ini sudah terjadi di masa lampau, bahwa kemenangan dan kemajuan muslimin tak akan nyata kecuali dengan mengikuti dengan manhaj islam dengan memperaktekannya dan berperilaku baik. Ketika semuanya sudah kembali kepada kemurnian islam, persatuan umat islam dan beretika sesuai islam, maka kemenangan dan kekuatan akan kembali dimiliki umat islam .

Oleh : Zain Jakfar
Fakultas Syari’ah Islamiyah





               




April 22, 2019

,


Baru-baru ini, di Youtube ada sebuah film yang bertajuk Sexy Killer. Judulnya yang menarik dengan nuansa dewasa membuata saya tertarik. Dengan sigap saya langsung mengklik video tersebut.  Saya harap kalian tidak seperti saya, yang mengklik tulisan ini karena judulnya yang bernuansa dewasa. Tapi, tidak apa, meski tujuan kalian memang ingin melihat nuansa dewasa. Karena itu akan membuat kalian semakin dewasa.
______

Di perjalanan Jogja-Pontianak saya iseng membuka majalah yang disediakan di depan saya. Sebenarnya, saya trauma ikut maskapai penerbangan ini. Karena, bulan lalu waktu saya melakukan perjalanan Jakarta-Pontinak koper saya dibobol oleh petugas bagasinya. Tentu ini adalah perbuatan zalim yang dilarang keras oleh agama. Sekarang saya ikut maskapai ini lagi, karena saya tidak membawa banyak barang, hanya tas gendong. Sudahlah! Itu sudah belalu.

Saya kembali lagi fokus pada majalah yang ada di tangan saya. Lembar demi lembar saya telusuri. Majalah ini memuat tentang keindahan alam, tempat wisata dan keanekaragaman suku di Indonesia. Saya sangat menikmati semua konten-kontennya. Saya terpesona sekaligus bangga karena telah menjadi bagian dari warga Indonesia dengan alam yang sangat indah dan keanekaragaman suku yang hidup rukun nan ramah. Jemari saya terus menelusuri lembaran majalah itu hingga akhirnya saya tiba di sebuah rubrik yang memuat sebuah artikel dengan judul yang sangat menarik.

Tulisan  yang mampu membuat jemari saya harus berhenti dihalaman tersebut dimulai dengan kisah seorang pemuda kampung yang sedang berjalan-jalan ke sebuah kota.  Setibanya di kota pemuda itu melihat banyak keramaian dan akhirnya ia tertarik untuk mengahampiri sebuah kerumunan. Ia pun berdesak-desakan agar ia bisa berada di baris paling depan.

"Ini adalah benda yang sangat ajaib yang pernah ada" Teriak laki-laki yang berdiri ditengah-tengah kerumunan itu sambil menunjuk pada mikroskop yang diletakkan di atas sebuah meja.
Penasaran dengan perkataan laki-laki tersebut, si pemuda menyimak dengan perhatian penuh.

Tiba-tiba ia mendengar suara laki-laki itu memanggilnya, ”Hei, kamu!”
Si pemuda menoleh ke kiri dan ke kanan memastikan siapa yang dimaksud oleh si laki-laki itu.
”Iya, kamu!” Lanjut si laki-laki. ”Ayo naik!”

Dalam kebingungannya, si pemuda melangkah ragu-ragu naik ke atas panggung.
”Lihat!” Si laki-laki memerintah si pemuda seraya menunjuk ke arah lubang mikroskop.
Si pemuda pun membungkukkan badannya perlahan-lahan dan mengintip ke dalam lubang tersebut.

”Astaga!” Seru si pemuda, hampir tidak percaya dengan penglihatannya.

Rupanya si laki-laki meletakkan sehelai kelopak bunga di bawah mikroskop tersebut. Si pemuda bisa melihat serat-serta kelopak bunga yang indah.

Lalu si laki-laki mengganti kelopak bunga tersebut dengan sebutir berlian. ”Nah, sekarang lihat lagi!” Perintah si laki-laki.
Kali ini, dengan penasaran si pemuda segera mengintip kembali lubang mikroskop tersebut.

”Waawww!!!!” Si pemuda bersorak kegirangan.

Dengan wajah berseri-seri ia pun tertawa gembira ke arah penonton seraya mengacungkan kedua jempol tangannya. Melalui mikroskop ini ia bisa melihat pantulan sinar-sinar berlian dengan sangat jelas dan indah.
Ketika si laki-laki penjual menawarkan mikroskop tersebut, ia pun segera membayarnya tanpa menawar-nawar lagi.

Setibanya di kampung, si pemuda memanggil semua warga kampung. Lalu setelah seluruh penduduk kampung berkumpul ia pun menjelaskan mikroskop yang baru dibelinya. Lalu ia pun memperagakan mikroskop tersebut seperti si laki-laki penjual tadi. Dengan rasa penasaran yang tinggi, ia pun mencoba berbagai benda untuk ditaruh di bawah lensa mikroskop tersebut.

Setelah puas bermain-main dengan mikroskop barunya, si pemuda pun merasa lapar dan bersiap-siap untuk menyantap hidangan makan. Sesaat sebelum melahap makanannya, si pemuda tiba-tiba tertarik dengan sambal kesukaannya.

”Saya sudah makan sambal ini bertahun-tahun. Penasaran, apa sih isinya?” Demikian gumam si pemuda.

Ia pun lalu mengambil sedikit sambal kesukaannya itu dan meletakkannya di bawah lensa mikroskop. Dengan perasaan berdebar-debar, ia pun mengintip lubang mikroskop tersebut.

”Astaga…????” Si pemuda kaget luar biasa.
Dengan jelas ia melihat cacing-cacing yang sangat kecil menari-nari di dalam sambal tersebut. Setengah tak percaya, si pemuda bersandar di dinding dengan penuh kebingungan.

”Apa yang harus aku lakukan?”
Setelah melihat kenyataan yang mengejutkan itu, si pemuda bimbang apakah ia harus menghentikan memakan sambal kesukaannya itu? Cukup lama ia berdiam diri tidak bergerak.

Sampai akhirnya si pemuda berusaha bangun dengan kekuatan tenaga yang tersisa. Ia pun melangkah gontai dan akhirnya mengambil mikroskop tersebut. Dengan perlahan ia melangkahkan kakinya ke halaman rumahnya. Sesaat ia berhenti melangkah, menarik nafas dalam-dalam dan menengadah ke atas. Lalu dengan berteriak nyaring, si pemuda membanting mikroskop tersebut sampai rusak dan melemparnya di antara semak belukar.

Sejenak saya mengangkat kepala saya, menoleh ke jendela melihat keindahan hamparan  awan yang membentuk seperti kerajaan langit. Saya menyandarkan badan sambil meresapi kisah pemuda kampung yang baru saja saya baca.

"Sebenarnya pemuda kampung itu adalah saya dan mikroskopnya itu adalah pengetahuan yang saya gunakan untuk menilai semua situasi atau sesuatu yang saya hadapi.

Saya sering menerima sebuah kenyataan atau pernyataan apabila itu sesuai dengan kemauan saya. Tapi, lebih sering lagi saya menolak sebuah fakta, hanya karena fakta itu bertentangan dengan kehendak atau keinginan saya. Bahkan, dengan modah menganggap fakta tersebut adalah sebuah dusta.

Seharusnya jika saya menerima keindahan yang saya lihat pada berlian dan kelopak bunga itu tentunya saya juga harus bisa menerima ulat-ulat kecil yang saya lihat pada sambal yang saya sukai itu dan berusaha untuk berhenti mengkonsumsinya agar  tidak sakit perut. Bukan malah membanting dan membuang mikroskop itu."

"Maaf, Pak! Mohon tegakkan lagi kursinya. Karena sebentar lagi kita akan landing" Suara itu seketika membuyarkan kontemplasi saya dengan tulisan yang baru saja saya resapi. Saya langsung menoleh kearahnya. Seorang pramugari seksi, cantik sedang berdiri tegak. Bajunya yang ketat melukis lekuk tubuh indahnya. Belahan roknya membelah hingga ke bagian paha.

Di situ, saya teringat lagi dengan kisah pemuda kampung dengan mikroskopnya. Saat itu seakan-akan saya adalah ejawantahan dari wantah pemuda kampung itu. Saya tahu kalau apa yang saya lihat adalah hal yang dilarang dalam keyakinan saya. Tapi kenapa saya masih melihatnya. Saat itu pula saya telah membanting, menghancurkan mikroskop yang saya dapatkan dengan susah payah. Mengahbiskan waktu bertahun-tahun untuk mendapatkanya dilembaga-lembaga pendidikan.


Saya lihat lagi wajah meronaya, dia mengukir sebuah senyum yang sangat ramah. Seketika itu saya langsung menegakkan kursi dan kembali duduk dengan tenang. Saya lihat pramugari seksi itu beranjak pergi mengecek kursi penumpang lain. Saya kembali melihat sayap burung besi diluar jendela.  Pemandangan hijau dan rumah-rumah sangat menakjubkan dinikmati dari ketinggian.

Mempertahankan mikroskop itu sangat sulit apalagi kita belum siap untuk melihat hasilnya. Jika tadi dengan lugas saya mengatakan bahwa perbutan salah satu maskapai ini adalah sebuah kezaliman karena telah membobol koper saya dan saya sangat setuju dengan hal itu. Karena perbuatan itu sudah sangat merugikan saya apalagi perbuatan itu sudah sangat jelas dilarang oleh agama. Tapi, kenapa ketika saya melihat pramugari seksi tadi saya sangat sulit untuk mengatakan bahwa hal itu juga dilarang keras dalam agama. Bahkan saya dengan santai menikmati pemandangan itu.

18.30 WIB. saya tiba di Bandara Supadio Pontianak. Di pintu keluar pramugari seksi itu melempari saya senyuman ramah untuk kedua kalinya dan mengucapkan terima kasih.

Hanya orang yang memiliki kesiapan, kekuatan, kedewasaan dan ketakwaan yang bisa mempertahankan mikroskop itu. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika kalian ingin melihat nuansa dewasa(ingat pikiran harus tetap fositif) agar kalian lebih dewasa dan bijak dalam menilai sesuatu.

Terima kasih pramugari seksi karena kamu telah mengajari saya kedewasaan dalam menilai sesuatu.

Kalau kalian belum menonton Sexy Killer, silahkan tonton agar kalian semakin dewasa dalam melihat keindahan Alam Indonesia yang lebih mempesona dari pramugari seksi tadi, lebih indah dari apa yang saya lihat di majalah dan lebih menakjubkan dari apa yang saya lihat dari jendela kecil pesawat. Sebelum keindahan itu dirusak oleh segelintir orang-orang elit. Karena mereka sudah sejak lama membanting dan membuang mekroskopnya demi kepuasan mereka.


Note; jangan terlalu serius membayangkan pramugari seksi itu, nanti bisa kerasukan jin. Ha ha ha 

April 17, 2019

,

Dialektika kata dan makna menjadi diskusi yang menarik di meja para ahli bahasa, khususnya ulama balaghah. Sejak al-Jahizh menyatakan bahwa makna itu berseleweran di jalan;  makna bisa dipungut oleh siapa saja, baik penyair ataupun bukan, kata kemudian dipersepikan sebagai pusat dari makna.
Persepsi ini kemudian menjadi keyakinan bersama (common sense). Sehingga hal ini membuat gelisah Abdul Qahir al-Jurjani yang hidup dua abad setelah al-Jahizh. Bagi al-Jurjani, persepsi bahwa kata adalah akar dari makna, ini menciderai hakikat al-Bayan yang oleh al-Jahizh sendiri didefinisikan sebagai instrument mengungkap sebuah makna sehingga pendengar bisa sampai kepada makna yang dikehendaki oleh penutur. al-Bayan adalah media penutur dalam mengungkapkan makna yang dikehendakinya.
Sebelum al-Jurjani, makna dipersepsikan sebagai anak yang lahir dari kata, dengan bahasa yang berbeda, makna yang mengikuti kata, bukan kata yang mengikuti makna. al-Jurjani berusaha medekonstruksi pemahaman ini. Kesalahan persepsi ini bagi al-Jurjani berakar dari kesalahan sudut pandang dalam melihat kata. Jika dilihat dari sisi pendengar, maka yang tampak adalah makna mengikuti kata. Namun jika dilihat dari sisi penutur, kata lah yang mengikuti makna.
Bagi al-Jurjani, kata seharusnya tidak dilihat dari sisi pendengar, melainkan ia harus dilihat dari sisi penutur, sehingga proses terciptanya kata dimulai dari kehendak dan makna yang berada di dalam diri si penutur. Maka dalam pandangan al-Jurjani, relasi yang benar adalah kata mengikuti makna, dan makna mengikuti kehendak si penutur. Karenanya, dalam kajian ilmu balaghah, interpretasi teks atau kata harus sesuai dengan makna yang dikehendaki si penutur. Kehendak si penutur harus selalu hadir di dalam setiap interpretasi kita terhadap teks atau kata. Karenanya juga, Siyaq atau konteks menjadi sangat penting dipahami untuk memahami dan menemukan maksud dan kehendak si penutur, karena konteks lah yang mendorong si penutur untuk mengungkapkan makna dalam bentuk kata, sehingga kebenaran interpretasi, pemahaman dan pembacaan teks diukur dengan seberapa sesuai ia dengan maksud dan kehendak si penutur. Semakin dekat atau sesuai interpretasi itu dengan kehendak si penutur, semakin dekat pula ia kepada kebenaran. Sebaliknya, semakin interpretasi itu menjauhi kehendak si penutur, semakin jauh pula ia dari kebenaran.
Namun, apakah tidak ada celah dalam konsep yang dibangun al-Jurjani ini? Apakah selamanya petunjuk kata itu harus mengikuti dan sesuai dengan kehendak si penutur? Apakah setiap pemaknaan kita terhadap teks atau kata harus selalu mempertimbangkan maksud dan kehendak si penutur?
Sebenarnya dalam kajian ilmu balaghah sendiri, penutur tidak selamanya berkuasa atas bahasa, dalam artian makna kata tidak sepenuhnya berada dalam kendali si penutur. Hal ini karena watak dari bahasa itu sendiri yang bersifat kolektif. Power kolektifitas bahasa mengendalikan dan mengalahkan power kehendak si penutur.
Kolektifitas bahasa ini tidak hanya terdapat dalam kata tunggal, namun juga penyusunan kata dengan kata yang lain hingga ia menjadi kalimat yang sempurna. Hal ini terlihat dari pembagian ahli balaghah, dan juga logikawan, terhadap petunjuk kata secara koletkif (Dilalah al-Fadz al-Wadh’iyah).
Mereka membagi petunjuk kata ini ke dalam tiga bagian. Pertama,  petunjuk kata terhadap kesempurnaan maknanya (Muthabaqah). Kedua, petunjuk kata terhadap sebagian maknanya (Tadhammun). Ketiga, petunjuk kata terhadap makna luar yang menjadi keniscayaan dari makna dasarnya (Iltizam).
Ketiga dilalah ini, dalam pandangan ulama balaghah sendiri, khususnya Sa’ad al-Taftazani dalam al-Muthawwal, bersifat kolektif. Dan kita tahu bahwa tidak ada susunan bahasa baik hakikat, majas, tasybih, isti’arah dan yang lainnya, yang keluar dari tiga bagian dilalah ini. Itu artinya, kata majas pun harus tunduk terhadap kolektifitas bahasa. Penutur tidak sepenuhnya bebas menggubah kata-kata majas.
Kolektifitas dilalah kata ini menjadikan kehendak si penutur tidak bagitu penting dalam interpretasi dan pemaknaan. Petunjuk kata yang terucap tidak lagi mengikuti kehendak si penutur. Melainkan ia mengikuti kolektifitas bahasa itu sendiri. Artinya, tolak ukur kebenaran interpretasi bukan kesesuaiannya dengan kehendak si penutur, melainkan seberapa sesuai ia dengan makna yang diamini oleh kolektifitas bahasa.
Belum lagi kalau kita membicarakan pandangan Roland Barthes yang mengatakan bahwa tulisan adalah kuburan si penulis (lihat “The Death of Author”). Bagaimanakah sebenarnya hakikat relasi kata, makna dan kehendak menurut pembaca yang budiman?


                                                                                                                      Oleh : Rahmat Miskaya LC.

Follow Us @soratemplates