April 22, 2019

Pramugari Seksi



Baru-baru ini, di Youtube ada sebuah film yang bertajuk Sexy Killer. Judulnya yang menarik dengan nuansa dewasa membuata saya tertarik. Dengan sigap saya langsung mengklik video tersebut.  Saya harap kalian tidak seperti saya, yang mengklik tulisan ini karena judulnya yang bernuansa dewasa. Tapi, tidak apa, meski tujuan kalian memang ingin melihat nuansa dewasa. Karena itu akan membuat kalian semakin dewasa.
______

Di perjalanan Jogja-Pontianak saya iseng membuka majalah yang disediakan di depan saya. Sebenarnya, saya trauma ikut maskapai penerbangan ini. Karena, bulan lalu waktu saya melakukan perjalanan Jakarta-Pontinak koper saya dibobol oleh petugas bagasinya. Tentu ini adalah perbuatan zalim yang dilarang keras oleh agama. Sekarang saya ikut maskapai ini lagi, karena saya tidak membawa banyak barang, hanya tas gendong. Sudahlah! Itu sudah belalu.

Saya kembali lagi fokus pada majalah yang ada di tangan saya. Lembar demi lembar saya telusuri. Majalah ini memuat tentang keindahan alam, tempat wisata dan keanekaragaman suku di Indonesia. Saya sangat menikmati semua konten-kontennya. Saya terpesona sekaligus bangga karena telah menjadi bagian dari warga Indonesia dengan alam yang sangat indah dan keanekaragaman suku yang hidup rukun nan ramah. Jemari saya terus menelusuri lembaran majalah itu hingga akhirnya saya tiba di sebuah rubrik yang memuat sebuah artikel dengan judul yang sangat menarik.

Tulisan  yang mampu membuat jemari saya harus berhenti dihalaman tersebut dimulai dengan kisah seorang pemuda kampung yang sedang berjalan-jalan ke sebuah kota.  Setibanya di kota pemuda itu melihat banyak keramaian dan akhirnya ia tertarik untuk mengahampiri sebuah kerumunan. Ia pun berdesak-desakan agar ia bisa berada di baris paling depan.

"Ini adalah benda yang sangat ajaib yang pernah ada" Teriak laki-laki yang berdiri ditengah-tengah kerumunan itu sambil menunjuk pada mikroskop yang diletakkan di atas sebuah meja.
Penasaran dengan perkataan laki-laki tersebut, si pemuda menyimak dengan perhatian penuh.

Tiba-tiba ia mendengar suara laki-laki itu memanggilnya, ”Hei, kamu!”
Si pemuda menoleh ke kiri dan ke kanan memastikan siapa yang dimaksud oleh si laki-laki itu.
”Iya, kamu!” Lanjut si laki-laki. ”Ayo naik!”

Dalam kebingungannya, si pemuda melangkah ragu-ragu naik ke atas panggung.
”Lihat!” Si laki-laki memerintah si pemuda seraya menunjuk ke arah lubang mikroskop.
Si pemuda pun membungkukkan badannya perlahan-lahan dan mengintip ke dalam lubang tersebut.

”Astaga!” Seru si pemuda, hampir tidak percaya dengan penglihatannya.

Rupanya si laki-laki meletakkan sehelai kelopak bunga di bawah mikroskop tersebut. Si pemuda bisa melihat serat-serta kelopak bunga yang indah.

Lalu si laki-laki mengganti kelopak bunga tersebut dengan sebutir berlian. ”Nah, sekarang lihat lagi!” Perintah si laki-laki.
Kali ini, dengan penasaran si pemuda segera mengintip kembali lubang mikroskop tersebut.

”Waawww!!!!” Si pemuda bersorak kegirangan.

Dengan wajah berseri-seri ia pun tertawa gembira ke arah penonton seraya mengacungkan kedua jempol tangannya. Melalui mikroskop ini ia bisa melihat pantulan sinar-sinar berlian dengan sangat jelas dan indah.
Ketika si laki-laki penjual menawarkan mikroskop tersebut, ia pun segera membayarnya tanpa menawar-nawar lagi.

Setibanya di kampung, si pemuda memanggil semua warga kampung. Lalu setelah seluruh penduduk kampung berkumpul ia pun menjelaskan mikroskop yang baru dibelinya. Lalu ia pun memperagakan mikroskop tersebut seperti si laki-laki penjual tadi. Dengan rasa penasaran yang tinggi, ia pun mencoba berbagai benda untuk ditaruh di bawah lensa mikroskop tersebut.

Setelah puas bermain-main dengan mikroskop barunya, si pemuda pun merasa lapar dan bersiap-siap untuk menyantap hidangan makan. Sesaat sebelum melahap makanannya, si pemuda tiba-tiba tertarik dengan sambal kesukaannya.

”Saya sudah makan sambal ini bertahun-tahun. Penasaran, apa sih isinya?” Demikian gumam si pemuda.

Ia pun lalu mengambil sedikit sambal kesukaannya itu dan meletakkannya di bawah lensa mikroskop. Dengan perasaan berdebar-debar, ia pun mengintip lubang mikroskop tersebut.

”Astaga…????” Si pemuda kaget luar biasa.
Dengan jelas ia melihat cacing-cacing yang sangat kecil menari-nari di dalam sambal tersebut. Setengah tak percaya, si pemuda bersandar di dinding dengan penuh kebingungan.

”Apa yang harus aku lakukan?”
Setelah melihat kenyataan yang mengejutkan itu, si pemuda bimbang apakah ia harus menghentikan memakan sambal kesukaannya itu? Cukup lama ia berdiam diri tidak bergerak.

Sampai akhirnya si pemuda berusaha bangun dengan kekuatan tenaga yang tersisa. Ia pun melangkah gontai dan akhirnya mengambil mikroskop tersebut. Dengan perlahan ia melangkahkan kakinya ke halaman rumahnya. Sesaat ia berhenti melangkah, menarik nafas dalam-dalam dan menengadah ke atas. Lalu dengan berteriak nyaring, si pemuda membanting mikroskop tersebut sampai rusak dan melemparnya di antara semak belukar.

Sejenak saya mengangkat kepala saya, menoleh ke jendela melihat keindahan hamparan  awan yang membentuk seperti kerajaan langit. Saya menyandarkan badan sambil meresapi kisah pemuda kampung yang baru saja saya baca.

"Sebenarnya pemuda kampung itu adalah saya dan mikroskopnya itu adalah pengetahuan yang saya gunakan untuk menilai semua situasi atau sesuatu yang saya hadapi.

Saya sering menerima sebuah kenyataan atau pernyataan apabila itu sesuai dengan kemauan saya. Tapi, lebih sering lagi saya menolak sebuah fakta, hanya karena fakta itu bertentangan dengan kehendak atau keinginan saya. Bahkan, dengan modah menganggap fakta tersebut adalah sebuah dusta.

Seharusnya jika saya menerima keindahan yang saya lihat pada berlian dan kelopak bunga itu tentunya saya juga harus bisa menerima ulat-ulat kecil yang saya lihat pada sambal yang saya sukai itu dan berusaha untuk berhenti mengkonsumsinya agar  tidak sakit perut. Bukan malah membanting dan membuang mikroskop itu."

"Maaf, Pak! Mohon tegakkan lagi kursinya. Karena sebentar lagi kita akan landing" Suara itu seketika membuyarkan kontemplasi saya dengan tulisan yang baru saja saya resapi. Saya langsung menoleh kearahnya. Seorang pramugari seksi, cantik sedang berdiri tegak. Bajunya yang ketat melukis lekuk tubuh indahnya. Belahan roknya membelah hingga ke bagian paha.

Di situ, saya teringat lagi dengan kisah pemuda kampung dengan mikroskopnya. Saat itu seakan-akan saya adalah ejawantahan dari wantah pemuda kampung itu. Saya tahu kalau apa yang saya lihat adalah hal yang dilarang dalam keyakinan saya. Tapi kenapa saya masih melihatnya. Saat itu pula saya telah membanting, menghancurkan mikroskop yang saya dapatkan dengan susah payah. Mengahbiskan waktu bertahun-tahun untuk mendapatkanya dilembaga-lembaga pendidikan.


Saya lihat lagi wajah meronaya, dia mengukir sebuah senyum yang sangat ramah. Seketika itu saya langsung menegakkan kursi dan kembali duduk dengan tenang. Saya lihat pramugari seksi itu beranjak pergi mengecek kursi penumpang lain. Saya kembali melihat sayap burung besi diluar jendela.  Pemandangan hijau dan rumah-rumah sangat menakjubkan dinikmati dari ketinggian.

Mempertahankan mikroskop itu sangat sulit apalagi kita belum siap untuk melihat hasilnya. Jika tadi dengan lugas saya mengatakan bahwa perbutan salah satu maskapai ini adalah sebuah kezaliman karena telah membobol koper saya dan saya sangat setuju dengan hal itu. Karena perbuatan itu sudah sangat merugikan saya apalagi perbuatan itu sudah sangat jelas dilarang oleh agama. Tapi, kenapa ketika saya melihat pramugari seksi tadi saya sangat sulit untuk mengatakan bahwa hal itu juga dilarang keras dalam agama. Bahkan saya dengan santai menikmati pemandangan itu.

18.30 WIB. saya tiba di Bandara Supadio Pontianak. Di pintu keluar pramugari seksi itu melempari saya senyuman ramah untuk kedua kalinya dan mengucapkan terima kasih.

Hanya orang yang memiliki kesiapan, kekuatan, kedewasaan dan ketakwaan yang bisa mempertahankan mikroskop itu. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika kalian ingin melihat nuansa dewasa(ingat pikiran harus tetap fositif) agar kalian lebih dewasa dan bijak dalam menilai sesuatu.

Terima kasih pramugari seksi karena kamu telah mengajari saya kedewasaan dalam menilai sesuatu.

Kalau kalian belum menonton Sexy Killer, silahkan tonton agar kalian semakin dewasa dalam melihat keindahan Alam Indonesia yang lebih mempesona dari pramugari seksi tadi, lebih indah dari apa yang saya lihat di majalah dan lebih menakjubkan dari apa yang saya lihat dari jendela kecil pesawat. Sebelum keindahan itu dirusak oleh segelintir orang-orang elit. Karena mereka sudah sejak lama membanting dan membuang mekroskopnya demi kepuasan mereka.


Note; jangan terlalu serius membayangkan pramugari seksi itu, nanti bisa kerasukan jin. Ha ha ha 

1 komentar:

Follow Us @soratemplates