Baru-baru ini, di Youtube ada sebuah film yang
bertajuk Sexy Killer. Judulnya yang
menarik dengan nuansa dewasa membuata saya tertarik. Dengan
sigap saya langsung mengklik video tersebut. Saya harap kalian tidak seperti saya, yang mengklik tulisan ini karena judulnya yang
bernuansa dewasa. Tapi, tidak apa, meski tujuan kalian memang ingin melihat nuansa
dewasa. Karena itu akan membuat kalian semakin dewasa.
______
Di perjalanan Jogja-Pontianak saya iseng
membuka majalah yang disediakan di depan saya. Sebenarnya, saya trauma ikut
maskapai penerbangan ini. Karena, bulan lalu waktu saya melakukan perjalanan Jakarta-Pontinak koper saya
dibobol oleh petugas bagasinya. Tentu ini adalah perbuatan zalim yang dilarang
keras oleh agama. Sekarang saya ikut maskapai ini lagi, karena saya tidak
membawa banyak barang, hanya tas gendong. Sudahlah! Itu sudah belalu.
Saya kembali lagi fokus pada majalah yang ada
di tangan saya. Lembar demi lembar saya telusuri. Majalah ini memuat tentang
keindahan alam, tempat wisata dan keanekaragaman suku di Indonesia. Saya sangat
menikmati semua konten-kontennya. Saya terpesona sekaligus bangga karena telah
menjadi bagian dari warga Indonesia dengan alam yang sangat indah dan keanekaragaman suku
yang hidup rukun nan ramah. Jemari saya terus menelusuri lembaran majalah itu
hingga akhirnya saya tiba di sebuah rubrik yang memuat sebuah artikel dengan
judul yang sangat menarik.
Tulisan
yang mampu membuat jemari saya harus berhenti dihalaman tersebut dimulai
dengan kisah seorang pemuda kampung yang sedang berjalan-jalan ke sebuah kota. Setibanya di kota pemuda itu melihat banyak keramaian dan akhirnya ia
tertarik untuk mengahampiri sebuah kerumunan. Ia pun berdesak-desakan agar ia
bisa berada di baris paling depan.
"Ini adalah benda yang sangat ajaib yang
pernah ada" Teriak laki-laki yang berdiri ditengah-tengah kerumunan itu
sambil menunjuk pada mikroskop yang diletakkan di atas sebuah meja.
Penasaran dengan perkataan laki-laki tersebut,
si pemuda menyimak dengan perhatian penuh.
Tiba-tiba ia mendengar suara laki-laki itu
memanggilnya, ”Hei, kamu!”
Si pemuda menoleh ke kiri dan ke kanan
memastikan siapa yang dimaksud oleh si laki-laki itu.
”Iya, kamu!” Lanjut si laki-laki. ”Ayo naik!”
Dalam kebingungannya, si pemuda melangkah
ragu-ragu naik ke atas panggung.
”Lihat!” Si laki-laki memerintah si pemuda
seraya menunjuk ke arah lubang mikroskop.
Si pemuda pun membungkukkan badannya
perlahan-lahan dan mengintip ke dalam lubang tersebut.
”Astaga!” Seru si pemuda, hampir tidak percaya
dengan penglihatannya.
Rupanya si laki-laki meletakkan sehelai
kelopak bunga di bawah mikroskop tersebut. Si pemuda bisa melihat serat-serta
kelopak bunga yang indah.
Lalu si laki-laki mengganti kelopak bunga
tersebut dengan sebutir berlian. ”Nah, sekarang lihat lagi!” Perintah si
laki-laki.
Kali ini, dengan penasaran si pemuda segera
mengintip kembali lubang mikroskop tersebut.
”Waawww!!!!” Si pemuda bersorak kegirangan.
Dengan wajah berseri-seri ia pun tertawa
gembira ke arah penonton seraya mengacungkan kedua jempol tangannya. Melalui
mikroskop ini ia bisa melihat pantulan sinar-sinar berlian dengan sangat jelas
dan indah.
Ketika si laki-laki penjual menawarkan
mikroskop tersebut, ia pun segera membayarnya tanpa menawar-nawar lagi.
Setibanya di kampung, si pemuda memanggil
semua warga kampung. Lalu setelah seluruh penduduk kampung berkumpul ia pun
menjelaskan mikroskop yang baru dibelinya. Lalu ia pun memperagakan mikroskop
tersebut seperti si laki-laki penjual tadi. Dengan rasa penasaran yang tinggi,
ia pun mencoba berbagai benda untuk ditaruh di bawah lensa mikroskop tersebut.
Setelah puas bermain-main dengan mikroskop
barunya, si pemuda pun merasa lapar dan bersiap-siap untuk menyantap hidangan
makan. Sesaat sebelum melahap makanannya, si pemuda tiba-tiba tertarik dengan
sambal kesukaannya.
”Saya sudah makan sambal ini bertahun-tahun.
Penasaran, apa sih isinya?” Demikian gumam si pemuda.
Ia pun lalu mengambil sedikit sambal
kesukaannya itu dan meletakkannya di bawah lensa mikroskop. Dengan perasaan
berdebar-debar, ia pun mengintip lubang mikroskop tersebut.
”Astaga…????” Si pemuda kaget luar biasa.
Dengan jelas ia melihat cacing-cacing yang
sangat kecil menari-nari di dalam sambal tersebut. Setengah tak percaya, si
pemuda bersandar di dinding dengan penuh kebingungan.
”Apa yang harus aku lakukan?”
Setelah melihat kenyataan yang mengejutkan
itu, si pemuda bimbang apakah ia harus menghentikan memakan sambal kesukaannya
itu? Cukup lama ia berdiam diri tidak bergerak.
Sampai akhirnya si pemuda berusaha bangun
dengan kekuatan tenaga yang tersisa. Ia pun melangkah gontai dan akhirnya
mengambil mikroskop tersebut. Dengan perlahan ia melangkahkan kakinya ke
halaman rumahnya. Sesaat ia berhenti melangkah, menarik nafas dalam-dalam dan
menengadah ke atas. Lalu dengan berteriak nyaring, si pemuda membanting
mikroskop tersebut sampai rusak dan melemparnya di antara semak belukar.
Sejenak saya mengangkat kepala saya, menoleh ke jendela
melihat keindahan hamparan awan yang
membentuk seperti kerajaan langit. Saya menyandarkan badan sambil meresapi kisah pemuda kampung yang
baru saja saya baca.
"Sebenarnya pemuda kampung itu adalah
saya dan mikroskopnya itu adalah pengetahuan yang saya gunakan untuk menilai
semua situasi atau sesuatu yang saya hadapi.
Saya sering menerima sebuah kenyataan atau
pernyataan apabila itu sesuai dengan kemauan saya. Tapi, lebih sering lagi saya
menolak sebuah fakta, hanya karena fakta itu bertentangan dengan kehendak atau keinginan
saya. Bahkan,
dengan modah menganggap fakta tersebut adalah sebuah dusta.
Seharusnya jika saya menerima keindahan yang
saya lihat pada berlian dan kelopak bunga itu tentunya saya juga harus bisa
menerima ulat-ulat kecil yang saya lihat pada sambal yang saya sukai itu dan
berusaha untuk berhenti mengkonsumsinya agar
tidak sakit perut. Bukan malah membanting dan membuang mikroskop
itu."
"Maaf, Pak! Mohon tegakkan lagi kursinya.
Karena sebentar lagi kita akan landing" Suara itu seketika membuyarkan
kontemplasi saya dengan tulisan yang baru saja saya resapi. Saya langsung
menoleh kearahnya. Seorang pramugari seksi, cantik sedang berdiri tegak. Bajunya yang
ketat melukis lekuk tubuh indahnya. Belahan roknya membelah hingga ke bagian
paha.
Di situ, saya teringat lagi dengan kisah
pemuda kampung dengan mikroskopnya. Saat itu seakan-akan saya adalah
ejawantahan dari wantah pemuda kampung itu. Saya tahu kalau apa yang saya lihat
adalah hal yang dilarang dalam keyakinan saya. Tapi kenapa saya masih
melihatnya. Saat itu pula saya telah membanting, menghancurkan mikroskop yang
saya dapatkan dengan susah payah. Mengahbiskan waktu bertahun-tahun untuk
mendapatkanya dilembaga-lembaga pendidikan.
Saya lihat lagi wajah meronaya, dia mengukir
sebuah senyum yang sangat ramah. Seketika itu saya langsung menegakkan kursi
dan kembali duduk dengan tenang. Saya lihat pramugari seksi itu beranjak pergi
mengecek kursi penumpang lain. Saya kembali melihat sayap burung besi diluar
jendela. Pemandangan hijau dan
rumah-rumah sangat menakjubkan dinikmati dari ketinggian.
Mempertahankan mikroskop itu sangat sulit
apalagi kita belum siap untuk melihat hasilnya. Jika tadi dengan lugas saya
mengatakan bahwa perbutan salah satu maskapai ini adalah sebuah kezaliman
karena telah membobol koper saya dan saya sangat setuju dengan hal itu. Karena
perbuatan itu sudah sangat merugikan saya apalagi perbuatan itu sudah sangat jelas dilarang oleh agama. Tapi, kenapa ketika saya
melihat pramugari seksi tadi saya sangat sulit untuk mengatakan bahwa hal itu juga dilarang
keras dalam agama. Bahkan saya dengan santai menikmati pemandangan itu.
18.30 WIB. saya tiba di Bandara Supadio Pontianak. Di pintu
keluar pramugari seksi itu melempari saya senyuman
ramah untuk kedua kalinya dan mengucapkan terima kasih.
Hanya orang yang memiliki kesiapan, kekuatan, kedewasaan dan ketakwaan yang bisa mempertahankan mikroskop itu. Oleh karena itu, tidak
ada salahnya jika kalian ingin melihat nuansa dewasa(ingat pikiran harus tetap fositif) agar kalian lebih dewasa
dan bijak dalam menilai sesuatu.
Terima kasih pramugari seksi karena kamu telah
mengajari saya kedewasaan dalam menilai sesuatu.
Kalau kalian belum menonton Sexy Killer,
silahkan tonton agar kalian semakin dewasa dalam melihat keindahan Alam
Indonesia yang lebih mempesona dari pramugari seksi tadi, lebih indah dari
apa yang saya lihat di majalah dan lebih menakjubkan dari apa yang saya lihat
dari jendela kecil pesawat. Sebelum keindahan itu dirusak oleh segelintir orang-orang elit. Karena mereka sudah sejak lama membanting dan membuang mekroskopnya demi kepuasan mereka.
Note; jangan terlalu
serius membayangkan pramugari seksi itu, nanti bisa kerasukan jin. Ha ha ha
Inspiratif sekali 😍
BalasHapus