September 26, 2018

,




(Ternyata Sayyidina Ali juga Humoris)

Ketika Sayyidina Ali Amirul Mukminin masuk masjid, tiba-tiba ada anak muda menangis tersedu-sedu. Ali-pun bertanya : "apa yang membuatmu menangis? ". Pemuda itu menjawab : "Syuraih memutuskan masalah tidak benar!". Berceritalah pemudah tersebut panjang lebar; begini_sambil menghala nafas­­­­_ayahku kemarin pergi bersama rombongan dengan membawa harta yang cukup banyak, ketika rombongan itu pulang ayahku ternyata tidak bersama mereka, aku-pun terkejut dan bertanya, dimana ayahku? Ayahmu meninggal, kata rombongan itu. Aku-pun bertanya lagi, terus bagaimana dengan harta yang dibawa ayahku? Lah.. ayahmu tidak membawa harta sedikitpun.

Akhirnya aku membawa para rombongan itu pada Syuraih agar diadili. Syuraih menyelidiki mereka dengan bertanya, dimana ayah anak muda ini? Mereka menjawab: mati. Dimana harta yang dibawa? Dia tidak membawa apa-apa. Kemudian mereka bersumpah. Hingga akhirnya Syuraih membuat keputusan yang menguntungkan meraka sendiri, karena saya tidak punya bukti. Begitulah wahai Amirul Mukminin kenapa saya menangis ditempat ini, padahal saya tau kalau ayahku banyak sekali membawa harta.

Ketika Ali selesai mendengar keluh kesah anak muda tersebut, barulah Ali berkata dengan nada teguran pada Syuraih : "Jauh sekali engkau wahai Syuraih! Beginakah engkau memecahkan masalah?”

Ali-pun menunjukkan kecerdasan dan kepiawaiannya dalam menuntaskan masalah dengan cara unik, sulit diterka, lucu dan menggemaskan, menggambarkan beliau sosok yang tidak selalu tegang, terlalu serius mengerutkan dahi tapi justru beliau terkesan homuris pada waktu itu dalam mencari kebenaran dari sebuah masalah yang rumit penuh dengan persekongkolan.

Ali memberi perintah supaya para rombongan tersebut dipisahkan dan kapalanya ditutup dengan sebuah kain. Dan satu-persatu dari meraka dipanggil untuk diinterogasi dengan dihadiri sekumpulan masyarakat. Ali berkata pada masyarakat yang hadir : "nanti kalau saya bertakbir "Allahu Akbar", kalian jangan lupa bertakbir sekeras-kerasnya ya.." mufakat dan konspirasi-pun terjalin antara Ali dan masyarakat.

Satu diantara rombongan masuk ruangan memenuhi panggilan dan ditanya dalam keadaan bungkusan kain dikepalanya dibuka. Hari apa engkau keluar bersama bapak anak muda ini? Hari ini, bulan ini, dan tahun ini. Jawab orang tersebut. Ali bertanya lagi: di tempat mana bapak anak muda ini meninggal? Di daerah fulan. Jawab lagi. Apa penyakitnya, berapa hari yang sakit? Sakitnya begini, dan sakit selama begini (menyebut jumlah harinya). Mati hari apa, siapa yang mengurus jenazahnya, dengan apa ia dikafani, siapa yang mensholati dan siapa mengurus kuburannya? Ia-pun menjawab keselurahan pertanyaan Sayyidina Ali.

Sayyidina Ali memberi perintah supaya kepala lelaki yang sudah diintrogasi ditutup lagi dengan kain yang sudah dipakai dan giring masuk kedalam penjara. Pada moment inilah Sayyidina Ali bertakbir selantang-lantangnya dengan diikuti pekikan takbir jamaah "Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar" hingga kerasnya takbir bersamaan tersebut terdengar keras sekali ditelinga para "rombongan" yang akan diintrogasi selanjutnya, membuat mereka ragu dan bimbang akan pengakuan temannya yang sudah diintrogasi. Takbir "Allahu Akbar" mengesankan kalau yang diintrogasi mengakui kesalahan dan membuka kebenaran fakta.

Tibalah pada sesi introgasi selanjutnya dan memanggil diantara rombongan yang lain. Ia duduk dengan keadaan kain puntup kepala dibuka. Ali-pun bergagas cepat mengeluarkan pertanyaan seakan Ali sudah mengetahui duduk masalahnya dengan suara yang penuh kharisma : "engkau mengira aku tidak mengetahui apa yang kalian lakukan". Dia-pun menjawab terbata-bata, gemetar mengira kalau Ali memang sudah tau fakta sebenarnya : "Wahai Amirul Mukminin, ia saya termasuk diantara kaum yang membunuhnya". Lelaki kedua yang diintrogasi ini mengaku, dan dia dibawa ke penjara dengan disertai pekikan takbir berjamaah membuat semua peserta rombongan yang lain mengakui juga tindak kriminal pembunuhan dan pengambilan harta bapak si anak muda. Bahkan Ali juga memanggil lagi lelaki pertama rombongan yang sudah diintrogasi dengan mengakui kesalahannya.
Begitulah Sayyidina Ali memecahkan permasalahan yang rumit dengan cara yang unik, lucu, menggemasakan dan tepat. Sosok Amirul Mukminin yang dikenal akan keilmuannya dan diakui kepekaannya dalam memutuskan masalah oleh kekasih tercitanya -Sayyidina Muhammad- ternyata juga humoris dalam mencari fakta dibalik konspirasi berjemaah para "romabangan" sebagaimana di muka. Ternyata pekikakan "takbir" mampu mengelabuhi dan membuka fakta.

Oleh: Abdul Adzim HS
Sumber : kitab Ali bin Abi Tholib Hakiman wa Faqihan, karya Dr. Hamid Jamik

September 20, 2018

,


Oleh : M. Abdul Malikul Ngibad

Dengan menyebut Nama Tuhan yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, segala puji tetap untuk-Nya, dan salam sejahtera semoga selalu terlimpahkan untuk kekasih tercinta-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa sekarang kita semua telah memasuki era modernisasi, era dimana segalanya serba instan atau cepat saji, baik dalam segi apa saja, terutama dalam segi Informasi, yang disajikan secara cepat, bahkan bisa dikatakan disajikan dengan hitungan detik saja. Berbeda halnya dengan era 90-an, yang membutuhkan waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari dalam menyajikan sebuah berita, dikarenakan sarana yang kurang memadai jika dibandingkan dengan sekarang. Tetapi tidak diragukan lagi semakin cepat sebuah informasi sampai, maka semakin membingungkan pula informasi tersebut, karena informasi yang bersifat HOAX dan REAL datang secara bersamaan, bahkan terkadang sesuatu yang bersifat hoax akan lebih cepat sampai daripada sesuatu yang riil, dikarenakan beberapa motif tertentu.

Salah satu contohnya adalah provokasi terhadap masyarakat, agar terbentuk pola pikir sesuai dengan kepentingan pihak tertentu. Bermula dari hal seperti ini, sedikit demi sedikit, merubah pola pikir dan moral anak bangsa. Bagaimana tidak, sifat seorang pemuda yang serba ingin tahu membuatnya menggeledah berbagai informasi yang dianggap penting, tetapi bukan yang mereka butuhkan, sehingga apa yang cepat muncul dihadapannya, dijadikan acuan untuk berpendapat terhadap sesuatu, tanpa melihat apakah yang didapat itu berasal dari sumber yang benar-benar valid atau tidak. Jika yang didapatkan adalah informasi yang riial, maka ia beruntung, akan tetapi jika sebaliknya, maka ia akan termakan provokasi yang berujung saling menghujat satu sama lain, tanpa menggunakan adab atau etika yang ada.

Seperti yang kita ketahui akhir akhir ini, sedang marak info politik “#2019gantipresiden”. Pihak A mencari celah untuk menjatuhkan pihak B, segala bentuk usaha dilakukan, begitu pula sebaliknya. Lalu bagaimana dengan para pemuda yang bersahabat dengan gadget? Sudah pasti, mereka akan langsung berkomentar tanpa melihat kanan dan kiri dulu, hingga menimbulkan hujatan, kebencian, bahkan pertikaian antar kelompok. Padahal semua yang mereka lihat dan baca belum tentu sesuai dengan kenyataan. Demikianlah yang disebut dengan moral yang rusak oleh teknologi modern. Padahal dalam Islam sendiri telah diajarkan, jika timbul suatu masalah, maka diwajibkan untuk ber-tabayyun atau mencari kejelasan dari sumber yang terpercaya. Untuk selanjutnya, akan kami bahas tentang apa maksud dari judul “Pengikisan Moral dengan Teknologi dan Modernisasi”.

Pengikisan berasal dari kata kikis yang mempunyai arti hilang atau habis. Kemudian mendapat turunan sehingga terbentuk kata pengikisan dan bermakna penurunan. Moral dalam KBBI bermakna sikap atau perilaku. Teknologi adalah sebuah sarana atau alat yang digunakan untuk membantu manusia. Sedangkan modernisasi menurut KBBI adalah pergeseran sikap warga untuk dapat hidup dengan tuntutan kini. Jadi maksud dari judul diatas adalah Penurunan sikap warga yang disebabkan oleh kemajuan teknologi. Beberapa contoh penurunan sikap yang dimaksud adalah :
1.      Sikap acuh tak acuh seorang anak terhadap orang tuanya, karena sibuk dengan gadget dan game.
2.      Kurangnya perhatian ibu terhadap anak, dikarenakan sang ibu terlalu sibuk dengan media sosial yang sedang digandrunginya.

3.      Saling hujat antar pengguna media sosial (netizen) melalui akun Facebook, Instagram atau yang lainnya.
4.      Penghinaan terhadap pemerintah dan ulama melalui media sosial.
5.      Terlalu sibuk bermain Mobile Legend, sehingga membuat malas belajar dan kuliah yang berujung pada ketidak lulusan.

Lima hal diatas adalah beberapa perkara yang akhir-akhir ini marak terjadi pada pengguna media sosial, khususnya anak muda yang  jelas jelas menyimpang dari nilai-nilai adat, adab, dan tatanan yang ada. Pertama, sikap acuh tak acuh seorang anak kepada orang tuanya. Bukankah sikap seperti ini sudah sangat menyimpang dari tatanan yang ada? Karena orang tua sangatlah terhormat dan mulia, baik disisi manusia dan disisi Allah. Bagaimana bisa seorang anak bersikap apatis terhadap orang tuanya yang jelas-jelas paling berjasa dalam hidupnya. Terhadap orang tuanya saja bersikap apatis, apalagi terhadap orang lain. Sedangkan dalam islam telah diperintahkan kepada setiap manusia untuk berbakti dan bersikap baik kepada orang tua, seperti yang difirmankan Allah SWT. dalam surat Al Isra’ ayat 23 :
وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ

Kedua, kurangnya perhatian seorang ibu kepada anak, dikarenakan ibunya sibuk dengan media sosial yang sedang digandrungi. Sikap ini jelas amat menyimpang. Karena sikap orang tua, sedikit atau banyak pasti ditiru oleh seorang anak. Bagaimana mungkin seorang anak menjadi perhatian dan baik kepada orang tuanya, sedangkan ibunya sendiri sibuk dengan smartphone miliknya. Suatu hal yang  mustahil, seperti kata pepatahbuah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.

Ketiga, saling hujat dan menjatuhkan di akun media sosial yang memilki banyak dampak buruk bagi pihak yang bersangkutan. Alangkah baiknya, jika pihak yang bersangkutan saling bertemu dan membicarakan duduk masalah dengan hati yang lapang, bukan dengan bentuk ujaran kebencian terhadap sesuatu yang belum jelas kebenarannya melalui media sosial. Karena hakikat media sosial di era modern ini adalah alat untuk membangun silaturrahmi jarak yang jauh, bukan untuk memecah belah persaudaraan.

Keempat, penghinaan terhadap pemerintah dan ulama. Sudah tidak diragukan lagi, hal ini sedang marak sekali dikalangan netizen, contohnya membuat gambar bertulisan (meme) dengan objek presiden atau ulama. Hal ini sangat menyimpang adab dan tatanan budaya serta agama. Mencaci sesama teman saja tidak boleh, apalagi seorang santri, yang seharusnya memiliki rasa hormat terhadap guru atau ulama, juga pemerintahan.

Kelima, menyibukkan diri dengan bermain gadget dan game hingga malas dan lupa niat dan kewajiban utama seorang pelajar, malas kuliah, dan berujung pada ketidak lulusan. Hal ini juga sangat menyimpang. Bahkan menurut saya, orang orang seperti diatas telah “berdosa” kepada banyak pihak, antara lain orang tuanya, gurunya, dosa kepada negaranya bagi mahasiswa yang bersekolah diluar negeri, karena Negara telah mengamanahkan kepercayaan padanya sebagai duta bangsa, dan yang terakhir dosa kepada dirinya sendiri, karena telah menyelewengkan niat dan membohongi hati masing-masing.

Itulah beberapa contoh perbuatan kurang baik yang diakibatkan dari penyalahgunaan teknologi modern. Alangkah baiknya kita menjauhi hal-hal yang diatas, dan lebih selektif lagi dalam menggunakan teknologi yang serba canggih pada zaman sekarang, juga tetap menjaga adab serta etika kepada sesama. Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menyikapai teknologi pada masa sekarang ini adalah:

1.      Menggunakan teknologi berdasarkan kebutuhan, bukan berdasarkan keinginan.
2.      Memperbanyak membaca buku, daripada membaca potongan kisah atau berita di media sosial.
3.      Memperdalam ilmu agama, sebagai benteng dan pegangan dalam berkehidupan.

Demikianlah yang dapat kami tuliskan, semoga bermanfaat kepada kami khususnya, dan kepada pembaca sekalian umumnya. Kurang lebihnya mohon maaf atas segala khilaf. Semoga Allah menjaga kita semua dari segala hal yang menurut-Nya kurang baik, dan semoga kita dijadikan sebagai hamba yang taat dan patuh terhadap perintah dan larangan-Nya. Aamiin.

September 18, 2018

,


Sholat adalah salah satu ibadah terampuh untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, ia adalah ibadah paling utama dari sekian banyak ibadah yang diwajibkan pada seorang Muslim, dan menjadi tiang utama agama. Sebelumnya pun (subuh, dzuhur, ashar, dan isyak) disunnahkan sholat dan setelahnya (dzuhur, maghrib, dan isyak) sekaligus agar menutupi kealpaan di dalam sholat yang di wajibkan.
Allah ta'ala berfirman:

ان الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر والبغي
Sesungguhnya sholat dapat mencegah dari perbuatan keji dan perbuatan Munkar. (Q.S Al-'ankabut : 45)

Imam ibnu katsir berpendapat akan ayat tersebut bahwa sholat mengandung 2 manfaat yaitu:

  1.  Mencegah perbuatan keji (tak etis).

  1. Mencegah kemungkaran, dan itu semua akan tercapai dengan terus melakukan sholat sehingga jika hamba tak melakukan fahsya' dan Munkar maka ia pasti melakukan sebaliknya dalam artian kebaikanlah yang menghiasi dirinya. Seseorang yang telah bersih akan perbuatan jelek ia akan senantiasa senang akan kebaikan dan dirinya tak akan tenang jika melakukan perbuatan yang dilarang secara norma atau agama, maka orang seperti ini diibaratkan haus akan segar kebaikan, ia lapar akan enaknya beribadah kepada Allah, dan islam tak membiarkan orang seperti ini terlantar, segar dan enak yang dinantikan adalah dekat pada Allah dan kecintaan dari Nya.

Allah berfirman di hadits qudsi dengan rambu-rambu bagi hamba yang seperti ini, bahwa seorang hamba akan dekat kepada Allah dengan ibadah wajibnya dan akan di cintai oleh Nya dengan ibadah sunnah

من عادى لي وليّاً فقد آذنته بالحرب، وما تقرب إليّ عبدي بشيء أحب إليّ مما افترضته عليه، ولا يزال عبدي يتقرب إليّ بالنوافل حتى أحبه، فإذا أحببته كنت سمعه الذي يسمع به، وبصره الذي يبصر به، ويده التي يبطش بها، ورجله التي يمشي بها، ولئن سألني لأعـطينه، ولئن استعاذني لأعيذنه. 

“Barangsiapa memusuhi waliku maka Aku mengumumkan perang terhadapnya, dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan suatu amalan yang lebih aku cintai dari amalan yang aku wajibkan padanya. Dan senantiasa seorang hamba mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah hingga aku mencintai-Nya. Jika Aku mencintainya : Maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dia gunakan mendengar, dan Aku menjadi mata yang dia gunakan melihat, dan Aku menjadi tangan yang dia gunakan memegang, dan Aku menjadi kakinya yang dia pergunakan berjalan, jika dia meminta pada-Ku Aku akan memberinya, dan jika Dia meminta perlindungan kepada-Ku maka Aku akan melindunginya.”

Ibnu Hajar al-Asqolani berkata: penyebutan pendengaran, mata, tangan, dan kaki adalah tanda bahwa ia akan digerakan langsung oleh Allah, dan semua anggota tubuhnya akan selalu berbuat taat pada Nya.

Maka selayaknya seorang hamba yang memang menghamba pada Allah, melakukan apa yang telah diperintahkan seperti sholat, puasa, zakat, dan haji. Dengan hal itu ia mendekat pada sang pencipta, tapi belum bisa dikatan Allah cinta padanya. Jika ingin dicintai oleh Allah hal yang harus di kembangkan olehnya adalah melakukan perkara sunnah. Karena tiada yang bisa membahagiakan diri selain dekat dengan Allah dan tiada yang memuaskan hati selain cinta dari Nya, maka kedekatan pada Nya adalah keniscayaan yang harus diperjuangkan dan kecintaan dari Nya adalah mahligai kenikmatan. Duhai hamba yang mendengar akan petunjuk Nya, yang melihat akan cahaya abadi Nya, yang bertindak sesuai sunnah Nya, yang berjalan ke jannah Nya, yang selalu bersama Nya.

Oleh: Fauzan


September 12, 2018

,

     


Berkenaan dengan peradaban di Jazirah Arab, sudah tidak diragukan lagi akan kekayaan peradaban kuno yang sudang berlangsung lama, terbukti saat islam mewariskan peradaban berdirinya kerajaan-kerajaan yang memiliki arsitektur handal dan berpengalaman. Namun sebelum melangkah lebih jauh alangkah baiknya memahmi definisi peradaban (hadoroh), menurut pemikir islam peradaban adalah sebuah inovasi baru akan keberlangsungan hidup manusia dari berbagai tatanan hidup sosial, keilmuan, produksi dan profesi.

Melihat pada wilayah Asia khususnya negara kita Indonesia, apakah Indonesia punya warisan peradaban Islam? lalu apa perbedaan peradaban islam antara Indonesia dan Arab?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut penulis teringat ungkapan Prof.Dr.Qomaruddin Hidayat, mantan dekan Uin Syarif Hidayatullah Jakarta pada acara talk show di Hay Sadis Kairo, beliau berkata "perbedaan peradaban islam antara Indonesia dan Arab, kalau di negara Arab seperti Palestina, Syiria, mesir dan negara arab lainnya mereka memilki warisan peradaban untuk di perlihatkan, kalau di Indonesia tidak memiliki peradaban melainkan akan mewariskan peradaban islam". Indonesia akan mewariskan peradaban islam melalui generasi muda khususnya para pelajar yang kini masih dalam tahapan proses. Indonesia mengutus pelajar ke berbagai kancah negara Mesir, Sudan, Yaman bahkan ke Benua Eropa dengan satu misi yaitu akan mewariskan peradaban islam.

            Ungkapan tersebut tidak bisa divoting langsung akan kebenerannya, buktinya Indonesia masih mempunyai peradaban islam melalui kerajaan-kerajaan kuno seperti kerjaan Majapahit walaupun tidak semasyhur peradaban islam di jazirah Arab dan Eropa, jazirah Arab sangat kaya akan peradaban, misalnya Al quds Yarussalem di Palestina, benteng Salahuddin kairo mesir belum lagi di wilayah baghdad.

           Peradaban islam tidak hanya masyhur di jazirah Arab melainkan di Benua Eropa juga masyhur akan peradaban tersebut, seperti Spanyol yang merupakan pusat peradaban islam selain Baghdad. Dari islamlah Eropa banyak mendapat ilmun dan menyerap peradapan, sehingga kehadiran islam di Spanyol banyak menarik perhatian sejarawan.


By. Dhaifil NQ


September 04, 2018

,



Bersumber dari Sayyidina Ali karromallahu wajhah:

تغرب عن الوطن فى طلب العلي  #  وسافر ففى الأسفار خمس فوا ئد
تفرج هم واكتساب معيشه # وعلم وأداب وصحبه ماجد

“Tingalkan Negaramu, niscaya kau menjadi mulya dan pergilah karena berpergian itu mempuyai lima faidah”

“Menghibur dari kesedihan, mendapat ilmu dan adab serta bertemu degan kawan-kawan yang baik”

فإن قيل فى الأسفار ذل شدة وقطع # الفيافي وارتكاب الشدائد                                      

فموت الفتى خير له من حياته  بدار#  هون بين واش وحاسد                                     

“Jika dikatakan bahwa berpergian itu mengandung kehinaan atupun kematian, kekerasan, dan harus melewati jalan yang tak bertepian serta penuh dengan tantagan”

“Maka bagi pemuda kematianlah lebih baik dari pada hidup di kampung dengan para pembohong dan pendengki”

Para ulamapun melakukan perjalanan jauh untuk menuntut ilmu, sebagaimana yang dialami Imam Bukhari ra, begitu juga yang dialami Imam kita Imam Syafi’i sendiri, yang berkelana dari tanah kelahiran beliau Palestina menuju Mekkah, kemudian dilanjuatkan ke Madinah, ke Yaman, ke Iraq,  dan terakhir ke Mesir dan beliaupun  wafat di Mesir.

Tak ada jalan pintas untuk menjadi khokage.

Begitu juga tak ada jalan pintas untuk meraih cita-cita.

Mungkin kita mempuyai kawan yang cerdas dan super jenius yang di luar kemampuan kita.

Akan tetapi kita tak usaha sedih, kitapun akan menjadi jenius dengan kesungguhan kita.

Hanya doa dan kesunguhan yang mengantarkan kita menuju kesuksesn . Amien.


Oleh : Moh Fajar Fadhilah




September 03, 2018

,


“Hilang satu, tumbuh seribu”, pribahasa ini sudah tidak asing lagi di kalangan para pelajar, pribahasa yang singkat tapi penuh sarat makna, pribahasa yang konon hanya sebatas pelajaran,  tapi sekarang  sudah terpelajarkan, pribahasa yang dulu hanya sebagai acuan contoh, tapi sekarang sudah tercontohkan, baik dalam keadaan sadar maupun di luar kesadaran. Karena kenyataan dalam pribahasa itu kerap terjadi pada diri seseorang. ya, mengapa tidak? Karena kita terkadang mengaharapkan sesuatu yang kita idam-idamkan, akan tetapi semua itu tak tersampaikan. Maka lekaslah seseorang yang bersifat pesimis untuk tidak terlalu memikirkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, dan bagi orang-orang yang bersifat optimis semua itu adalah ujian yang Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang setimpal, maka berdirilah pribahasa itu sebagai acuan contoh sekaligus tercontohkan dan sebuah pelajaran sekaligus terpelajarkan. Dan terpujilah sebuah perkataan Arab yang mengatakan:

خير الكلام ما قل وهو دل

   Sebaik-baik perkataan adalah perkataan yang sedikit akan tetapi perkataan itu sampai terhadap apa yang dimaksud”

                Hidup adalah teka-teki yang tiada satupun orang yang bisa mengetahui suatu hal yang akan terjadi pada masa-masa mendatang, sesuai dengan syiir jahili Zuhairu ibnu sulma:

وأعلم ما في اليوم والأمس قبله
ولكنني عن علم ما في غد عمي

       “dan aku mengetahui apa-apa yang terjadi pada masa sekarang (hal) dan hari-hari sebelumnya,  akan tetapi aku tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada hari esok”

                Terkadang apa-apa yang kita harapkan tidak bisa kita capai, dan apa-apa yang  tidak terpikirkan sebelumnya justru itu yang kita dapatkan,  baik lebih baik ataupun sebaliknya. Tapi percayalah!  Allah itu tidak diam, selagi mau bersabar, tawakkal, berusaha dan doa. Dia akan selalu bersama hamba-hambaNya sepanjang masa.

Hidup juga bisa diartikan sebagai alat dan perantara untuk sampai pada tujuan. Dimana kesenangan, kesedihan, kebahagiaan,  kesengsaraan,  selalu setia menunggu dan menemani kehidupan setiap insan. Berani hidup berarti berani bertanggung jawab atas segala sesuatu yang akan menimpa hari-hari kita dari segi kesengsaraan atau kebahagiaan. Karena Allah SWT. sangatlah suka terhadap hamba-hambaNya yang tak pernah berputus asa di dalam hidupnya. Berbica tentang putus asa, mungkin hal ini bagian dari sifat manusia yang kental dan manusiawi,  tetapi tidak ada alasan bagi manusia untuk melakukan hal tersebut. Selain karena dilarang di dalam agama Islam, hal tersebut juga merupakan hal keji, sebagaimana dalam firmanNya:

ولاتيأسوا من روح الله إنه لاييئس من روح الله إلا القوم الكافرون

Artinya:
        dan janganlah kamu sekalian berputus asa dari rahmat Allah,  Sesunguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah melainkan orang-orang yang kafir. (Q. S Yusuf :87)

Dan firman-Nya:
قال ومن يقنط من رحمة ربه إلا الضالون

Artinya :
     "Ibarahim berkata: Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat rabnya kecuali orang -orang yang sesat". (Q. S al-hijr:56).

Jadi tidak heran jika sifat putus asa adalah hal yang dibenci oleh Allah. Sebesar apapun harapan yang pupus dan gagal kita dapatkan, niscaya semua itu ada gantinya bahkan lebih baik. Karena Allah tidak akan pernah diam bagi hamba-hambaNya yang selalu ingin berusaha. Karena tujuan dan keinginan tidak hanya bisa didapatkan dengan berandai-andai.  Bagi yang berasumsi seperti itu, niscaya ia sudah tertipu oleh angan-angannya selaras dengan firman-Nya:

وغرتكم الأماني
"dan kalian ditipu oleh angan-angan kosong". (QS al-hadid:14).

Oleh: Moh. Dayat


,


Pagi itu aku terbangun oleh gemerisik teman yang sedang membuka lemari. Aku paksa membuka mata melihat jam di hape walau masih terasa sulit berkedip, waktu menunjukkan jam 02:05, Tenaga belum sepenuhnya terkumpul, tubuh masih terasa berat  digerakkan, mungkin karena bangun terlalu pagi, Sambari menunggu semuannya pulih aku pun membuka semua akun milikku mulai dari istagram, whatsaap, facebook dll. Setelah sekitar 15 menit aku setalking semua setatus temen- temen, badanku mulai sedikit terasa ringan untuk digerakkan. Sahalat subuh tinggal 45 menit lagi, aku sempatkan untuk shalat tahajjud walau cuma beberapa rakaat, dilanjutkan membaca dzikir- dzikir sambil lalu menunggu datangangnya waktu shalat subuh.

 Akhirnya adzan subuh pun berkumandang. Entah kenapa aku mulai merasa ngantuk lagi,  badan pun terasa mager (malas gerak). Walau terasa lunglai, aku paksakan untuk berjemaah di mushallah yang terletak di lantai dasar. Seperti biasa teman-teman setiap shubuh bergantian untuk menjadi Imam, saat itu aku lebih memilih menjadi Makmum.  Setelah selesai shalat, salah seorang dari barisan makmum maju kedepan untuk menyampaikan sedikit mauidzah, Namanya Hafidz, aku kenal betul orang itu, Baik, rajin, ramah, setiap ketemu kami selalu menyempatkan waktu untuk sekedar bercengkrama dan saling mendoakan. Entah kenapa waktu itu aku merasa sangat antusias mendengar kalimat demi kalimat yang dia sampaikan, bahkan badan yang awalnya loyo dan ngantuk mulai terasa segar, hati yang awalnya gersang  pun terasa tenang, Padahal tema yang dia angkat  biasa-biasa saja, bahkan bisa dibilang sangat sederhana. Disela-sela dia menyampaikan aku coba mentadabburi perasaan yang aku alami, Sembari bertanya-tanya dalam hati, apa yang membuatku merasa nikmat mendengar kalimat yang dia sampaikan, dan merasakan hal yang sangat berbeda dibanding  dari mauidzah-mauidzah  teman teman sebelumnya. Aku pun mulai sadar, ternyata jawabannya satu, yaitu rasa cinta. Yaa, cinta yang membuatku merasa sejuk mendengar kalimat yang dia sampaikan. Benar apa kata  pepatah yang mengatakan:

عين الرضا عن كل عيب كليلة وعين السخط تبدى المساويا
(pandangan simpati menutup segala cela, sebagaimana pandangan benci menampakkan segala cacat)

Lebih jelasnya kita tak perlu terlihat pintar dihadapan mereka agar mereka mendengarkan kita, cukup dengan perangai baik yang kita tampakkan dalam kehidupan sehari-hari.  

lagi-lagi kita dihadapkan pada topik yang sangat krusial dan selalu relevan untuk disampaikan, berbicara tentang cinta seakan-akan kita dihadapkan pada air laut yang  tak pernah dan tidak akan habis untuk dikuras, ‘’The never ending story”, cerita yang tidak pernah selesai. Namun kali ini saya tidak bermaksud  membahas cinta dari sudut pandang para pujangga dalam mendefinisikan cinta, yang  sebagian mengatakan kalau cinta itu buta, cinta itu pengorbanan, cinta itu memberi.  Namun ujung-ujungnya mereka sadar kalau cinta tak bisa didefinisikan dengan kata kata, karena memang sifatnya yang metafisik, mendasari keberadaan segala sesuatu. Keberadaannya yang memang abstarak dan aneh sealalu membuat kita geleng-geleng sendiri. Semuanya tergantung bagaimana kalian menginterpretasikannya. Tentunya setiap orang bebas mendefinisikan cinta, namun jangan kerucutkan cinta hanya pada relasi eksklusif  dengan lawan jenis saja, pada sesama jenis pun sebagai mahkluk bersosial kitak tak boleh lepas dari yang namanya cinta karena cinta tak hanya tentang kisah romeo juliet atau laila majnun.  Bisa dikatakan saya menulis artikel ini karena cinta, saya kagum pada misteri kekuatan cinta yang dapat mengubah segalanya, membuka yang tertup, mengubah gelap menjadi terang.

 Selain kisah yang saya alami sendiri di atas, berikut adalah beberapa kisah yang menggambarkan begitu dahasyatnya kekuatan cinta yang penulis rangkum dari lingkungan sekitar: 
Kisah seorang pecinta burung yang setiap hari rela menghabiskan waktunya demi si burung mulai dari pengawasan 24 jam, memandikannya bahkan rela pergi ke hutan hanya untuk mencari makan burung tersebut. Meskipun banyak yang mencibir dan mengolok-olok sebagai orang yang kurang waras, kekuatan cinta tidak membuatnya surut.

kisah seorang pecinta bola, terlebih mereka yang fanatik terhadap tim dukungannya, dia rela begadang  mengahabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menyaksikan tim favoritnya berlaga. Bahkan sebagian mereka rela mengorbankan nyawa hanya demi membela tim kesayangannya, caci maki, perkelahian, bentrokan satu sama lain sudah mewarnai kesehariannya. Pemandangan seperti ini sudah biasa kita lihat dimana-mana, terlebih di negri kita indonesia. Sekilas terlihat sangatlah aneh dan tidak masuk akal namun lagi lagi kita tidak bisa menampik fakta bahwa kekuatan cintalah yang membuat mereka tidak sadar.

Dari beberapa kisah yang saya sampaikan diatas, aku berhayal seandainya negri ini dipimpin oleh para pemimpin yang mempunyai rasa cinta terhadap negrinya, serta kecintaan rakyat yang tak kalah besarnya, taat mengikuti peraturan negrinya, menumbuhkan rasa sosial dan sikap saling peduli antar sesama betapa indahnya negri ini, apalagi kalau rasa cinta itu dimuarakan pada satu tujuan yaitu cinta terhadap tuhannya. Tentunya kita menginginkan bagaimana rasanya hidup bersama dengan rasa cinta, jauh dari rasa saling membenci, menghujat satu sama lain, yang ada rasa saling empati, saling tolong-menolong, menutup kekurangan orang lain dengan memberi masukan, bukan dengan mengkritik satu sama lain tanpa adanya masukan apalagi sampai saling menjatuhkan satu dengan yang lainnya tanpa ada rasa ingin maju bersama.hmm.. entahlah, itu cuma hayalan. semoga saja bukan sekedar obsesi semu.

Ada banyak cara untuk menjaga keindahan negri ini. Dan setiap orang dapat berkontribusi dengan menyumbangkan tenaga sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya masing-masing. Sebagai penduduk yang jauh dari tanah air pun, kita masih bisa berkontribusi. Seperti contoh kita sebagai mahasiswa Mesir cukup dengan menjaga predikat indonesia sebagai “Ahsannas” di mata masyarakat-masyarakat Mesir. Caranya cukup dengan menampakkan perangai baik selama kita berintraksi dengan mereka, buktikan pada mereka kalau Indonesia memang pantas menyandang predikat “Ahsannas”, dan masih banyak cara-cara lainnya setidaknya kalau tidak bisa menjaga nama baik indonesia jangan sampai mengotori nama baiknya.


Oleh: Wafi Fatih





Agustus 30, 2018

,


























Jika kita berbicara tentang peradaban Islam, tentunya yang ada dalam pikiran kita adalah era keemasan Islam, yaitu kemajuan peradaban Islam dimasa lalu. Entah kemajuan tersebut ditinjau dari sisi keilmuan, kebudayaan, arteristik bangunanya, ekonomi, dan lain sebagainya. Kemajuan peradaban Islam pada waktu itu telah menjadi catatan emas yang tertulis dalam sejarah Islam, seperti contoh peradaban Islam yang bersinar ditanah Syam, Andalus, Baghdad, Konstantinopel dan lain sebagainya. Baik itu dibawah pemerintahan Dinasti Umayyah, Abbasiah, Ustmaniyyah, dan Dinasti-Dinasti yang muncul pada waktu itu. Pakar sejarawan juga telah mengakui kemajuan peradaban Islam tersebut. Betapa hebatnya umat Islam pada masa itu. Nama mereka menjadi cambuk terhadap kerajaan-kerajaan yang menjadi penentangnya, dan mereka disegani oleh sekutu-sekutunya. Mereka ditakuti pada waktu itu, dan mereka disegani pada waktu itu.

Dikarenakan majunya peradaban Islam pada waktu itu, berdampak pada kesejahteraan hidup yang dirasakan oleh umat Islam. Karena tolak ukur dari majunya suatu Negara, salah satunya dilihat dari tingkat kesejahteraan masyarakat dalam Negara tersebut. Dan ini menjadi salah satu tolak ukur sebuah Negara maju menurut pakar ilmu. Tidak diragukan lagi bahwa peradaban Islam yang terjadi pada masa Kerajaan mampu bersaing dengan peradaban yang terjadi pada Kerajaan lainnya. Ini membuktikan bahwa, Kerajaan Islam dalam pandangan mereka, sangat diperhitungkan keberadaannya saat itu.

Jika kita bertanya tentang subjek dari kemajuan peradaban Islam saat itu, tentu saja jawabannya adalah umat Islam itu sendiri. Umat yang dianugerahkan oleh Tuhan untuk menjadi pengikut utusan-Nya yang istimewa (Nabi Muhammad SAW). Dan jika kita bertanya tentang bagaimana cara mereka menempatkan diri mereka pada titik puncak peradaban tersebut, tentunya hal tersebut berada pada keinginan serta usaha yang kuat yang berada pada diri mereka. Telah kita ketahui bahwa umat Islam pada zaman itu memiliki keinginan untuk menyebarkan agama mereka dan mengajarkan agama mereka kepada orang lain yang berada di luar wilayah mereka, dengan cara melakukan ekspedisi-ekspedisi dengan menaklukan wilayah-wilayah yang berada di luar wilayah kerajaan Islam saat itu. Akan tetapi, umat Islam tidak hanya menaklukan wilayah tersebut dan memperkenalkan serta mengajarkan agama Islam, akan tetapi mereka juga mempelajari serta menelaah peradaban yang terjadi di wilayah itu. Seperti contoh peradaban Yunani yang berada di Andalusia dan lain sebagainya. Dari peradaban tersebut, mereka dapat menjadikan Andalusia sebagai wilayah yang memiliki peradaban sangat maju waktu itu, yang dapat bersaing dengan wilayah-wilayah lain yang juga maju peradabannya.

Jadi, dari sini dapat disimpulkan bahwa, peradaban Islam masa lalu maju dikarenakan beberapa faktor. Pertama, mereka melakukan ekspansi-ekspansi, dan penaklukan untuk menyebarkan agama Islam, yang mana dengan cara ini juga mereka dapat mengetahui peradaban yang ada pada wilayah tersebut. Yang kedua, mereka mendalami ilmu-ilmu yang berkembang dalam wilayah tersebut. Dan tidak dapat terlepas dari faktor trsebut ialah kecintaan mereka akan ilmu. Tidak dapat dipungkiri bahwa, kecintaan ulama-ulama terhadap ilmu pada waktu itu sangat besar. Yang mana kecintaan mereka ini, dapat menjadikan mereka sebagai pelopor ataupun first man dalam terjadinya peradaban Islam.

Akan tetapi, kemegahan serta kemajuan peradaban Islam pada saat itu harus berakhir dengan munculnya berbagai macam problem yang menyelimuti umat Islam pada saat itu. Banyak faktor yang menyebabkan runtuhnya peradaban Islam saat itu seperti perselisihan antara dua penguasa yang diteruskan dengan bunuh-membunuh diantara dua kubu itu, para penguasa yang hidup bermewah-mewah, kemerosotan moral, serta budaya korupsi yang telah merakar dalam diri penguasa serta pejabat-pejabat kerajaan. Inilah beberapa faktor yang terjadi pada masa kerajaan Islam yang menyebabkan merosotnya serta runtuhnya peradaban keemasan Islam saat itu. Entah itu terjadi pada masa Dinasti Umayyah, Abbasiyah, ataupun Utsmaniah. Telah kita ketahui bahwa Dinasti Islamiyah yang terakhir adalah Dinasti Ustmaniyah. Dinasti ini runtuh pada abad ke 20, yaitu awal abad ke 20. Setelah kejadian tersebut, wilayah-wilayah yang ada di bawah naungan Dinasti Ustmaniah memisahkan diri dan membangun sistem pemerintahan sendiri. Sejak saat itu eksistensi umat Islam dalam pandangan umat lain mulai runtuh. Tak seperti yang terjadi pada saat dimana peradaban Islam memperlihatkan kejayaannya, umat Islam dipandang sebelah mata, mereka tidak disegani lagi.

Memang sejatinya manusia dihiasi oleh Allah dengan hawa nafsu. Yang mana, dengan adanya hawa nafsu tersebut, manusia berjalan di jalan yang benar, dan dijalan yang salah. Memang banyak yang menyayangkan hal tersebut. Mulai dari kalangan cendekiawan, ulama, ataupun umat Islam sendiri. Yang terjadi sekarang hanya sebuah angan yang menggambarkan kejadian spektakuler tersebut. Tanpa pernah merasakan indahnya hidup dalam keadaan tersebut.

 Oleh: Rizal




















Follow Us @soratemplates