Oleh : M. Abdul Malikul Ngibad
Dengan menyebut Nama Tuhan yang Maha Kuasa
atas segala sesuatu, segala puji tetap untuk-Nya, dan salam sejahtera semoga
selalu terlimpahkan untuk kekasih tercinta-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa
sekarang kita semua telah memasuki era modernisasi, era dimana segalanya serba
instan atau cepat saji, baik dalam segi apa saja, terutama dalam segi
Informasi, yang disajikan secara cepat, bahkan bisa dikatakan disajikan dengan
hitungan detik saja. Berbeda halnya dengan era 90-an, yang membutuhkan waktu
berjam-jam, bahkan berhari-hari dalam menyajikan sebuah berita, dikarenakan
sarana yang kurang memadai jika dibandingkan dengan sekarang. Tetapi tidak diragukan lagi semakin cepat sebuah informasi sampai,
maka semakin membingungkan pula informasi tersebut, karena informasi yang
bersifat HOAX dan REAL datang secara bersamaan, bahkan terkadang sesuatu
yang bersifat hoax akan lebih cepat sampai daripada sesuatu yang riil, dikarenakan
beberapa motif tertentu.
Salah satu contohnya adalah
provokasi terhadap masyarakat, agar terbentuk pola pikir sesuai dengan
kepentingan pihak tertentu. Bermula dari hal seperti ini, sedikit demi sedikit,
merubah pola pikir dan moral anak bangsa. Bagaimana tidak, sifat seorang pemuda
yang serba ingin tahu membuatnya menggeledah berbagai informasi yang dianggap
penting, tetapi bukan yang mereka butuhkan, sehingga apa yang cepat muncul
dihadapannya, dijadikan acuan untuk berpendapat terhadap sesuatu, tanpa melihat
apakah yang didapat itu berasal dari sumber yang benar-benar valid atau tidak.
Jika yang didapatkan adalah informasi yang riial, maka
ia beruntung, akan tetapi jika sebaliknya, maka ia akan termakan provokasi yang
berujung saling menghujat satu sama lain, tanpa menggunakan adab atau etika yang ada.
Seperti yang kita ketahui akhir
akhir ini, sedang marak info politik “#2019gantipresiden”. Pihak A
mencari celah untuk menjatuhkan pihak B, segala bentuk usaha dilakukan, begitu
pula sebaliknya. Lalu bagaimana dengan para pemuda yang bersahabat dengan
gadget? Sudah pasti, mereka akan langsung berkomentar tanpa melihat kanan dan
kiri dulu, hingga menimbulkan hujatan, kebencian, bahkan pertikaian antar
kelompok. Padahal semua yang mereka lihat dan baca belum tentu sesuai dengan kenyataan.
Demikianlah yang disebut dengan moral yang rusak oleh teknologi modern. Padahal
dalam Islam sendiri telah diajarkan, jika timbul suatu masalah, maka diwajibkan
untuk ber-tabayyun
atau mencari kejelasan dari sumber yang terpercaya. Untuk
selanjutnya, akan kami bahas tentang apa maksud dari judul “Pengikisan Moral
dengan Teknologi dan Modernisasi”.
Pengikisan berasal dari kata kikis
yang mempunyai arti hilang atau habis. Kemudian mendapat turunan sehingga
terbentuk kata pengikisan dan bermakna penurunan. Moral
dalam KBBI bermakna sikap atau perilaku. Teknologi adalah sebuah sarana atau
alat yang digunakan untuk membantu manusia. Sedangkan modernisasi menurut
KBBI adalah pergeseran sikap warga untuk dapat hidup dengan tuntutan kini. Jadi
maksud dari judul diatas adalah Penurunan sikap warga yang disebabkan oleh
kemajuan teknologi. Beberapa contoh penurunan sikap yang dimaksud adalah :
1.
Sikap acuh tak acuh seorang anak terhadap orang tuanya, karena
sibuk dengan gadget dan game.
2.
Kurangnya perhatian ibu terhadap anak, dikarenakan sang ibu terlalu
sibuk dengan media sosial yang sedang digandrunginya.
3.
Saling hujat antar pengguna media sosial (netizen) melalui
akun Facebook, Instagram atau yang lainnya.
4.
Penghinaan terhadap pemerintah dan ulama
melalui media sosial.
5.
Terlalu sibuk bermain Mobile Legend, sehingga membuat malas
belajar dan kuliah yang berujung pada ketidak lulusan.
Lima hal diatas adalah beberapa perkara yang
akhir-akhir ini marak terjadi pada pengguna media sosial, khususnya anak muda
yang jelas jelas menyimpang dari
nilai-nilai adat, adab, dan tatanan yang ada. Pertama, sikap acuh tak acuh seorang anak kepada orang tuanya. Bukankah
sikap seperti ini sudah sangat menyimpang dari tatanan yang ada? Karena orang
tua sangatlah terhormat dan mulia, baik disisi manusia dan disisi Allah. Bagaimana
bisa seorang anak bersikap apatis terhadap orang tuanya yang jelas-jelas
paling berjasa dalam hidupnya. Terhadap orang tuanya saja bersikap apatis,
apalagi terhadap orang lain. Sedangkan dalam islam telah diperintahkan kepada
setiap manusia untuk berbakti dan bersikap baik kepada orang tua, seperti yang difirmankan
Allah SWT. dalam surat Al Isra’ ayat 23 :
ÙˆَÙ‚َضَÙ‰ٰ
رَبُّÙƒَ Ø£َÙ„َّا تَعْبُدُوا Ø¥ِÙ„َّا Ø¥ِÙŠَّاهُ ÙˆَبِالْÙˆَالِدَÙŠْÙ†ِ Ø¥ِØْسَانًا ۚ
Kedua, kurangnya perhatian seorang
ibu kepada anak, dikarenakan ibunya sibuk dengan media sosial yang sedang
digandrungi. Sikap ini jelas amat menyimpang. Karena sikap orang tua, sedikit
atau banyak pasti ditiru oleh seorang anak. Bagaimana mungkin seorang anak
menjadi perhatian dan baik kepada orang tuanya, sedangkan ibunya sendiri sibuk
dengan smartphone miliknya. Suatu hal yang mustahil, seperti kata pepatah “buah
jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.”
Ketiga, saling hujat dan menjatuhkan
di akun media sosial yang memilki banyak dampak buruk bagi pihak yang
bersangkutan. Alangkah baiknya, jika pihak yang bersangkutan saling bertemu dan
membicarakan duduk masalah dengan hati yang lapang, bukan dengan bentuk ujaran
kebencian terhadap sesuatu yang belum jelas kebenarannya melalui media sosial.
Karena hakikat media sosial di era modern ini adalah alat untuk membangun
silaturrahmi jarak yang jauh, bukan untuk memecah belah persaudaraan.
Keempat, penghinaan terhadap
pemerintah dan ulama. Sudah tidak diragukan lagi, hal ini sedang marak sekali
dikalangan netizen, contohnya
membuat gambar bertulisan (meme) dengan objek presiden atau ulama. Hal ini
sangat menyimpang adab dan tatanan budaya serta agama. Mencaci sesama teman
saja tidak boleh, apalagi seorang santri, yang
seharusnya memiliki rasa hormat terhadap guru atau ulama, juga pemerintahan.
Kelima, menyibukkan diri dengan bermain
gadget dan game hingga malas dan lupa niat dan kewajiban utama seorang pelajar,
malas kuliah, dan berujung pada ketidak lulusan.
Hal ini juga sangat menyimpang. Bahkan menurut saya, orang orang seperti diatas
telah “berdosa” kepada banyak pihak, antara lain orang tuanya, gurunya, dosa kepada
negaranya bagi mahasiswa yang bersekolah diluar negeri, karena Negara telah
mengamanahkan kepercayaan padanya sebagai duta bangsa, dan yang terakhir dosa
kepada dirinya sendiri, karena telah menyelewengkan niat dan membohongi hati
masing-masing.
Itulah beberapa contoh perbuatan kurang
baik yang diakibatkan dari penyalahgunaan teknologi modern. Alangkah baiknya
kita menjauhi hal-hal yang diatas, dan lebih selektif lagi dalam menggunakan
teknologi yang serba canggih pada zaman sekarang, juga tetap menjaga adab serta
etika kepada sesama. Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menyikapai
teknologi pada masa sekarang ini adalah:
1.
Menggunakan teknologi berdasarkan kebutuhan, bukan berdasarkan
keinginan.
2.
Memperbanyak membaca buku, daripada membaca potongan kisah atau
berita di media sosial.
3.
Memperdalam ilmu agama, sebagai benteng dan pegangan dalam berkehidupan.
Demikianlah yang dapat kami tuliskan,
semoga bermanfaat kepada kami khususnya, dan kepada pembaca sekalian umumnya. Kurang
lebihnya mohon maaf atas segala khilaf. Semoga Allah menjaga kita semua dari
segala hal yang menurut-Nya kurang baik, dan semoga kita dijadikan sebagai
hamba yang taat dan patuh terhadap perintah dan larangan-Nya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar