September 20, 2018

Pengikisan Moral dengan Teknologi dan Modernisasi



Oleh : M. Abdul Malikul Ngibad

Dengan menyebut Nama Tuhan yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, segala puji tetap untuk-Nya, dan salam sejahtera semoga selalu terlimpahkan untuk kekasih tercinta-Nya. Tidak diragukan lagi bahwa sekarang kita semua telah memasuki era modernisasi, era dimana segalanya serba instan atau cepat saji, baik dalam segi apa saja, terutama dalam segi Informasi, yang disajikan secara cepat, bahkan bisa dikatakan disajikan dengan hitungan detik saja. Berbeda halnya dengan era 90-an, yang membutuhkan waktu berjam-jam, bahkan berhari-hari dalam menyajikan sebuah berita, dikarenakan sarana yang kurang memadai jika dibandingkan dengan sekarang. Tetapi tidak diragukan lagi semakin cepat sebuah informasi sampai, maka semakin membingungkan pula informasi tersebut, karena informasi yang bersifat HOAX dan REAL datang secara bersamaan, bahkan terkadang sesuatu yang bersifat hoax akan lebih cepat sampai daripada sesuatu yang riil, dikarenakan beberapa motif tertentu.

Salah satu contohnya adalah provokasi terhadap masyarakat, agar terbentuk pola pikir sesuai dengan kepentingan pihak tertentu. Bermula dari hal seperti ini, sedikit demi sedikit, merubah pola pikir dan moral anak bangsa. Bagaimana tidak, sifat seorang pemuda yang serba ingin tahu membuatnya menggeledah berbagai informasi yang dianggap penting, tetapi bukan yang mereka butuhkan, sehingga apa yang cepat muncul dihadapannya, dijadikan acuan untuk berpendapat terhadap sesuatu, tanpa melihat apakah yang didapat itu berasal dari sumber yang benar-benar valid atau tidak. Jika yang didapatkan adalah informasi yang riial, maka ia beruntung, akan tetapi jika sebaliknya, maka ia akan termakan provokasi yang berujung saling menghujat satu sama lain, tanpa menggunakan adab atau etika yang ada.

Seperti yang kita ketahui akhir akhir ini, sedang marak info politik “#2019gantipresiden”. Pihak A mencari celah untuk menjatuhkan pihak B, segala bentuk usaha dilakukan, begitu pula sebaliknya. Lalu bagaimana dengan para pemuda yang bersahabat dengan gadget? Sudah pasti, mereka akan langsung berkomentar tanpa melihat kanan dan kiri dulu, hingga menimbulkan hujatan, kebencian, bahkan pertikaian antar kelompok. Padahal semua yang mereka lihat dan baca belum tentu sesuai dengan kenyataan. Demikianlah yang disebut dengan moral yang rusak oleh teknologi modern. Padahal dalam Islam sendiri telah diajarkan, jika timbul suatu masalah, maka diwajibkan untuk ber-tabayyun atau mencari kejelasan dari sumber yang terpercaya. Untuk selanjutnya, akan kami bahas tentang apa maksud dari judul “Pengikisan Moral dengan Teknologi dan Modernisasi”.

Pengikisan berasal dari kata kikis yang mempunyai arti hilang atau habis. Kemudian mendapat turunan sehingga terbentuk kata pengikisan dan bermakna penurunan. Moral dalam KBBI bermakna sikap atau perilaku. Teknologi adalah sebuah sarana atau alat yang digunakan untuk membantu manusia. Sedangkan modernisasi menurut KBBI adalah pergeseran sikap warga untuk dapat hidup dengan tuntutan kini. Jadi maksud dari judul diatas adalah Penurunan sikap warga yang disebabkan oleh kemajuan teknologi. Beberapa contoh penurunan sikap yang dimaksud adalah :
1.      Sikap acuh tak acuh seorang anak terhadap orang tuanya, karena sibuk dengan gadget dan game.
2.      Kurangnya perhatian ibu terhadap anak, dikarenakan sang ibu terlalu sibuk dengan media sosial yang sedang digandrunginya.

3.      Saling hujat antar pengguna media sosial (netizen) melalui akun Facebook, Instagram atau yang lainnya.
4.      Penghinaan terhadap pemerintah dan ulama melalui media sosial.
5.      Terlalu sibuk bermain Mobile Legend, sehingga membuat malas belajar dan kuliah yang berujung pada ketidak lulusan.

Lima hal diatas adalah beberapa perkara yang akhir-akhir ini marak terjadi pada pengguna media sosial, khususnya anak muda yang  jelas jelas menyimpang dari nilai-nilai adat, adab, dan tatanan yang ada. Pertama, sikap acuh tak acuh seorang anak kepada orang tuanya. Bukankah sikap seperti ini sudah sangat menyimpang dari tatanan yang ada? Karena orang tua sangatlah terhormat dan mulia, baik disisi manusia dan disisi Allah. Bagaimana bisa seorang anak bersikap apatis terhadap orang tuanya yang jelas-jelas paling berjasa dalam hidupnya. Terhadap orang tuanya saja bersikap apatis, apalagi terhadap orang lain. Sedangkan dalam islam telah diperintahkan kepada setiap manusia untuk berbakti dan bersikap baik kepada orang tua, seperti yang difirmankan Allah SWT. dalam surat Al Isra’ ayat 23 :
ÙˆَÙ‚َضَÙ‰ٰ رَبُّÙƒَ Ø£َÙ„َّا تَعْبُدُوا Ø¥ِÙ„َّا Ø¥ِÙŠَّاهُ ÙˆَبِالْÙˆَالِدَÙŠْÙ†ِ Ø¥ِØ­ْسَانًا ۚ

Kedua, kurangnya perhatian seorang ibu kepada anak, dikarenakan ibunya sibuk dengan media sosial yang sedang digandrungi. Sikap ini jelas amat menyimpang. Karena sikap orang tua, sedikit atau banyak pasti ditiru oleh seorang anak. Bagaimana mungkin seorang anak menjadi perhatian dan baik kepada orang tuanya, sedangkan ibunya sendiri sibuk dengan smartphone miliknya. Suatu hal yang  mustahil, seperti kata pepatahbuah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya.

Ketiga, saling hujat dan menjatuhkan di akun media sosial yang memilki banyak dampak buruk bagi pihak yang bersangkutan. Alangkah baiknya, jika pihak yang bersangkutan saling bertemu dan membicarakan duduk masalah dengan hati yang lapang, bukan dengan bentuk ujaran kebencian terhadap sesuatu yang belum jelas kebenarannya melalui media sosial. Karena hakikat media sosial di era modern ini adalah alat untuk membangun silaturrahmi jarak yang jauh, bukan untuk memecah belah persaudaraan.

Keempat, penghinaan terhadap pemerintah dan ulama. Sudah tidak diragukan lagi, hal ini sedang marak sekali dikalangan netizen, contohnya membuat gambar bertulisan (meme) dengan objek presiden atau ulama. Hal ini sangat menyimpang adab dan tatanan budaya serta agama. Mencaci sesama teman saja tidak boleh, apalagi seorang santri, yang seharusnya memiliki rasa hormat terhadap guru atau ulama, juga pemerintahan.

Kelima, menyibukkan diri dengan bermain gadget dan game hingga malas dan lupa niat dan kewajiban utama seorang pelajar, malas kuliah, dan berujung pada ketidak lulusan. Hal ini juga sangat menyimpang. Bahkan menurut saya, orang orang seperti diatas telah “berdosa” kepada banyak pihak, antara lain orang tuanya, gurunya, dosa kepada negaranya bagi mahasiswa yang bersekolah diluar negeri, karena Negara telah mengamanahkan kepercayaan padanya sebagai duta bangsa, dan yang terakhir dosa kepada dirinya sendiri, karena telah menyelewengkan niat dan membohongi hati masing-masing.

Itulah beberapa contoh perbuatan kurang baik yang diakibatkan dari penyalahgunaan teknologi modern. Alangkah baiknya kita menjauhi hal-hal yang diatas, dan lebih selektif lagi dalam menggunakan teknologi yang serba canggih pada zaman sekarang, juga tetap menjaga adab serta etika kepada sesama. Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menyikapai teknologi pada masa sekarang ini adalah:

1.      Menggunakan teknologi berdasarkan kebutuhan, bukan berdasarkan keinginan.
2.      Memperbanyak membaca buku, daripada membaca potongan kisah atau berita di media sosial.
3.      Memperdalam ilmu agama, sebagai benteng dan pegangan dalam berkehidupan.

Demikianlah yang dapat kami tuliskan, semoga bermanfaat kepada kami khususnya, dan kepada pembaca sekalian umumnya. Kurang lebihnya mohon maaf atas segala khilaf. Semoga Allah menjaga kita semua dari segala hal yang menurut-Nya kurang baik, dan semoga kita dijadikan sebagai hamba yang taat dan patuh terhadap perintah dan larangan-Nya. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates