September 03, 2018

Pesan Untuk Negriku



Pagi itu aku terbangun oleh gemerisik teman yang sedang membuka lemari. Aku paksa membuka mata melihat jam di hape walau masih terasa sulit berkedip, waktu menunjukkan jam 02:05, Tenaga belum sepenuhnya terkumpul, tubuh masih terasa berat  digerakkan, mungkin karena bangun terlalu pagi, Sambari menunggu semuannya pulih aku pun membuka semua akun milikku mulai dari istagram, whatsaap, facebook dll. Setelah sekitar 15 menit aku setalking semua setatus temen- temen, badanku mulai sedikit terasa ringan untuk digerakkan. Sahalat subuh tinggal 45 menit lagi, aku sempatkan untuk shalat tahajjud walau cuma beberapa rakaat, dilanjutkan membaca dzikir- dzikir sambil lalu menunggu datangangnya waktu shalat subuh.

 Akhirnya adzan subuh pun berkumandang. Entah kenapa aku mulai merasa ngantuk lagi,  badan pun terasa mager (malas gerak). Walau terasa lunglai, aku paksakan untuk berjemaah di mushallah yang terletak di lantai dasar. Seperti biasa teman-teman setiap shubuh bergantian untuk menjadi Imam, saat itu aku lebih memilih menjadi Makmum.  Setelah selesai shalat, salah seorang dari barisan makmum maju kedepan untuk menyampaikan sedikit mauidzah, Namanya Hafidz, aku kenal betul orang itu, Baik, rajin, ramah, setiap ketemu kami selalu menyempatkan waktu untuk sekedar bercengkrama dan saling mendoakan. Entah kenapa waktu itu aku merasa sangat antusias mendengar kalimat demi kalimat yang dia sampaikan, bahkan badan yang awalnya loyo dan ngantuk mulai terasa segar, hati yang awalnya gersang  pun terasa tenang, Padahal tema yang dia angkat  biasa-biasa saja, bahkan bisa dibilang sangat sederhana. Disela-sela dia menyampaikan aku coba mentadabburi perasaan yang aku alami, Sembari bertanya-tanya dalam hati, apa yang membuatku merasa nikmat mendengar kalimat yang dia sampaikan, dan merasakan hal yang sangat berbeda dibanding  dari mauidzah-mauidzah  teman teman sebelumnya. Aku pun mulai sadar, ternyata jawabannya satu, yaitu rasa cinta. Yaa, cinta yang membuatku merasa sejuk mendengar kalimat yang dia sampaikan. Benar apa kata  pepatah yang mengatakan:

عين الرضا عن كل عيب كليلة وعين السخط تبدى المساويا
(pandangan simpati menutup segala cela, sebagaimana pandangan benci menampakkan segala cacat)

Lebih jelasnya kita tak perlu terlihat pintar dihadapan mereka agar mereka mendengarkan kita, cukup dengan perangai baik yang kita tampakkan dalam kehidupan sehari-hari.  

lagi-lagi kita dihadapkan pada topik yang sangat krusial dan selalu relevan untuk disampaikan, berbicara tentang cinta seakan-akan kita dihadapkan pada air laut yang  tak pernah dan tidak akan habis untuk dikuras, ‘’The never ending story”, cerita yang tidak pernah selesai. Namun kali ini saya tidak bermaksud  membahas cinta dari sudut pandang para pujangga dalam mendefinisikan cinta, yang  sebagian mengatakan kalau cinta itu buta, cinta itu pengorbanan, cinta itu memberi.  Namun ujung-ujungnya mereka sadar kalau cinta tak bisa didefinisikan dengan kata kata, karena memang sifatnya yang metafisik, mendasari keberadaan segala sesuatu. Keberadaannya yang memang abstarak dan aneh sealalu membuat kita geleng-geleng sendiri. Semuanya tergantung bagaimana kalian menginterpretasikannya. Tentunya setiap orang bebas mendefinisikan cinta, namun jangan kerucutkan cinta hanya pada relasi eksklusif  dengan lawan jenis saja, pada sesama jenis pun sebagai mahkluk bersosial kitak tak boleh lepas dari yang namanya cinta karena cinta tak hanya tentang kisah romeo juliet atau laila majnun.  Bisa dikatakan saya menulis artikel ini karena cinta, saya kagum pada misteri kekuatan cinta yang dapat mengubah segalanya, membuka yang tertup, mengubah gelap menjadi terang.

 Selain kisah yang saya alami sendiri di atas, berikut adalah beberapa kisah yang menggambarkan begitu dahasyatnya kekuatan cinta yang penulis rangkum dari lingkungan sekitar: 
Kisah seorang pecinta burung yang setiap hari rela menghabiskan waktunya demi si burung mulai dari pengawasan 24 jam, memandikannya bahkan rela pergi ke hutan hanya untuk mencari makan burung tersebut. Meskipun banyak yang mencibir dan mengolok-olok sebagai orang yang kurang waras, kekuatan cinta tidak membuatnya surut.

kisah seorang pecinta bola, terlebih mereka yang fanatik terhadap tim dukungannya, dia rela begadang  mengahabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menyaksikan tim favoritnya berlaga. Bahkan sebagian mereka rela mengorbankan nyawa hanya demi membela tim kesayangannya, caci maki, perkelahian, bentrokan satu sama lain sudah mewarnai kesehariannya. Pemandangan seperti ini sudah biasa kita lihat dimana-mana, terlebih di negri kita indonesia. Sekilas terlihat sangatlah aneh dan tidak masuk akal namun lagi lagi kita tidak bisa menampik fakta bahwa kekuatan cintalah yang membuat mereka tidak sadar.

Dari beberapa kisah yang saya sampaikan diatas, aku berhayal seandainya negri ini dipimpin oleh para pemimpin yang mempunyai rasa cinta terhadap negrinya, serta kecintaan rakyat yang tak kalah besarnya, taat mengikuti peraturan negrinya, menumbuhkan rasa sosial dan sikap saling peduli antar sesama betapa indahnya negri ini, apalagi kalau rasa cinta itu dimuarakan pada satu tujuan yaitu cinta terhadap tuhannya. Tentunya kita menginginkan bagaimana rasanya hidup bersama dengan rasa cinta, jauh dari rasa saling membenci, menghujat satu sama lain, yang ada rasa saling empati, saling tolong-menolong, menutup kekurangan orang lain dengan memberi masukan, bukan dengan mengkritik satu sama lain tanpa adanya masukan apalagi sampai saling menjatuhkan satu dengan yang lainnya tanpa ada rasa ingin maju bersama.hmm.. entahlah, itu cuma hayalan. semoga saja bukan sekedar obsesi semu.

Ada banyak cara untuk menjaga keindahan negri ini. Dan setiap orang dapat berkontribusi dengan menyumbangkan tenaga sesuai dengan kapasitas dan kemampuannya masing-masing. Sebagai penduduk yang jauh dari tanah air pun, kita masih bisa berkontribusi. Seperti contoh kita sebagai mahasiswa Mesir cukup dengan menjaga predikat indonesia sebagai “Ahsannas” di mata masyarakat-masyarakat Mesir. Caranya cukup dengan menampakkan perangai baik selama kita berintraksi dengan mereka, buktikan pada mereka kalau Indonesia memang pantas menyandang predikat “Ahsannas”, dan masih banyak cara-cara lainnya setidaknya kalau tidak bisa menjaga nama baik indonesia jangan sampai mengotori nama baiknya.


Oleh: Wafi Fatih





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates