(Ternyata Sayyidina Ali juga Humoris)
Ketika Sayyidina Ali
Amirul Mukminin masuk masjid, tiba-tiba ada anak muda menangis tersedu-sedu.
Ali-pun
bertanya : "apa yang membuatmu menangis? ". Pemuda itu menjawab :
"Syuraih memutuskan masalah tidak benar!". Berceritalah pemudah
tersebut panjang lebar; begini_sambil menghala nafas_ayahku kemarin pergi bersama
rombongan dengan membawa harta yang cukup banyak, ketika rombongan itu pulang
ayahku ternyata tidak bersama mereka, aku-pun terkejut dan bertanya, dimana
ayahku? Ayahmu meninggal, kata rombongan itu. Aku-pun bertanya lagi, terus
bagaimana dengan harta yang dibawa ayahku? Lah.. ayahmu tidak membawa harta
sedikitpun.
Akhirnya aku membawa para
rombongan itu pada Syuraih agar diadili. Syuraih menyelidiki mereka
dengan bertanya, dimana ayah anak muda ini? Mereka menjawab: mati. Dimana harta yang
dibawa? Dia tidak membawa apa-apa. Kemudian mereka bersumpah. Hingga akhirnya
Syuraih membuat keputusan yang menguntungkan meraka sendiri, karena saya tidak punya bukti. Begitulah wahai Amirul
Mukminin kenapa saya menangis ditempat ini, padahal saya tau kalau ayahku
banyak sekali membawa harta.
Ketika Ali
selesai mendengar keluh kesah anak muda tersebut, barulah Ali berkata dengan
nada teguran pada Syuraih : "Jauh sekali engkau wahai Syuraih! Beginakah
engkau memecahkan masalah?”
Ali-pun
menunjukkan kecerdasan dan kepiawaiannya dalam menuntaskan masalah dengan cara
unik, sulit diterka, lucu dan menggemaskan, menggambarkan beliau sosok yang
tidak selalu tegang, terlalu serius mengerutkan dahi tapi justru beliau
terkesan homuris pada waktu itu dalam mencari kebenaran dari sebuah masalah
yang rumit penuh dengan persekongkolan.
Ali memberi perintah
supaya para rombongan tersebut dipisahkan dan kapalanya ditutup dengan sebuah
kain. Dan satu-persatu dari meraka dipanggil untuk diinterogasi dengan dihadiri
sekumpulan masyarakat. Ali berkata pada masyarakat yang hadir : "nanti
kalau saya bertakbir "Allahu Akbar", kalian jangan lupa bertakbir
sekeras-kerasnya ya.." mufakat dan konspirasi-pun terjalin antara Ali dan
masyarakat.
Satu diantara rombongan
masuk ruangan memenuhi panggilan dan ditanya dalam keadaan bungkusan kain
dikepalanya dibuka. Hari apa engkau keluar bersama bapak anak muda ini? Hari
ini, bulan ini, dan tahun ini. Jawab orang tersebut. Ali bertanya lagi: di tempat mana bapak anak
muda ini meninggal? Di daerah fulan. Jawab lagi. Apa penyakitnya, berapa hari
yang sakit? Sakitnya begini, dan sakit selama begini (menyebut jumlah harinya).
Mati hari apa, siapa yang mengurus jenazahnya, dengan apa ia dikafani, siapa
yang mensholati dan siapa mengurus kuburannya? Ia-pun menjawab keselurahan
pertanyaan Sayyidina Ali.
Sayyidina Ali memberi
perintah supaya kepala lelaki yang sudah diintrogasi ditutup lagi dengan kain
yang sudah dipakai dan giring masuk kedalam penjara. Pada moment inilah
Sayyidina Ali bertakbir selantang-lantangnya dengan diikuti pekikan takbir
jamaah "Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar" hingga kerasnya
takbir bersamaan tersebut terdengar keras sekali ditelinga para
"rombongan" yang akan diintrogasi selanjutnya, membuat mereka ragu
dan bimbang akan pengakuan temannya yang sudah diintrogasi. Takbir "Allahu
Akbar" mengesankan kalau yang diintrogasi mengakui kesalahan dan membuka
kebenaran fakta.
Tibalah pada sesi
introgasi selanjutnya dan memanggil diantara rombongan yang lain. Ia duduk
dengan keadaan kain puntup kepala dibuka. Ali-pun bergagas cepat mengeluarkan
pertanyaan seakan Ali sudah mengetahui duduk masalahnya dengan suara yang penuh
kharisma : "engkau mengira aku tidak mengetahui apa yang kalian
lakukan". Dia-pun menjawab terbata-bata, gemetar mengira kalau Ali memang
sudah tau fakta sebenarnya : "Wahai Amirul Mukminin, ia saya termasuk diantara
kaum yang membunuhnya". Lelaki kedua yang diintrogasi ini mengaku, dan dia
dibawa ke penjara dengan disertai pekikan takbir berjamaah membuat semua
peserta rombongan yang lain mengakui juga tindak kriminal pembunuhan dan
pengambilan harta bapak si anak muda. Bahkan Ali juga memanggil lagi lelaki
pertama rombongan yang sudah diintrogasi dengan mengakui kesalahannya.
Begitulah Sayyidina Ali
memecahkan permasalahan yang rumit dengan cara yang unik, lucu, menggemasakan
dan tepat. Sosok Amirul Mukminin yang dikenal akan keilmuannya dan diakui
kepekaannya dalam memutuskan masalah oleh kekasih tercitanya -Sayyidina Muhammad-
ternyata juga humoris dalam mencari fakta dibalik konspirasi berjemaah para
"romabangan" sebagaimana di muka. Ternyata pekikakan
"takbir" mampu mengelabuhi dan membuka fakta.
Oleh: Abdul Adzim HS
Sumber : kitab Ali bin Abi
Tholib Hakiman wa Faqihan, karya Dr. Hamid Jamik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar