September 03, 2018

Hilang Satu Tumbuh Seribu



“Hilang satu, tumbuh seribu”, pribahasa ini sudah tidak asing lagi di kalangan para pelajar, pribahasa yang singkat tapi penuh sarat makna, pribahasa yang konon hanya sebatas pelajaran,  tapi sekarang  sudah terpelajarkan, pribahasa yang dulu hanya sebagai acuan contoh, tapi sekarang sudah tercontohkan, baik dalam keadaan sadar maupun di luar kesadaran. Karena kenyataan dalam pribahasa itu kerap terjadi pada diri seseorang. ya, mengapa tidak? Karena kita terkadang mengaharapkan sesuatu yang kita idam-idamkan, akan tetapi semua itu tak tersampaikan. Maka lekaslah seseorang yang bersifat pesimis untuk tidak terlalu memikirkan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang, dan bagi orang-orang yang bersifat optimis semua itu adalah ujian yang Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang setimpal, maka berdirilah pribahasa itu sebagai acuan contoh sekaligus tercontohkan dan sebuah pelajaran sekaligus terpelajarkan. Dan terpujilah sebuah perkataan Arab yang mengatakan:

خير الكلام ما قل وهو دل

   Sebaik-baik perkataan adalah perkataan yang sedikit akan tetapi perkataan itu sampai terhadap apa yang dimaksud”

                Hidup adalah teka-teki yang tiada satupun orang yang bisa mengetahui suatu hal yang akan terjadi pada masa-masa mendatang, sesuai dengan syiir jahili Zuhairu ibnu sulma:

وأعلم ما في اليوم والأمس قبله
ولكنني عن علم ما في غد عمي

       “dan aku mengetahui apa-apa yang terjadi pada masa sekarang (hal) dan hari-hari sebelumnya,  akan tetapi aku tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada hari esok”

                Terkadang apa-apa yang kita harapkan tidak bisa kita capai, dan apa-apa yang  tidak terpikirkan sebelumnya justru itu yang kita dapatkan,  baik lebih baik ataupun sebaliknya. Tapi percayalah!  Allah itu tidak diam, selagi mau bersabar, tawakkal, berusaha dan doa. Dia akan selalu bersama hamba-hambaNya sepanjang masa.

Hidup juga bisa diartikan sebagai alat dan perantara untuk sampai pada tujuan. Dimana kesenangan, kesedihan, kebahagiaan,  kesengsaraan,  selalu setia menunggu dan menemani kehidupan setiap insan. Berani hidup berarti berani bertanggung jawab atas segala sesuatu yang akan menimpa hari-hari kita dari segi kesengsaraan atau kebahagiaan. Karena Allah SWT. sangatlah suka terhadap hamba-hambaNya yang tak pernah berputus asa di dalam hidupnya. Berbica tentang putus asa, mungkin hal ini bagian dari sifat manusia yang kental dan manusiawi,  tetapi tidak ada alasan bagi manusia untuk melakukan hal tersebut. Selain karena dilarang di dalam agama Islam, hal tersebut juga merupakan hal keji, sebagaimana dalam firmanNya:

ولاتيأسوا من روح الله إنه لاييئس من روح الله إلا القوم الكافرون

Artinya:
        dan janganlah kamu sekalian berputus asa dari rahmat Allah,  Sesunguhnya tiada yang berputus asa dari rahmat Allah melainkan orang-orang yang kafir. (Q. S Yusuf :87)

Dan firman-Nya:
قال ومن يقنط من رحمة ربه إلا الضالون

Artinya :
     "Ibarahim berkata: Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat rabnya kecuali orang -orang yang sesat". (Q. S al-hijr:56).

Jadi tidak heran jika sifat putus asa adalah hal yang dibenci oleh Allah. Sebesar apapun harapan yang pupus dan gagal kita dapatkan, niscaya semua itu ada gantinya bahkan lebih baik. Karena Allah tidak akan pernah diam bagi hamba-hambaNya yang selalu ingin berusaha. Karena tujuan dan keinginan tidak hanya bisa didapatkan dengan berandai-andai.  Bagi yang berasumsi seperti itu, niscaya ia sudah tertipu oleh angan-angannya selaras dengan firman-Nya:

وغرتكم الأماني
"dan kalian ditipu oleh angan-angan kosong". (QS al-hadid:14).

Oleh: Moh. Dayat


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates