April 07, 2019

Yang Lebih Buruk dari Kegagalan

Yang Lebih Buruk dari Kegagalan

(Zis Al-Hakim)(1)


Pernahkah kawan-kawan merasa sangat semangat dan pada suatu waktu  merasa berada dititik terendah tanpa gairah? atau bercita-cita setinggi langit kemudian di saat yang lain membuangnya kepaling dasar bumi? atau berkeinginan berubah namun kemudian menyerah sebab perubahan sepertinya tidak pernah menunjukkan batang hidungnya?
Oke, saya anggap pernah, agar kita bisa lanjutkan pembahasan. Perasaan atau segala yang berkaitan dengan hati memang identik dengan  perubahan. Iman contohnya, ia naik-turun; naik dengan ketaatan, dan turun sebab melakukan keburukan-keburukan.
Jika kita sedang dianugerahkan melakukan kebaikan, jangan pernah berfikir bahwa kita tidak akan terjerumus pada lembah kehancuran. Begitupula saat kita terjerembab melakukan kesalahan jangan pernah memiliki  keyakinan bahwa kita tidak akan bisa memperbaikinya. Dua sikap inilah yang kemudian dalam terma Tasawuf dikenal dengan Khauf  (rasa khawatir) dan Raja’ (rasa harap). Dua sikap yang memungkinkan setiap orang akan bisa senantiasa  berjalan untuk melakukan dan melanjutkan  perjuangan bagaimanapun keadaannya. Mereka akan seimbang dalam keadaan kalah atau menang, dalam keadaan  puncak semangat  atau dititik terhampa keputusasaan.
Jika kawan-kawan pernah mengalami ketertinggalan dalam proses study jangan pernah berkeyakinan bahwa kawan-kawan tidak mungkin lagi  menjadi seorang yang berprestasi. Kawan-kawan masih sama-sama memiliki kesempatan yang sama, masih punya waktu untuk memperbaiki, masih bisa berusaha dengan yang lebih baik lagi. Sampai kapan? Sampai kesempatan itu tidak ada lagi, sampai -bahasa kasarnya- kita tidak bernyawa lagi.
Terkait hal ini, Ibnu Arabi pernah berpesan: “Ingatlah ! jangan pernah  kamu meninggalkan kesungguhan meskipun setelahnya kamu tidak melihat reaksi baik dari kesungguhanmu”
Kita barangkali akan sepintas menentang “ah,  buat apa sungguh-sungguh kalau hasilnya juga kayak gitu, aku rasib (ninggal kelas) lagi”. Tidak begitu kawan, ini adalah cara pandang yang kurang benar. Bukankah dalam suatu hadis Nabi memberikan motivasi “Jika matahari terbit dari arah barat dan ditanganmu ada biji kurma, maka tanamlah..” Saat yang sangat genting bukan? Tapi nabi masih memberikan motivasi agar kita memaksimalkan apa yang kita miliki untuk kita perbuat dalam urusan dunia, lalu bagaimana dengan urusan ilmu? Apakah kita tidak ingin memaksimalkan kesempatan yang kita miliki saat ini.
Dalam sebuah kesempatan, Syaikh Ma’bad Abdul Karim yang oleh Syaikh Usamah dalam kitab Asanid Al-Mishriyyin disebut sebagai Gurunya para ahli hadis di Mesir masa kini menyampaikan: “Para ulama terdahulu memang hebat, kita harus mengakuinya, tapi ingat kita juga bukan tidak apa-apanya.” Iya, kita memang tidak sebaik teman-teman lain yang lancar dalam study mereka, kita tidak seaktif organisator yang cakap dalam komunikasi atau luas dalam relasi dan juga tidak secekat para santri cemerlang yang mudah faham dan hafal semua pembahasan dikitab-kitab, tapi ingat!! kita juga bukan tidak apa-apanya.
Ada solusi menarik yang ingin saya tawarkan jika anda pernah merasakan pertanyaan-pertanyaan diatas, yaitu petuah  Ibnu Athaillah dalam salah satu hikmahnya yang berbunyi: “Tempatmu adalah sebagaimana Allah telah menempatkanmu”. Artinya, jika Allah menjadikan kita saat ini sebagai  pedagang maka seriuslah berdagang, kalau sebagai petani maka semangatlah bertani, dan jika kita menjadi pelajar maka bersungguh-sungguhlah dalam belajar.
Terakhir saya ingin menuliskan ungkpan menarik dari Ust. Zaiemuddin Abdul Adzim, salah seorang Mahasiswa terbaik pada masanya: “Yang lebih buruk dari kegagalan adalah berakarnya keyakinan bahwa tidak perlu lagi berjuang” benar, sebab kegagalan sejati adalah saat kita memutuskan untuk lalu berhenti.

(1) Nama Pena dari Zis Ahmad Zainal Abidin, Mahasiswa Al-Azhar. Fakkultas Dirasat Islamiyah Wal-Arabiyah.


                                                                                                                Oleh : Ziz Ahmad Zainal Abidin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates