,
Modernisasi
bukanlah hal yg bisa kita jadikan tuduhan atas kegagalan. Namun jauh dari itu
dalam menghadapi era modernisasi seperti sekarang, dimana semuanya disajikan
secara instan dengan fasilitas-fasilitas canggih adalah sebuah kesempatan bagi
kita untuk mengukur sejauh mana kepribadian kita, sejauh mana kemampuan kita
dalam bertindak. Bukan berarti kami melarang untuk tidak mendekati hal-hal yg
berbau kemodernisasian karna itu bisa dikatakan upaya kuper terselubung. Semua orang
berhak bertindak apa saja, setiap orang memiliki jalur pendakian sendiri menuju
puncak keberhasilan. kami tidak akan melingkari gaya hidup seseorang dalam
kehidupan sehari-hari selagi, dalam lingkup normalisasi seperti yang iwan fals
syairkan ‘’ masalah moral masalah ahklak biar kami cari sendiri, urus saja
moralmu, urus saja ahklakmu, peraturan yang sehat yang kami mau’’ ya
begitulah.
Namun
mirisnya itu semua di bantah oleh mereka
yang melihat kemodernisasian dengan cara tidak sehat. Bagi mereka yang melihat
dengan sebelah mata, apapun itu bentuknya kalau dilihat dari satu sisi saja
tanpa melihat sisi yang lain akan mereka anggap jauh dari kenormalisasian,
sehingga dengan kewibawaan yang mereka miliki dengan mudah mengklaim seseorang
yg mereka anggap salah, justru itu dalam ilmu filsafat di sebut sebagai
kesesatan dalam berfikir.
Gunakanlanlah
akal sehat dalam kehidupan sehari-hari. Apapun hasilnya, apapun dampaknya kita
tidak bisa mengklaim bahwa kemodernisasian adalah aktor dari kegagalan kita. Tidak
bisa menampik fakta bahwa kitalah aktor dari segalanya dalam menjalani dinamika
kehidupan. Jadi kembalikanlah kegagalan pada diri kita sendiri, karena itu
semua ada pada cara kita dalam upaya menyerap subtansi kehidupan. Semakin
terjal jalan yang ditempuh justru akan membuat sang aktor menjadi lebih tangguh,
semakin tinggi gunung yg didaki maka akan semakin indah pemandangan yang
didapat. Bukankan mereka tidak akan mendapatkan mutiara tanpa menyelami lautan?.
Maksudnya apa, semakin kita menyelami era kemodernisasian yang bisa di katakan
penuh dengan cobaan dengan tanda kutip memanfaatkannya dengan sebaik mungkin,
tidak menutup kemungkinan kita akan menjadi lebih tangguh dari ulama’-ulama’
terdahulu, karna cobaan yang kita hadapi di sekitar kita saat ini jauh tidak
sama dengan cobaan yang mereka hadapi dulu. Contohnya kalau di zaman dulu para
wanita lebih asik di dalam rumah mereka masing-masing dengan pakaian-pakaian yg
normal dan sesuai dengan syariat, akan tetapi kalau sekarang banyak kita jumpai
para wanita di jalanan bahkan dengan pakaian mereka yg jauh dari syariat islam.
Ini merupakan segelintir tantangan yang harus kita hadapi di era modern ini. Sejauh
mana kemampuan pribadi kita dalam menjauhi sesi negatif kemodernisasian?. Sekali
lagi siapapun yang bisa bertahan di tengah hantaman adalah mereka yang
berdedikasi tinggi termasuk tahan terhadap cobaan ketika merintis karir.
Seseorang akan di katakan hebat kalau sudah terlepas dari segala bentuk
tantangan yang mereka jalani. Mereka yg hanya terdiam dalam rumah tanpa
melakukan hal apapun, kendatipun mereka bisa dikatakan jauh dari kemaksiatan
tidaklah dikatan seseorang yg tangguh. Jadi mereka tidak bisa mengklaim diri
mereka hebat kaerna tidak sedikit pun menyentuh kemaksiatan dengan hanya
berdiam diri dalam bermalas malasan tanpa mekakukan apapun. Bisa jadi mereka
tidak melakukan kemaksiatan bukan karna mereka kuat akan tetapi karna mereka
tidak mempunyai kesempatan untuk berbuat maksiat, jadi mereka tidak bisa mengklaim
diri sendiri lebih baik dari mereka yg berjuang keras menerobos
kemodernisasian.
Memanfaatkan
kemodernisasian merupakan jalan satu-satunya bagi kita untuk hidup sekarang. Kita
tidak bisa lepas dari itu, karna kita hidup di zaman modern melepaskan diri
dari ke modernisasian justru akan membuat kita sedikit kuper.
Positif
thingkinglah dalam mengambil tindakan, akan tetapi bukan berarti kita tidak
menghiraukan sesi negatif dari tindakan tersebut, namun setidaknya sesi negatif
tidak mempengaruhi langkah kita dalam mengambil tindakan. Seseorang tidak akan
bersepeda kalau sebelum bersepeda mempunyai rasa takut jatuh. Wallahu a’lam
Oleh
;
Wafie
Faroby
(
Darul Lughah, Mutawassith II )