November 13, 2016

Kembali pada Niat Awal


Indonesia sebagaimana negara lain. Sempat saya berbicara dengan salah satu sahabat, mengenai problematika yang menimpa Indonesia. Dari berbagai jenis problem yang beragam sebetulnya berasal dari satu kepentingan, yaitu kekuasaan. Hal semacam ini bukanlah tragedi baru, melainkan tragedi lama, hanya saja dengan pemeran, tempat dan masa yang berbeda. Sebenarnya ketika ditelusuri, problematika di negara kita adalah tidak meratanya keadilan, sebab ketika masyarakat kecil bersalah, seakan hukum hidup membasmi kecurangan, tetapi ketika seorang pejabat bersalah, seakan hukum tidak lagi berlaku. Entah ini sebuah kepentingan mayoritas atau kepentingan pribadi, sehingga hukum hanya pantas diterapkan kecuali pada pejabat pemerintah.
Dari kutipan di atas saya teringat hadis nabi Muhammad Saw.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: 
إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا
“Sesungguhnya umat sebelum kamu musnah (kerana sikap pilih kasih). Apabila golongan bangsawan mencuri mereka dilepaskan, manakala golongan bawahan mencuri barulah dilaksanakan hukuman. Demi allah! Jika fatimah anak perempuan muhammad (sendiri yang) mencuri pasti aku akan (tetap) memotong tangannya (melaksanakan hukum allah tanpa pilih kasih atau kasta)”
           
Ternyata apa yang menjadi sabda nabi betul-betul terjadi, ini bukan lantas kebetulan, akan tetapi merupakan bukti kongket bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah seorang nabi dan rosul, karena merupakan kemustahilan jika kabar itu bukan didapat dari wahyu Allah.

Kekuasaan merupakan kedudukan mulia, bukan sesuatu yang buruk, sehingga pantas jika setiap orang memiliki ambisi untuk menjadi penguasa, terlepas dari niat dan tujuannya. Tetapi yang jelas ketika kekuasaan jatuh pada orang yang salah, maka hancurlah sebuah tatanan masyarakat sebagai pondasi persatuan negara hanya Karena tidak meratanya keadilan. Ketika berbicara soal keadilan, sepertinya setiap kelompok memiliki barometer tersendiri sebagai tolak ukur kongkret tidaknya sebuah pemahaman. Namun meskipun demikian, ketika setiap kelompok saling menyerang dan saling menjatuhkan, maka yang terjadi adalah perpecahan. Dan itu lebih buruk dari sekedar perbedaan persepsi. Perbedaan persepsi bisa diselasaikan dengan empat mata, sedangkan perpecahan negara tidak akan dapat dipersatukan kecuali dengan nyawa dan kehormatan.

Jika dahulunya Indonesia tidak dipersatukan dengan satu tujuan (Kemerdekaan), maka saat ini dunia tidak akan pernah tahu kalau di dunia ini ada NKRI (Negara kesatuan republik Indonesia) sebagai negara yang menerima keragaman. Sehingga tidaklah mengherankan apabila bumi Indonesia menjadi rebutan sampai saat ini karena kekayaan buminya. Mulai dari sabang sampai merauke bumi pertiwi adalah tanah surga.

Jadi tidak ada alasan untuk menjadikan perbedaan agama sebagai perselisihan, perbedaan suku sebagai permasalahan, perbedaan budaya sebagai perpecahan. Karena pada dasarnya bangsa Indonesia tahu bahwa, bukanlah bangsa Indonesia tanpa keragaman dan persatuan. Dan kenyataannya ini yang menjadikan bangsa Indonesia semakin kuat dan dewasa, jadi sangatlah cocok dengan semboyan bangsa idonesia yang berbunyi “Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-beda tetapi tetap satu)”.

Ayo,,,,,,Kita kembali pada niat mulia pahlawan bangsa Indonesia,,,,!!!

Cairo. Minggu, 13 November - 2016

Oleh ;
Amin Ghazali


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates