Indonesia sebagaimana negara lain. Sempat saya
berbicara dengan salah satu sahabat, mengenai problematika yang menimpa
Indonesia. Dari berbagai jenis problem yang beragam sebetulnya berasal dari
satu kepentingan, yaitu kekuasaan. Hal semacam ini bukanlah tragedi baru,
melainkan tragedi lama, hanya saja dengan pemeran, tempat dan masa yang
berbeda. Sebenarnya ketika ditelusuri, problematika di negara kita adalah tidak
meratanya keadilan, sebab ketika masyarakat kecil bersalah, seakan hukum hidup
membasmi kecurangan, tetapi ketika seorang pejabat bersalah, seakan hukum tidak
lagi berlaku. Entah ini sebuah kepentingan mayoritas atau kepentingan pribadi,
sehingga hukum hanya pantas diterapkan kecuali pada pejabat pemerintah.
Dari kutipan di atas saya teringat hadis nabi Muhammad Saw.
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
“إِنَّمَا
أَهْلَكَ الَّذِينَ قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الشَّرِيفُ
تَرَكُوهُ وَإِذَا سَرَقَ فِيهِمْ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ وَايْمُ
اللَّهِ لَوْ أَنَّ فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا”
“Sesungguhnya
umat sebelum kamu musnah (kerana sikap pilih kasih). Apabila golongan bangsawan
mencuri mereka dilepaskan, manakala golongan bawahan mencuri barulah
dilaksanakan hukuman. Demi allah! Jika fatimah anak perempuan muhammad (sendiri
yang) mencuri pasti aku akan (tetap) memotong tangannya (melaksanakan hukum
allah tanpa pilih kasih atau kasta)”
Ternyata apa
yang menjadi sabda nabi betul-betul terjadi, ini bukan lantas kebetulan, akan
tetapi merupakan bukti kongket bahwa Nabi
Muhammad Saw. adalah seorang nabi dan rosul, karena merupakan kemustahilan jika
kabar itu bukan didapat dari wahyu Allah.
Kekuasaan
merupakan kedudukan mulia, bukan sesuatu yang buruk, sehingga pantas jika
setiap orang memiliki ambisi untuk menjadi penguasa, terlepas dari niat dan
tujuannya. Tetapi yang jelas ketika kekuasaan jatuh pada orang yang salah, maka
hancurlah sebuah tatanan masyarakat sebagai pondasi persatuan negara hanya
Karena tidak meratanya keadilan. Ketika berbicara soal keadilan, sepertinya
setiap kelompok memiliki barometer tersendiri sebagai tolak ukur kongkret tidaknya sebuah pemahaman. Namun meskipun
demikian, ketika setiap kelompok saling menyerang dan saling menjatuhkan, maka
yang terjadi adalah perpecahan. Dan itu lebih buruk dari sekedar perbedaan
persepsi. Perbedaan persepsi bisa diselasaikan dengan empat mata, sedangkan
perpecahan negara tidak akan dapat dipersatukan kecuali dengan nyawa dan
kehormatan.
Jika dahulunya
Indonesia tidak dipersatukan dengan satu tujuan (Kemerdekaan), maka saat ini
dunia tidak akan pernah tahu kalau di dunia ini ada NKRI (Negara kesatuan
republik Indonesia) sebagai negara yang menerima keragaman. Sehingga tidaklah
mengherankan apabila bumi Indonesia menjadi rebutan sampai saat ini karena
kekayaan buminya. Mulai dari sabang sampai merauke bumi pertiwi adalah tanah
surga.
Jadi tidak ada
alasan untuk menjadikan perbedaan agama sebagai perselisihan, perbedaan suku
sebagai permasalahan, perbedaan budaya sebagai perpecahan. Karena pada dasarnya
bangsa Indonesia tahu bahwa, bukanlah bangsa Indonesia tanpa keragaman dan
persatuan. Dan kenyataannya ini yang menjadikan bangsa Indonesia semakin kuat
dan dewasa, jadi sangatlah cocok dengan semboyan bangsa idonesia yang berbunyi
“Bhinneka Tunggal Ika (Berbeda-beda tetapi tetap satu)”.
Ayo,,,,,,Kita kembali pada niat mulia pahlawan
bangsa Indonesia,,,,!!!
Cairo. Minggu, 13 November - 2016
Oleh ;
Amin Ghazali
Tidak ada komentar:
Posting Komentar