November 17, 2016

Peran Modernisasi dalam Kesuksesan


Modernisasi bukanlah hal yg bisa kita jadikan tuduhan atas kegagalan. Namun jauh dari itu dalam menghadapi era modernisasi seperti sekarang, dimana semuanya disajikan secara instan dengan fasilitas-fasilitas canggih adalah sebuah kesempatan bagi kita untuk mengukur sejauh mana kepribadian kita, sejauh mana kemampuan kita dalam bertindak. Bukan berarti kami melarang untuk tidak mendekati hal-hal yg berbau kemodernisasian karna itu bisa dikatakan upaya kuper terselubung. Semua orang berhak bertindak apa saja, setiap orang memiliki jalur pendakian sendiri menuju puncak keberhasilan. kami tidak akan melingkari gaya hidup seseorang dalam kehidupan sehari-hari selagi, dalam lingkup normalisasi seperti yang iwan fals syairkan ‘’ masalah moral masalah ahklak biar kami cari sendiri, urus saja moralmu, urus saja ahklakmu, peraturan yang sehat yang kami mau’’ ya begitulah.

Namun mirisnya itu semua di bantah  oleh mereka yang melihat kemodernisasian dengan cara tidak sehat. Bagi mereka yang melihat dengan sebelah mata, apapun itu bentuknya kalau dilihat dari satu sisi saja tanpa melihat sisi yang lain akan mereka anggap jauh dari kenormalisasian, sehingga dengan kewibawaan yang mereka miliki dengan mudah mengklaim seseorang yg mereka anggap salah, justru itu dalam ilmu filsafat di sebut sebagai kesesatan dalam berfikir.

Gunakanlanlah akal sehat dalam kehidupan sehari-hari. Apapun hasilnya, apapun dampaknya kita tidak bisa mengklaim bahwa kemodernisasian adalah aktor dari kegagalan kita. Tidak bisa menampik fakta bahwa kitalah aktor dari segalanya dalam menjalani dinamika kehidupan. Jadi kembalikanlah kegagalan pada diri kita sendiri, karena itu semua ada pada cara kita dalam upaya menyerap subtansi kehidupan. Semakin terjal jalan yang ditempuh justru akan membuat sang aktor menjadi lebih tangguh, semakin tinggi gunung yg didaki maka akan semakin indah pemandangan yang didapat. Bukankan mereka tidak akan mendapatkan mutiara tanpa menyelami lautan?. Maksudnya apa, semakin kita menyelami era kemodernisasian yang bisa di katakan penuh dengan cobaan dengan tanda kutip memanfaatkannya dengan sebaik mungkin, tidak menutup kemungkinan kita akan menjadi lebih tangguh dari ulama’-ulama’ terdahulu, karna cobaan yang kita hadapi di sekitar kita saat ini jauh tidak sama dengan cobaan yang mereka hadapi dulu. Contohnya kalau di zaman dulu para wanita lebih asik di dalam rumah mereka masing-masing dengan pakaian-pakaian yg normal dan sesuai dengan syariat, akan tetapi kalau sekarang banyak kita jumpai para wanita di jalanan bahkan dengan pakaian mereka yg jauh dari syariat islam. Ini merupakan segelintir tantangan yang harus kita hadapi di era modern ini. Sejauh mana kemampuan pribadi kita dalam menjauhi sesi negatif kemodernisasian?. Sekali lagi siapapun yang bisa bertahan di tengah hantaman adalah mereka yang berdedikasi tinggi termasuk tahan terhadap cobaan ketika merintis karir. Seseorang akan di katakan hebat kalau sudah terlepas dari segala bentuk tantangan yang mereka jalani. Mereka yg hanya terdiam dalam rumah tanpa melakukan hal apapun, kendatipun mereka bisa dikatakan jauh dari kemaksiatan tidaklah dikatan seseorang yg tangguh. Jadi mereka tidak bisa mengklaim diri mereka hebat kaerna tidak sedikit pun menyentuh kemaksiatan dengan hanya berdiam diri dalam bermalas malasan tanpa mekakukan apapun. Bisa jadi mereka tidak melakukan kemaksiatan bukan karna mereka kuat akan tetapi karna mereka tidak mempunyai kesempatan untuk berbuat maksiat, jadi mereka tidak bisa mengklaim diri sendiri lebih baik dari mereka yg berjuang keras menerobos kemodernisasian.

Memanfaatkan kemodernisasian merupakan jalan satu-satunya bagi kita untuk hidup sekarang. Kita tidak bisa lepas dari itu, karna kita hidup di zaman modern melepaskan diri dari ke modernisasian justru akan membuat kita sedikit kuper.

Positif thingkinglah dalam mengambil tindakan, akan tetapi bukan berarti kita tidak menghiraukan sesi negatif dari tindakan tersebut, namun setidaknya sesi negatif tidak mempengaruhi langkah kita dalam mengambil tindakan. Seseorang tidak akan bersepeda kalau sebelum bersepeda mempunyai rasa takut jatuh. Wallahu a’lam

Oleh ;
Wafie Faroby

( Darul Lughah, Mutawassith II )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates