Februari 05, 2018

,
SEPAK TERJANG MUNCULNYA TASAWWUF

By: zainul muttaqin


Jalur tasawwuf merupakan jalur yang sangat sulit untuk dilalui seseorang, baik dari kalangan orang yang sudah mendalam ilmu syariatnya atau apalagi yang masih dangkal. Kesulitan tersebut terjadi karena pelaku tasawwuf atau ahli sufi biasanya tidak sepenuhnya bisa menghindar dari yang namanya gemerlap dunia dan unsur-unsur dari dunia itu sendiri. Disadari atau tidak, sejatinya mulai dulu kita ingin sekali menempuh jalur sufi dan menekuninya melalui berbagai literatur buku dan kitab pedoman yang menyangkut masalah tasawwuf dan sufisme atau dikenal juga oleh orientalis Barat dengan sebutan mistisisme dalam islam. Tapi kenyataannya meskipun keinginan tersebut datang bertubi-tubi bahkan setiap waktu selalu tersemat dalam benak sanubari, sekali lagi hati kita masih belum mampu untuk sekedar menyelami dan mengganderunginya dalam rangka lebih mendekatkan diri pada ilahi sekaligus memperoleh hubungan spesial dengan­­-Nya.

Syahdan seandainya hubungan ini benar-benar terjadi, maka barang tentu akan terjalin kontak komonikasi atau dialog batin antara ruh manusia dan tuhan-Nya serta tentramnya hati karena selalu berada di hadirat-Nya.

Termasuk diantara cara menempuhnya yaitu:

Pertama, dengan cara mengasingkan diri atau mengisolsi diri(uzlah)selama mungkin, sampai pada batasan ittihad(bersatu)dengan tuhan sehingga hati merasa tidak bisa berdetak dan hidup kecuali menyatu dan berinteraksi dengannya, meskipun sebetulnya konsep ittihad ini ditentang oleh imam Ghazali yg kemudian dia menyodorkan konsep baru sebagai penggantinya yaitu  konsep makrifat, yakni pendekatan diri kepada Allah(taqorrub ilallah)tanpa diikuti penyatuan dengan-Nya.  
Kedua, mampu mengendalikan gejolak dunia yang selalu mengintai dalam rentetan kehidupan sampai pada batasan hati tidak terpaud lagi dengannya, melalui fase zuhud(asketisme) dan fana’(ekstase)manakala disebutkan asma tuhan dihadapannya.

Menurut Al Ghazali dalam kitab magnum opusnya Al-munqidz min adh-Dhalaal menuturkan bahwa: “jalan menuju tasawwuf baru dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-hambatan jiwa, serta membersihkan diri dari moral yang tercela, sehingga kalbu dapat lepas dari segala sesuatu yang selain Allah dan berhias dengan selalu mengingat Allah”. Ia pun berpendapat bahwa sosok sufi adalah menempuh jalan kepada Allah, dan perjalanan hidup mereka adalah yang terbaik, jalan mereka adalah yang paling benar, dan moral mereka adalah yang paling bersih. Sebab, gerak dan diam mereka, baik lahir maupun batin, diambil dari cahaya dan lentera kenabian. Selain cahaya kenabian di dunia ini, tidak ada lagi cahaya yang lebih mampu memberi penerangan.

Mengenai pendefinisian tasawwuf sendiri ulama berbeda pendapat, salah satunya adalah pendapat yang dikemukakan oleh Junaid al Baghdadi:

التصوف حفظ الأوقات, ثم قال: وهوأن لايطالع العبدغيرحده ولايوافق غيرربه ولايقارن غيروقفه

Artinya: tashowwuf adalah memelihara waktu. Lalu ia berkata; seorang hamba tidak akan menekuni(amalan tashowwuf)tanpa aturan tertentu, tidak tepat ibadahnya tanpa tertuju kepada tuhan-Nya dan merasa tidak berhubungan dengan tuhan-Nya tanpa menggunakan waktu(beribadah .kepada-Nya)
           
           Uraian dari Junaid al Baghdadi tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa lebih menekankan pada otoritas waktu dalam tasawwuf itu sangat urgen sekali. Karena itu, bagi sebagian ahli sufi menganggap moyoritas waktu dalam kehidupannya tidak ada tujuan lain melainkan hanya untuk mengingat Allah dengan cara menggerakkan ibadah-ibadah sunnah dan dzikir. Bahkan, para ahli sufi mempunyai anggapan bahwa sistem ibadah yang hanya dikerjakan secara formal masih belum dianggap sempurna karena belum memenuhi kebutuhan sepritual kaum sufi. Sedangkan sufisme itu adalah aspek yang sangat penting, sebab sufisme tasawwuf merupakan jantung atau urat nadi dari semua aktualisasi ajaran-ajaran islam sehingga bernilai sempurna atau tidaknya suatu ibadah atau amaliah ajaran islam tergantung dengan ketasawwufannya atau kesucian hatinya.

         Terlepas dari berbagai pandangan ulama mengenai pengertian tasawwuf tadi, ternyata tasawwuf yang sering kita temui dalam kazanah dunia islam dilihat dari sudut pandang sumber atau asal-usulnya menuai konfrontasi yang sangat apik, baik dikalangan cendikiawan islam sendiri maupun non-muslim sekalipun, mereka yang kontra mengasumsikan bahwa tasawwuf islam pada dasarnya bersumber dari agama-agama lain. Pendapat yang bernada kontra tersebut diwakili oleh kalangan orientalis barat dan sebagian kelompok islam yang terpengaruh olehnya. Melalui berbagai tulisan atau jurnal, mereka semua mencoba memalingkan kerohanian tasawwuf atau mistisisme dalam islam pada sumber-sumber asing. Disamping  sumber-sumber al Quran dan kehidupan Rasulullah, mereka mengatakan: “tasawwuf dalam Islam tumbuh karena banyak terpengaruh oleh konsep-konsep kerohanian diluar islam, antara lain terpengaruh dari ajaran agama Hindu, agama Persia, agama Masehi, pemikiran Filsafat Yunani, dan ajaran Neo Platonisme”. Sungguh persepsi ini bagi penulis merupakan suatu instrumen yang sangat hoax.

         Hal ini sesuai dengan ulasan yang ditorehkan oleh al Wafa’ al Ghanimi at Taftazani bahwa sejak permulaan abad ke-19 sampai akhir-akhir ini terjadi perbedaan pendapat dikalangan orientalis tentang asal-usul tasawwuf. Ada sebagian yang beranggapan tasawwuf berasal dari Masehi(Kristen), ada juga yang mengatakan dari unsur Hindu-Budha, unsur Persia, unsur Arab dan sebagainya. Sehingga dari sepak terjang yang sengaja mereka buat mengakibatkan banyaknya komentar keras dan pedas yang diajukan oleh barisan ulama yang pro terhadap keotentikan tasawwuf bersumber dari islam.
       Berbagai asumsi mengenai tasawwuf islam yang coba dilarikan pada kebeduyaan Asing, mengiringi pula pelbagai penelitian oleh kalangan orientalis dan orang yang terpengaruh olehnya sebagai bahan penguat dari hasil penelitian dalam problem tersebut. Namun, dari hasil penelitian tersebut kayaknya terlalu panjang untuk dibahas sehingga mungkin oleh penulis hanya bisa disimpulkan dengan sekilas saja. Semisal: Von Kromyor  dan Nicholson yang dibenarkan pula oleh Goldziher berpendapat bahwa tasawwuf merupakan buah kenashranian pada zaman jahiliyah. Noldiker menambahkan bahwa pakaian wol kasar(bulu domba) yang biasa dipakai oleh ahli sufi adalah milik agama Nashrani. Sementara Darwis al-Birawi mempunyai catatan bahwa ada kemiripan antara konsep tasawwuf islam dengan ibadah Hindu yang kemudian catatan tersebut ditentang oleh Qomar Kailani, dia menganggap pendapat ini terlalu ekstrim karena kalau misalkan pendapat tersebut diterima. Maka berarti pada zaman Rasulullah Ajaran Hindu sudah berkembang di Mekkah. Padahal dalam sejarah masih belum ada kesimpulan seperti itu. Dan masih banyak pendapat-pendapat lain yang juga bersimpangan dengan masalah tersebut.


          Menurut hemat penulis, kecenderungan mereka yang berpendapat bahwa asal-usul tasawwuf bersumber dari luar islam dilatar belakangi karena paradigma mereka itu hanya melihat pada keidentikan atau kemiripan ajaran islam dengan ajaran non-islam saja, tanpa menelisik lebih jauh komponen-komponen yang disuguhkan dari kedua ajaran tersebut. Sehingga, jelaslah bahwa sebenarnya antara kedua konsep dari masing-masing ajaran ini ada perbedaan sangat menonjol yang tidak ada keterkaitan antara satu sama lainnya, meskipun secara sekilas ada kemiripan yang sulit untuk dipisahkan antara keduanya. Disamping itu, paradigma mereka kebanyakan dibangun dari hasil pemikiran logika yang dipengaruhi oleh situasi sosial. Paradigma tidak adil itu jelas akan melihat kemiripan-kemiripan antara satu kasus dengan kasus lainnya sebagai hal yang sama dan bersumber dari hal yang sama pula. Sedangkan bagi ahli tasawwuf muslim yang berpikiran moderat, Abdul Halim Mahmud misalnya, mengaggap bahwa faktor timbulnya tasawwuf bersumber dari al Quran dan Hadist, bukan pengaruh dari luar islam. Berdasarkan dua sumber itulah benih-benih tasawwuf itu muncul, kemudian berkembang mengiringi berkembangnya ajaran tasawwuh dari luar islam.
          

Desember 10, 2016

,


Ketika mendengar kata “ujian”, dalam pikiran kita akan terbayang buku pelajaran (muqorror) yang menumpuk. Seakan-akan muqorror itu melambaikan tangan meminta untuk kita baca. Apalagi dikalangan masisir, kita tidak hanya dituntut untuk membaca muqorror, akan tetapi kita juga dituntut untuk menghafal semua materi yang ada di dalamnya.
Di bulan Januari ini semua mahasiswa S1 Universitas Al-Azhar akan menghadapi ujian termin pertama. Jauh-jauh hari sebelum masuk bulan Januari kita harus sudah selesai mempelajari semua muqorror, bahkan kita harus sudah menguasai semua materi yang ada di dalamnya.
Di kalangan masisir, tingkat pertama (awal masuk kuliah) merupakan ajang di mana hasil yang kita dapat akan menentukan bagaimana hasil kita selanjutnya. Karena ketika kita sudah tidak lulus di tingkat pertama, maka semangat kita akan sedikit memudar. Meskipun ada sebagian mahasiswa yang semangatnya bertambah walaupun tidak lulus di tingkat pertama. Malah sebagian mahasiswa yang tidak lulus tersebut semangatnya menjadi semakin melonjak.
Dalam mempelajari muqorror, ada tehnik-tehnik atau penunjang yang biasa dipakai mahasiswa agar bisa mempermudah dalam memahami dan menghafal materi. Tehnik itupun sangat beragam, tergantung bagaimana tehnik tersebut bisa berguna untuk orang tersebut. Saya tidak banyak mengetahui tehnik-tehnik dan penunjang itu, akan tetapi saya mengetahui sebagian yang biasa dipakai mahasiswa atau lebih tepatnya teman yang pernah bargaul dengan saya.

v  Penunjang
Pertama “membaca nyaring”. Untuk sebagian orang membaca dengan suara yang keras bisa mempermudah pemahaman dan bahkan bisa mempermudah menghafal. Karena, pikiran kita akan terfokus terhadap suara kita bukan suara-suara yang ada di sekitarnya.
Kedua “membaca dalam hati”. Hal ini dilakukan dengan cara membaca menggunakan hati atau lebih tepatnya tidak menggunakan mulut. Akan tetapi cara ini tidak efektif jika dilakukan di tempat yang ramai. Kecuali anda mempunyai konsentrasi yang tinggi.
Ketiga “musik”. Musik untuk sebagian orang dapat berguna untuk mempermudah dalam pemahaman terhadap apa yang kita baca. Karena menurut sebagian orang tersebut musik membuat otak menjadi rileks, sehingga bisa fokus dalam belajar. Entah itu musik pop, dangdut, rock, dan bahkan bacaan Al-Qur’an.

v  Tehnik
Pertama “rangkuman”. Cara ini sangat berguna untuk menghafal. Karena kita akan sangat sulit menghafal semua materi yang memang sangat banyak. Jadi, rangkumanlah yang dapat menyelamatkan kita dari materi yang sebanyak itu. Rangkuman dibuat ketika kita sudah membaca satu bab atau satu buku sekaligus, tergantung bagimana cara yang mudah untuk orang tersebut. Akan tetapi, saya menyarankan agar rangkuman dibuat ketika telah selesai membaca satu bab bukan satu buku. Ketika kita merangkum secara tidak langsung kita menghafal hasil rangkuman kita, dengan catatan ketika menulis pikiran kita fokus kepada apa yang kita tulis.
Kedua “garis bawah atau warna stabilo”. Cara ini dipakai agar mempermudah dalam membaca yang kedua kalinya. Karena yang kita garis adalah poin-poin penting yang menurut kita hal itu akan keluar dalam ujian.
Ketiga “kebut semalam”. Cara ini dipakai oleh orang yang memang mempunyai IQ di atas rata-rata dan ataupun orang yang memang malas untuk belajar. Orang yang memakai cara ini belajar di waktu malam pas besok akan menghadapi ujian. Cara ini mungkin efektif bagi orang yang memiliki IQ di atas rata-rata. Akan tetapi kalau IQ anda menegah kebawah janganlah memakai cara ini, karena anda akan mengalami kegagalan yang pasti akan anda sesali.
Itulah tehnik-tehnik dan penunjang dalam belajar. Tergantung mana yang cocok untuk kemampuan seseorang yang menggunakannya. Dan saya sarankan anda tidak memakai tehnik kebut semalam. Karena tehnik tersebut sudah banyak memakan korban.

Oleh;
Faiz Ghaniuddin

Desember 06, 2016

,


Maha suci Allah SWT. yang telah memberikan nikmat kepada hambaNya berupa iman dan islam. Islam diturunkan sebagai rahmatan lil alamin, dengan diutusnya Rosulullah SAW. untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan, pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat tiggi, Yaitu dengan ILMU. Ilmu yang didasari Iman dan Taqwa, karna ilmu yang tidak di hiasi dengan keimanan  akan jadi malapetaka bagi dirinya dan bagi kebayakan manusia umumnya. Sosok seseorang  sempurna tidak hanya mengandalkan pengetahuannya sahaja,  kecerdasan sahaja tapi nilai sempurna tatkala terhiasnya suatu pengetahuan dengan AKHLAK. Maka dari itu  akhlak dan ilmu sepatutnya tertanam dalam sosok seseorsang  untuk  meraih derajat tinggi disisi Allah dan mahluk-NYA. Ilmu tidak terpikat dengan nasab, warna, tampang, jenis bahkan siapapun yang berilmu akan ditinggikan derajatnya sesuai dengan janji Allah SWT. maka dari itu manusia mempunyai banyak waktu untuk menjadi terbaik dari pada  yang terbaik, yaitu dengan maraknya sebuah pengetahuan (Ilmu), karena ilmu bagaikan tangga meraih sesuatu yang hendak ia capai. Secara ucapan ILMU mudah dan terdiri beberapa suku kata sahaja, tapi secara hakikat ilmu segalanya, karena segala sesuatu titik temunya terletak pada ilmu, baik itu berupa perkataan, perbuatan, apalagi menyangkut hubungan kepada sang khalik. Manusia harus mencari ilmu sebagai bekal hidupnya. Karena orang yang berilmu tidak akan goyah ketika mendapati perbedaan, tidak anarkis ketika terpancing amarahnya, berpikir sebelum melakukan tindakan dan bisa menjadi panutan bagi manusia lainnya.
Sebagaimana dikutip oleh  Imam Syafi’i dalam kitabnya.
وكل من بغير علم يعمل # أعمله مردودة لاتقبل
“Orang yang mengerjakan sesuatu tanpa ilmu  maka pekerjaanya tersia-siakan.”

Ada pepatah mengatakan “Jadilah Orang yang berilmu”. Ya. Mengapa harus dengan ilmu? Karena orang yang mempunyai ilmu kemudian mendedikasikan ilmunya untuk kemaslahatan umat maka akan menjadi cahaya bagi seluruh Alam. Di mana ketika tidak ada cahaya, maka manusia akan dihadapkan pada kegelapan yang tidak tahu arah. Ilmu kemudian lahir dan menjadi cahaya bagi siapa saja.

Dengan ini kita bisa mengambil kesimpulan, betapa pentingnya ilmu, jelas sekali perbedaan orang yang berilmu dan tidak berilmu. Orang yang berilmu tidak bisa dipandang sebelah mata, mereka akan selalu dibutuhkan oleh banyak orang. Dari sisi finansial orang yang berilmu jelas tidak masalah. Karena orang yang berilmu dijamin oleh Allah SWT mengenai kelangsungan hidupnya. Orang yang mempunyai ilmu akan selalu menyejukkan manusia lain, lembut sikapnya, ramah perangainya dan apa yang didapatkannya akan selalu diamalkan. Karena tujuan hidupnya adalah memberi manfaat kepada sesama.

Selanjutnya mari kita teladani Rasulullah Muhammad SAW, di mana dalam diri beliau terpancar cahaya keilmuan yang luar biasa. Rasulullah Muhammad SAW memerintahkan manusia untuk menjadi orang yang berilmu.

كن عالما أومتعلما أومستمعا أومحبا ولا تكن خلمسا فتهلك” yang artinya jadilah orang yang alim, atau jadilah orang yang suka mencari ilmu atau jadilah engkau orang yang suka mendengarkan ilmu dan atau jadilah engkau orang yang suka mencintai ilmu, dan janganlah engkau menjadi yang ke 5, maka engkau akan hancur. Pertama semaksimal mungkin dengan ikhtiar dan berdoa kita diharapkan menjadi orang yang 'aliman (pengajar, guru), kalau tidak bisa menjadi pengajar atau guru usahakan menjadi muta'alliman (santri, murid), kalaupun belum bisa juga maka jadilah mustami'an (Mau menjadi pendengar yang baik) tetapi jika belum sanggup juga ya setidaknya jadilah muhibban (Suka dengan majelis-majelis ilmu, pengajian). Walam takun homisan, fatahlik (Jangan jadi orang yang ke lima). Nomor lima jelaslah bukan dari bagian yang empat di atas.

Jika kita berpikir secara sistematis mengenai tingkatan orang yang berilmu yaitu :
1. 'Aliman
2. Muta'alliman
3. Mustami'an dan
4. Muhibban
Jelaslah orang yang berilmu seperti guru, pengajar menjadi yang paling tinggi tingkatannya karena mereka orang yang 'aliman, diberi kelebihan berupa ilmu, dengan ilmu yang didapatkan akan diamalkan di jalan Allah SWT. Ilmu yang bermanfaat akan selalu mengalir tiada akhir. Semoga kita menjadi manusia yang berilmu yang selalu di rindukan surgaNya. Aamiin.
  
            Written by : Rokib Al- Kautsar.


Desember 04, 2016

,


Tidak ada orang yang melakukan sesuatu gagal, yang ada orang befikir gagal/malas belajar. dalam menjalani hidup bisa atau tidak bisanya seseorang itu tergantung oleh prasangka seseorang, ketika seseorang mengatakan bisa maka otak/sekalar kita terbuka dan mencari solusi Bagaimana harus bisa?  dan sebalikya ketika seseorang mengatakan tidak bisa maka otak/sekalar kita akan tertutup. Lebih mudahnya banyak seseorang yg punya keingginan tapi tak banyak orang punya pencapaian. musuh terbesar dalam diri manusia yaitu penundaan, kenapa banyak orang suka menunda? Karena ketakutan, takut gagal , takut ditolak, takut kecewa, takut di ejek dan segala macam ketakutan yang lain. Nanti dulu ah, tunggu sudah siap! Sayang sangat di sayangkan waktu latihan terbuang, semua orang ingin jadi juara dan pemenang, tapi tak semua orang punya kegigihan untuk meraih, Kenapa anda tidak berfikir untuk berlatih dan belajar wajarlah saja kalau kita kalah Wong kita bukan jagoan Bang !

MAN JADDA WAJADA  Kata-kata yg bisa menembus langit dan lautan.

Kata-kata terkadang memiliki kekuatan dahsyat yang bisa mempengaruhi dalam kehidupan seseorang. sebuah kata bisa membuat semangat, optimis dan menjalani hidup dengan penuh harapan akan masa depan, tetapi sebuah kata bisa juga menjerumuskan orang menjadi loyo dan tidak bergairah menjalani hidup. karena itulah untuk bisa membangun semangat seseorang membutuhkan kata-kata, entah dari mana ia dapatkan, yang bisa menjadi sebuah prinsip dan pegangan hidup, kata -kata itu bisa menjadikan cambuk dan semangat dalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam kehidupan sehari-hari, motivasi seseorang akan mengalami pasang surut, dikala motivasi tinggi dia akan menjadi semangat/bergairah dalam menghadapi hidup, tetapi di kala motivasi menurun, peran kata-kata yg menjadi prinsip hidup akan menjadi sangat penting untuk membangkitkan motivasi dan sebagainya.
الجد بالجد والحرمان با لكلسل فانصب تصب عن قريب غا ية العمل
“Kesuksesan akan didapatkan dengan kesungguhan dan kegagalan terjadi akibat kemalasan,Bersungguh-sungguhlah maka kamu akan mendapatkan dengan segera apa yang kamu cita-citakan.”

Kesuksesan adalah kata yg menjadi harapan bagi semua orang. Hampir semua orang di dunia ini berbuat sesuatu demi mencapai kesuksesan, bahkan seseorang rela berkorban untuk kesuksesan yang ia idam-idamkan.

Cobalah Tanyakan pada orang-orang yang kita angap sukses di sekitar kita, saya yakin tidak ada seseorang pun di antara mereka yang mencapai kesuksesan dengan mudah, semua harus dilalui dengan berbagai rintangan dan ujian, serta kerja keras yang harus dilakukan. Mau sukses? berarti kita harus kerja keras. Atau mau biasa-biasa saja? ya tidak usah kerja keras.

OLEH ;

MOH. FAJAR FADHILAH                                                                                                                   SELASA 29 NOVEMBER 2016-2017

Desember 02, 2016

,

Salah satu ulama jawa timur indonesia tepatnya di daerah lirboyo kediri, KH. ABD KARIM namanya, sempat berwasiat kepada keluarganya beberapa hari sebelum wafat “doa kan aku supaya di akui jadi santrinya kiyai KHOLIL bangkalan”  hal ini merupakan hal yg tidak lumrah untuk kalangan kita, biasanya wasiat seseorang ketika mendekati kematian ialah minta di doakan agar dosa-dosanya di ampuni sekaligus amal-amal baiknya d terima oleh allah.

Sebenarnya dawuh beliau (KH.ABD KARIM-red) mengajarkan kepada keluarganya akan pentingnya pengakuan dari guru beliau  (KH.KHOLIL bangkalan-red). Siapa yang tidak mengenal SYAIKHONA MOH KHOLIL yang mencetak santri-santri yang menjadi ulama’  luar biasa. Diantaranya pendiri organisasi islam NAHDLATUL ULAMA’ sekaligus pendiri pondok pesantren tebuireng jombang, KH. HASYIM ASY’ARI, Pendiri pondok pesantren salafiyah syafi’iyah sukerejo situbondo KH. AS’AD SYAMSUL ARIFIN. Pendiri pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata KH. ABD MAJID, pengasuh pondok pesantren Banyuanyar KH. ABD HAMID BAKIR Dan ULAMA-ULAMA yg lain. Maka tak heran banyak murid-muridnya yg ingin diakui menjadi santrinya beliau salah satunya KH. ABD KARIM, karena dengan adanya pengakuan dari gurunya, beliau sudah menjadi salah satu anggota dari rombongannya. Karena sebenarnya seorang guru dengang muridnya diibaratkan dg rombongan menuju jalan yg di ridloi ALLAH SWT (surga), sebab Jika kita misalnya berjalan sendirian menuju jalan-NYA tanpa adanya rombongan niscaya hal itu akan sulit dan bisa saja membuat kita tersesat. karena kita tidaklah tau akan jalan mana yg benar dan jalan mana yg salah, tentunya hal ini membutuhkan seorang pembimbing, penunjuk (guru). Karena kita sendiri sangatlah jauh dari-NYA, hal ini di sebabkan minimnya keilmuan kita dan kekurangan-kekurangan yg lainya, berbeda dg guru kita yg ilmunya begitu luas, selalu bertaqorrub kepada-NYA berprilaku sesuai tuntutan ajaran nabi SAW dan perbuatan-perbuatan baik lainnya. Maka kedekatan terhadap guru kita dg berkhidmat,belajar kepadanya dan lain sebagainya sangatlah penting.

Maka mungkin dengan khidmat dan kedekatan beliau (KH. ABD KARIM) kepada gurunya (KH. KHOLIL) sampai ajal mendekatpun masih tetap ingat  gurunya dan minta didoakan agar diakui menjadi santrinya, muncullah keberkahan gurunya, kita bisa lihat KH. ABD KARIM mendirikan pesantren salaf besar yg begitu eksis hingga sekarang yaitu Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur.

Terkadang kita begitu bangga memiliki seorang guru yg alim, profesional dan lain-lain. Namun apakah guru kita mengakui bahwa kita adalah muridnya. Hal ini penting untuk kita koreksi. Karena bisa saja dengg prilaku kita yang kurang baik menjadikannya sakit hati dan hilangnya keberkahan ilmu yg kita dapat. Sehingga hal ini menyebabkan terputusnya hubungan rohani antara guru dan murid. Terlebih keberadaan kita d tengah-tengah pusatnya ilmu (MESIR-red) serta ulama’nya yg ramah dan tidak mengenal yg namanya gengsi karena mungkin beliau-beliau ikhlas dalam mengajar dan mendidik. Hal ini merupakan kesempatan emas untuk  kita gunakan dengan cara berkhidmat dan belajar di dalamnya. Karena bisa saja kita berada di dalamnya namun tidak memanfaatkannya dengan baik, Sama halnya kita sedang tertidur nyenyak. Maka tak heran jika salah satu mahasiswa senior AL AZHAR berpesan kepada mahasiswa juniornya bagaimana menjalani hidup di negara ARDLU AL KINANAH ini,   " القاهرة ان لم تكن تقهرها فقد قهرتك"kairo jika kamu tidak mampu menaklukannya maka kamu akan ditaklukannya. Karena memang kenyataannya ada banyak hal yg bisa membuat kita lalai bahkan kita terbuai akan pernak pernik orang-orang mesir dan melupakan tujuan utama kita berada disini.

Alhasil, mari kita tata kembali tujuan sekaligus niat utama kita berada di ARDLU AL ANBIYA’ ini, tetap mengingat sekaligus mendoakan orang tua kita dan guru-guru kita yg di indonesia,mulai dari guru ngaji sampai guru yg sekarang. Mungkin dengan hal itu bisa membuat kita menjadi semangat dalam berkhidmat dan belajar kepada ulama-ulama disini dan mendapatkan keberkahan dalam menjalani kehidupan di bumi para nabi ini.


*MUHAMMAD SYARIEF
Pasca sarjana  markaz daar el lughah 2016-2017

Follow Us @soratemplates