Februari 05, 2018

Sepak Terjang Tasawwuf

SEPAK TERJANG MUNCULNYA TASAWWUF

By: zainul muttaqin


Jalur tasawwuf merupakan jalur yang sangat sulit untuk dilalui seseorang, baik dari kalangan orang yang sudah mendalam ilmu syariatnya atau apalagi yang masih dangkal. Kesulitan tersebut terjadi karena pelaku tasawwuf atau ahli sufi biasanya tidak sepenuhnya bisa menghindar dari yang namanya gemerlap dunia dan unsur-unsur dari dunia itu sendiri. Disadari atau tidak, sejatinya mulai dulu kita ingin sekali menempuh jalur sufi dan menekuninya melalui berbagai literatur buku dan kitab pedoman yang menyangkut masalah tasawwuf dan sufisme atau dikenal juga oleh orientalis Barat dengan sebutan mistisisme dalam islam. Tapi kenyataannya meskipun keinginan tersebut datang bertubi-tubi bahkan setiap waktu selalu tersemat dalam benak sanubari, sekali lagi hati kita masih belum mampu untuk sekedar menyelami dan mengganderunginya dalam rangka lebih mendekatkan diri pada ilahi sekaligus memperoleh hubungan spesial dengan­­-Nya.

Syahdan seandainya hubungan ini benar-benar terjadi, maka barang tentu akan terjalin kontak komonikasi atau dialog batin antara ruh manusia dan tuhan-Nya serta tentramnya hati karena selalu berada di hadirat-Nya.

Termasuk diantara cara menempuhnya yaitu:

Pertama, dengan cara mengasingkan diri atau mengisolsi diri(uzlah)selama mungkin, sampai pada batasan ittihad(bersatu)dengan tuhan sehingga hati merasa tidak bisa berdetak dan hidup kecuali menyatu dan berinteraksi dengannya, meskipun sebetulnya konsep ittihad ini ditentang oleh imam Ghazali yg kemudian dia menyodorkan konsep baru sebagai penggantinya yaitu  konsep makrifat, yakni pendekatan diri kepada Allah(taqorrub ilallah)tanpa diikuti penyatuan dengan-Nya.  
Kedua, mampu mengendalikan gejolak dunia yang selalu mengintai dalam rentetan kehidupan sampai pada batasan hati tidak terpaud lagi dengannya, melalui fase zuhud(asketisme) dan fana’(ekstase)manakala disebutkan asma tuhan dihadapannya.

Menurut Al Ghazali dalam kitab magnum opusnya Al-munqidz min adh-Dhalaal menuturkan bahwa: “jalan menuju tasawwuf baru dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-hambatan jiwa, serta membersihkan diri dari moral yang tercela, sehingga kalbu dapat lepas dari segala sesuatu yang selain Allah dan berhias dengan selalu mengingat Allah”. Ia pun berpendapat bahwa sosok sufi adalah menempuh jalan kepada Allah, dan perjalanan hidup mereka adalah yang terbaik, jalan mereka adalah yang paling benar, dan moral mereka adalah yang paling bersih. Sebab, gerak dan diam mereka, baik lahir maupun batin, diambil dari cahaya dan lentera kenabian. Selain cahaya kenabian di dunia ini, tidak ada lagi cahaya yang lebih mampu memberi penerangan.

Mengenai pendefinisian tasawwuf sendiri ulama berbeda pendapat, salah satunya adalah pendapat yang dikemukakan oleh Junaid al Baghdadi:

التصوف حفظ الأوقات, ثم قال: وهوأن لايطالع العبدغيرحده ولايوافق غيرربه ولايقارن غيروقفه

Artinya: tashowwuf adalah memelihara waktu. Lalu ia berkata; seorang hamba tidak akan menekuni(amalan tashowwuf)tanpa aturan tertentu, tidak tepat ibadahnya tanpa tertuju kepada tuhan-Nya dan merasa tidak berhubungan dengan tuhan-Nya tanpa menggunakan waktu(beribadah .kepada-Nya)
           
           Uraian dari Junaid al Baghdadi tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa lebih menekankan pada otoritas waktu dalam tasawwuf itu sangat urgen sekali. Karena itu, bagi sebagian ahli sufi menganggap moyoritas waktu dalam kehidupannya tidak ada tujuan lain melainkan hanya untuk mengingat Allah dengan cara menggerakkan ibadah-ibadah sunnah dan dzikir. Bahkan, para ahli sufi mempunyai anggapan bahwa sistem ibadah yang hanya dikerjakan secara formal masih belum dianggap sempurna karena belum memenuhi kebutuhan sepritual kaum sufi. Sedangkan sufisme itu adalah aspek yang sangat penting, sebab sufisme tasawwuf merupakan jantung atau urat nadi dari semua aktualisasi ajaran-ajaran islam sehingga bernilai sempurna atau tidaknya suatu ibadah atau amaliah ajaran islam tergantung dengan ketasawwufannya atau kesucian hatinya.

         Terlepas dari berbagai pandangan ulama mengenai pengertian tasawwuf tadi, ternyata tasawwuf yang sering kita temui dalam kazanah dunia islam dilihat dari sudut pandang sumber atau asal-usulnya menuai konfrontasi yang sangat apik, baik dikalangan cendikiawan islam sendiri maupun non-muslim sekalipun, mereka yang kontra mengasumsikan bahwa tasawwuf islam pada dasarnya bersumber dari agama-agama lain. Pendapat yang bernada kontra tersebut diwakili oleh kalangan orientalis barat dan sebagian kelompok islam yang terpengaruh olehnya. Melalui berbagai tulisan atau jurnal, mereka semua mencoba memalingkan kerohanian tasawwuf atau mistisisme dalam islam pada sumber-sumber asing. Disamping  sumber-sumber al Quran dan kehidupan Rasulullah, mereka mengatakan: “tasawwuf dalam Islam tumbuh karena banyak terpengaruh oleh konsep-konsep kerohanian diluar islam, antara lain terpengaruh dari ajaran agama Hindu, agama Persia, agama Masehi, pemikiran Filsafat Yunani, dan ajaran Neo Platonisme”. Sungguh persepsi ini bagi penulis merupakan suatu instrumen yang sangat hoax.

         Hal ini sesuai dengan ulasan yang ditorehkan oleh al Wafa’ al Ghanimi at Taftazani bahwa sejak permulaan abad ke-19 sampai akhir-akhir ini terjadi perbedaan pendapat dikalangan orientalis tentang asal-usul tasawwuf. Ada sebagian yang beranggapan tasawwuf berasal dari Masehi(Kristen), ada juga yang mengatakan dari unsur Hindu-Budha, unsur Persia, unsur Arab dan sebagainya. Sehingga dari sepak terjang yang sengaja mereka buat mengakibatkan banyaknya komentar keras dan pedas yang diajukan oleh barisan ulama yang pro terhadap keotentikan tasawwuf bersumber dari islam.
       Berbagai asumsi mengenai tasawwuf islam yang coba dilarikan pada kebeduyaan Asing, mengiringi pula pelbagai penelitian oleh kalangan orientalis dan orang yang terpengaruh olehnya sebagai bahan penguat dari hasil penelitian dalam problem tersebut. Namun, dari hasil penelitian tersebut kayaknya terlalu panjang untuk dibahas sehingga mungkin oleh penulis hanya bisa disimpulkan dengan sekilas saja. Semisal: Von Kromyor  dan Nicholson yang dibenarkan pula oleh Goldziher berpendapat bahwa tasawwuf merupakan buah kenashranian pada zaman jahiliyah. Noldiker menambahkan bahwa pakaian wol kasar(bulu domba) yang biasa dipakai oleh ahli sufi adalah milik agama Nashrani. Sementara Darwis al-Birawi mempunyai catatan bahwa ada kemiripan antara konsep tasawwuf islam dengan ibadah Hindu yang kemudian catatan tersebut ditentang oleh Qomar Kailani, dia menganggap pendapat ini terlalu ekstrim karena kalau misalkan pendapat tersebut diterima. Maka berarti pada zaman Rasulullah Ajaran Hindu sudah berkembang di Mekkah. Padahal dalam sejarah masih belum ada kesimpulan seperti itu. Dan masih banyak pendapat-pendapat lain yang juga bersimpangan dengan masalah tersebut.


          Menurut hemat penulis, kecenderungan mereka yang berpendapat bahwa asal-usul tasawwuf bersumber dari luar islam dilatar belakangi karena paradigma mereka itu hanya melihat pada keidentikan atau kemiripan ajaran islam dengan ajaran non-islam saja, tanpa menelisik lebih jauh komponen-komponen yang disuguhkan dari kedua ajaran tersebut. Sehingga, jelaslah bahwa sebenarnya antara kedua konsep dari masing-masing ajaran ini ada perbedaan sangat menonjol yang tidak ada keterkaitan antara satu sama lainnya, meskipun secara sekilas ada kemiripan yang sulit untuk dipisahkan antara keduanya. Disamping itu, paradigma mereka kebanyakan dibangun dari hasil pemikiran logika yang dipengaruhi oleh situasi sosial. Paradigma tidak adil itu jelas akan melihat kemiripan-kemiripan antara satu kasus dengan kasus lainnya sebagai hal yang sama dan bersumber dari hal yang sama pula. Sedangkan bagi ahli tasawwuf muslim yang berpikiran moderat, Abdul Halim Mahmud misalnya, mengaggap bahwa faktor timbulnya tasawwuf bersumber dari al Quran dan Hadist, bukan pengaruh dari luar islam. Berdasarkan dua sumber itulah benih-benih tasawwuf itu muncul, kemudian berkembang mengiringi berkembangnya ajaran tasawwuh dari luar islam.
          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates