,
"Kenapa judulnya sapi, kamu suka sapi,
ya?"
“Suka dan bingung, bingung bagaimana caranya
tahun depan saya bisa berkurban sapi"
"Jangan sapi, berat! Kambing saja! Sapi
mahal"
“Kambing memang murah, tapi maaf, sekarang saya
maunya cuma sapi. Gak tau kalau tahun depan, tunggu aja"
"Kamu tau gak? Kenapa saya maunya cuma
ingin berkurban sapi?"
"Kenapa?"
“Biar nanti di akhirat kita bisa boncengn berdua
Kalau kita kurbannya kambing kita gak bisa boncengan, kita masing-masing, gak
romantis banget kan. Padahal kita tiap berangkat dan pulang sekolah kita selalu boncengan berdua"
Maaf
bukan itu jawabannya. Kalau yang tadi itu sih, Mas Dilan yang
ngejawab. Dia ngebajak key board qwerty saya.
Saya
di sini sebenarnya gak mau bahas soal sapi. "Loh, itu judulnya kok, sapi.
Katanya gak mau bahas soal sapi. Kalau judulnya sapi tentu yang dibahas hal-hal
yang berkaitan dengan sapi dong! Bukan kerbau?" Aduh! Mas Dilan nongol
lagi, nih!
Menurut saya, sih. Meskipun judulnya sapi, tidak
harus yang dibahas di dalamnya hal yang berkaitan dengan sapi, sepeti
jenis-jenis sapi, harga sapi, daging sapi, susu sapi, anak sapi, cucu sapi dll.
Seperti surah al-Baqarah (sapi, ingat! Bukan sapi
betina, tapi semua jenis sapi. Artinya sapi apa aja. Sapi cewek kek, cowok kek, yang penting sapi.
Jangan banyak tanya,
ingat, yang penting sapi!) surah kedua dalam al-Quran. Meski surah ini
diberi nama sapi, tapi yang dibahas di dalamnya bukan hal yang berkaitan dengan
sapi.
"Kan, di dalamnya memang
disebutkan cerita tentang sapi yang disuruh sembelih, ya, pantas kalau diberi
nama sapi" Aduh! Mas Dilan, Mas Dilan. Memang di surah tersebut
disebutkan tentang cerita sapi. Kalau alasanya seperti itu, tentu kisah Nabi
Ibrahim dan putranya Nabi Ismail dalam membangun Ka'bah lebih menarik untuk
dijadikan Nama. Atau hukum telak, menikahi non muslim dll
yang terdapat dalam surah itu. Apa sih hebatnya sapi,
sampek dijadiin nama surah dalam al-Quran. Yang saya heranlagi kenapa harus sapi?
Padahal dulu, sapi gak ngetren-ngetren amat. Gak seperti sekarang. Kalau
sekarang mah sapi ngentren abis, sampek ada pasaranya segala,
kalau di Madura nama pasarnya Keppo. Orang-orang arab dulupun
jarang yang ternak sapi, yang banyak ternak onta dan kambing.
"Ya,
itukan sudah tauqifi" Mas Dilan, meskipun itu tauqifi seharusnya kita
harus mengetahuinya lebih dalam lagi. Kalau misalnya ada yang tanya, kenapa
surah kedua dalam al-Quran diberi nama al-Baqoroh? "Ya, jawab aja, karena
di dalamnya ada kisah tentang sapi, selesaikan!" Yah, kalau jawabannya
seperti itu semua orang yang baca al-Quran tau, kalau di dalamnya ada cerita tentang
sapi.
Ok,
kembali lagi ke awal. Kita lupanka percakan saya dengn Mas Dilan yang barusan, biarlah itu jadi masa
lalu.
Bisa
jadi, judulnya A tapi isinya tentang si
B(minjam bahasa Bpk
Quraish Sihab ‘bisa jadi’ hehe). Seperti penamaan
surah al-Baqorah tadi. Padahal sapi pada masa itu bukanlah hewan yang mashur,
baik dikalangan bani israil maupun orang arab. Tapi kenapa dijadikan nama. Disini
menunjukan bahwa al-Quran itu tidak terlalu risau dengan nama, tapi lebih fokus
pada esensinya. Seperti yang disampaikan Ulil Absor Abdallah, bahwa kisah dalam
al-Quran itu tidak terlalu risau dengan kelengkapan kisahnya tapi yang sangat
diperhatikan adalah tentang moral, atau misi, isi atau esensinya. Begitu juga
dengan nama surah ini. Sebenarnya yang sangat ditekankan dari pemberian
nama ini yaitu tentang esensi yang melatar belakangi penamaan itu.
Hal ini seirama dengan pendapat syaikh Sya'rawy,
menurut beliau yang harus kita garis bawahi dalam pemberian
nama sapi(al-Baqarah) di surah kedua ini yaitu tentang kejadian yang
sangat luar biasa, yaitu tentang kebangkitan(al-ba'tsu). Di zaman
Nabi Musa Allah telah menghidupkan orang yang sudah mati dengan sebagian anggota tubuh sapi
untuk memberi kesaksian. Dan ini adalah satu-satunya kebangkitan yang pernah
terjadi di dunia. Sedangkan hari kebangkitan itu adalah salah satu dari ajaran pokok
dalam Islam yang harus diimani. Disinilah poin
yang sangat mendasar yang bisa dijadikan alasan kenapa
surah kedua itu diberi nama
al-Baqarah.
Sayyid
Tanthawi juga mencoba memberi alasan kenapa suarah kedua tersebut diberi nama
sapi. Pada zaman Nabi Musa, sebagian dari kaumnya ada yang menyembah sapi. Oleh
karena itu ketika Nabi Musa meminta pertolongan kepada Allah agar Allah memberi
soluai atas perselisihan yang terjadi pada kaumnya. Allah
memerintahkan untuk menyembelih sapi. Di sini Allah ingin menujukkan kepada
mereka bahwa sapi hanyalah hewan sembelihan, hewan pembajak sawah, hewan yang
diperkerjakan bukan untuk dijadikan sembahan. Karena satu-satunya yang berhak
disembah adalah Allah yang Maha Kuasa.
Mungkin
dua alasan di atas itulah yang sangat pas untuk dijadikan sebagian dari hal
yang melatar belakangi
kenapa surah kedua dalam al-Quran itu deberi nama al-Baqarah.
Jadi sangatlah jelas,
meskipun judulnya sapi,
bisa jadi yang dibahas bukan sapinya tapi hidangan kopinya hehe. Mungkin itu dulu pembahasan
kita soal sapi dan Mas Dilan. Kalau ada yang komen isi dan judul tidak
nyambung, mimang itu yang ingin saya inginkan dalam tulisan
ini. Hehe…Semoga tahun depan kita bisa berkuraban sapi seperti
yang dicita-citakan
Mas Dilan. Berkurban sapi agar tetap bisa boncengan denga Mbk Miela.
By : Zaka Asyrof