Februari 14, 2018

KONTRA













Kontra lawan dari kata pro, kontara = tidak setuju, pro = setuju. Seseorang yang tidak sependapat dengan orang lain berarti kontra, dan orang yang tidak disetujui disebut sebagai sosok kontroversi/ tokoh kontroversi. Baik karena pendapatnya berbeda dengan mayoritas atau kebijakannya seringkali melawan arus. Dari sini, dapat dipahami bahwa pro dan kontra merupakan keniscayaan, sebagaimana perbedaan merupakan keniscayaan.

Kita tidak akan saling melengkapi jika kita semua sama, kita tidak akan berkembang tanpa perbedaan, kita tidak akan kaya budaya dan peradaban tanpa keragaman, kita tidak akan berbagi tanpa perbedaan. Itu artinya, tuhan mau kita berbeda, Dia ciptakan baik dan buruk, suci dan najis, bersih dan kotor, malaikat dan syetan, surga dan neraka. Namun Dia perintahkan kita pada yang baik tanpa yang buruk, pada yang suci bukan yang najis, pada yang bersih bukan yang kotor, pada bisikan malaikat bukan bisikan syetan, pada surga bukan neraka.

Maka sangat berbeda antara "Menciptakan " dan "Memerintahkan". Allah SWT Pencipta alam semesta baik dan buruk, karena Dia berhak atas segala keputusan-Nya. Namun Dia hanya memerintahkan pada yang baik dan melarang dari yang buruk, karena Dia-lah Penguasa yang sesungguhnya. Allah SWT berfirman:

ۗ  اَلَالَـهُ الْخَـلْقُ وَالْاَمْرُ  ۗ  تَبٰرَكَ اللّٰهُ رَبُّ الْعٰلَمِيْنَ

" Ingatlah! Segala penciptaan dan urusan menjadi hak-Nya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam."
(QS. Al-A'raf 7: Ayat 54)

Allah ciptakan manusia tidak seperti malaikat yang selalu dalam ketaatan dan tak bisa berbuat kemaksiatan, dianugerahinya kemampuan memilih kebaikan dan keburukan sebagai keistimewaan dan kelebihan manusia dari makhluk ciptaan Allah yang lain. Perbedaan pendapat dan pandangan disebabkan perbedaan tingkat pemahaman, perbedaan tingkat pemahaman disebabkan perbedaan tingkat keilmuan dan pengetahuan.

Setiap orang memahami sesuai keilmuan dan pengetahuannya, semakin berilmu dan banyak belajar, semakin bijaksana dan tidak mudah mempertentangkan perbedaan. Karena pertentangan terjadi disebabkan kebutaannya pada cara pandang orang lain, karena sempitnya pandangan dan wawasannya sendiri.

Sebagaimana perkataan Plato yang dikutip Imam Muhammad Abu Zahra dalam bukunya yang berjudul  " "تاريخ المذاهب الإسلاميةYang artinya : (( Sesungguhnya tidak semua orang bisa menepati kebenaran secara utuh, tidak juga menepati kesalahan secara utuh. Tetapi, setiap orang bisa salah dari satu sisi, dan bisa benar dari sisi yang lain. Sebagaimana sekumpulan orang buta yang mendekati se ekor gajah, lalu setiap mereka meraba salah satu dari anggota tubuh gajah itu dengan tangannya. Kemudian mereka menggambarkan bentuk gajah sesuai yang dirabannya. Maka orang yang meraba kakinya berpendapat: “bentuk gajah panjang bundar seperti batang pohon”. sedang yang meraba punggung gajah berpendapat: “bentuknya seperti bukit yang tinggi”. dan yang meraba telinganya berpendapat: “bentuk gajah lebar dan tipis”. Dan semuanya telah menyampaikan sesuai pengetahuannya, dan semua saling menyalahkan yang lain, lalu menuduh saudaranya telah salah dan bodoh dalam mendefinisikan gajah. Maka lihatlah bagaimana kebenaran menyatukan mereka, dan lihatlah kebohongan dan kesalahan menjadi perpecahan! !))

Lalu Imam Muhammad Abu Zahra berkata, " Kebanyakan perbedaan bukan karena kesamarannya, melainkan karena setiap pihak tidak mengetahui cara pandang saudaranya sehingga pandangan mereka berbeda dalam satu permasalahan. Dari itulah Socrates berkata, " Jika diketahui titik permasalahan, pasti tak akan terjadi pertentangan."

Yang ingin disampaikan disini bukan persoalan pro dan kontra, bukan pula sisi perbedaan dan kesamaan, karena semua ini merupakan keniscayaan yang tidak perlu dipertentangkan. Pesan yang ingin disampaikan di sini adalah  "persatuan" yang seringkali diabaikan karena terlalu ambisi mempertahankan pendapatnya sendiri, lupa saudaranya sendiri. Melihat lawan bicaranya sebagai musuh bahkan melebihi musuh, dianggapnya syetan tidak ada kebaikan sedikitpun dalam dirinya - ditolak segala pendapat dan argumentasinya dianggapnya mungkar, dan pendapatnya sendiri makruf dan kebenaran sehingga yang dipupuk perpecahan untuk membinasakan persatuan.

Kita semua pasti tahu pepatah berikut, tetapi sering kita abaikan - انظرماقال ولاتنظرمن قال -
Lihat apa yang disampaikan namun jangan lihat siapa yang menyampaikan”. Andai setiap kita memahami dan menerapkan betul-betul nilai yang terkandung, pasti yang lahir toleransi dan kasih sayang, bukan kebencian, permusuhan dan pertikaian penyebab perpecahan.

Maka, sebelum mengkritik atau anti pada seseorang, yang paling pertama dan utama yang mesti diperhatikan adalah diri kita. Tanyakan, "Siapakah diri anda, pelajar atau pendidik?”. Sehingga jelas posisi anda yang sebenarnya, pelajar tugasnya belajar dan mengumpulkan ilmu pengetahuan sebanyak mungkin, bukan mengkritik seorang ilmuan yang sudah jauh lebih tinggi dan luas ilmu pengetahuan dan wawasannya dari anda. Dalam masyarakat saja, anak kecil yang berusaha menasehati orang tua akan menjadi lelucon, meskipun yang disampaikannya kebenaran. Karena anak tidak diperhitungkan. Nasehat dan argumentasi akan diperhitungkan bila datang dari orang yang sederajat keilmuan dan kedudukannya.

Karena, seorang ilmuan menyampaikan pendapatnya secara ilmiah, mereka punya data yang bisa dipertanggung jawabkan. Bahkan, dalam penyampaiannya dia menggunakan kosa kata yang sesuai, dan sangat berhati-hati dalam berpendapat dan bersikap. Dan semua itu tidak ada dalam diri orang kebanyakan/awam, mereka hanya bisa berkata "katanya dan kabarnya", ketika dimintai data yang valid mereka akan berkata, " tidak tahu/itu yang saya tahu/itu yang saya dengar/itu yang dikatakan guru saya/pokoknya begitu pendapat saya masa bodoh dengan orang lain/ dsb”. Untuk menutupi kebodohannya dan kesalahannya.

Kontra bukan berarti salah, boleh jadi benar dalam kondisi tertentu. Kontroversi bukan berarti mutlak tertolak, boleh jadi kontroversi dalam satu persoalan, namun tidak lantas mengklaim semua pendapatnya kontroversi. Kita boleh berbeda pendapat bahkan berseberangan, tetapi jangan sampai menjadikan kita buta, tuli, dan bisu pada kebenaran yang datang dari sosok yang kita anggap kontroversi dalam satu dua tiga persoalan saja.

Karena jika demikian, berarti kita tidak bijak menilai sesuatu, mengukur kebenaran dari tokoh, bukan mengukur tokoh dengan kebenaran itu sendiri. Sebagaimana Sayyidina Ali Ra berkata – لايعرف الحق بالرجال , اعرف الحق تعرف اهله - "Kebenaran tidak diketahui dari tokoh, maka kenalilah kebenaran itu niscaya kau akan kenali ahlinya”. Tentunya dengan terus belajar dan mengamalkannya, belajar untuk memperbaiki diri sendiri sebelum memberikannya untuk orang lain.

Ketika menemukan sesuatu yang kontroversi, dan semua pihak merasa paling benar. Sebisa mungkin hindari kebencian, keangkuhan, fanatisme dan perpecahan dengan berkata: "Kamu bisa jadi yang benar, bisa jadi aku yang salah, atau sebaliknya. Kita semua berusaha mencari kebenaran." Sebagaimana Allah Mengajarkan kita dalam Al-Qur'an untuk tetap menghargai keyakinan orang yang tidak seiman sebagai saudara sesama makhluk, apalagi dengan saudara seiman dan sesama makhluk . Allah SWT berfirman:

قُلْ مَنْ يَّرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ ۗ  قُلِ اللّٰهُ   ۙ  وَاِنَّاۤاَوْاِيَّاكُمْ لَعَلٰى هُدًى اَوْفِيْضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ

"Katakanlah (Muhammad), Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi? Katakanlah, Allah, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata."

(QS. Saba' 34: Ayat 24).

Wallahua'lam bis-showab.

By: Muhammad Amien Ghazali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates