Juli 21, 2018

Dua Merpati















Amr bin Ash merupakan salah satu sahabat Rasulullah yang telah memberikan sumbangsih begitu besar bagi penyebaran islam. Di tangannya, Negeri tempat peradaban purba dunia (Mesir) dapat ditaklukkan oleh Umat islam. Ide penaklukan Mesir yang saat itu dikuasai Imperium Romawi muncul dari benak Amr bin Ash setelah umat islam berhasil menaklukan Baitul Maqdis pada tahun ke 15 H. Dia kemudian menyampaikan ide itu ke Amirul Mukminin (Umar bin khattab). Awalnya Umar bimbang atas Ide itu karena khawatir pengaruh  Islam tidak kuat di negeri-negeri yang telah ditaklukan, seperti Syam. Tetapi karena Amr bin Ash terus mendesak Umar dengan memberikan pertimbangan Mesir adalah Negeri yang subur dan sangat strategis bagi perkembangan Islam, akhirnya Umar menyetujui ide itu dan berangkatlah Amr bin Ash bersama 4000 tentara.

***

Armanusah, adalah putri dari Muqauqis, raja Mesir waktu itu. Pasalnya, sang putri dengan ditemani Maria dan segenap pasukan pengawal sedang melakukan perjalanan menuju Qaisyariah untuk diserahkan sebagai mempelai wanita terhadap tunangannya yaitu Qastantin bin Heraklius, salah satu putera Raja Romawi saat itu. Maria adalah pelayan sekaligus teman sang putri, perempuan keturunan bangsa Yunani yang dihadiahkan oleh Muqauqish untuknya. Konon, menjadi sempurna kecantikannya saat aura kecantikan Yunani tercampur dengan aura kecantikan Mesir. Dan keduanya sama-sama penyair.

Di Bilbis tepatnya, salah satu kota kuno di pinggiran Mesir bagian Utara, di sanalah Rombongan Amr bin Ash bertemu dengan rombongan sang putri dan terjadilah peperangan disana.  Akhirnya pasukan islam menang dan sang putri pun menjadi bagian dari tahanan. Namun, sebagai penghormatan terhadap Muqauqish, sang puteri dibebaskan dan dikirimkan kepada ayahnya.

Di perjalanan pulang, disanalah awal kekaguman sang puteri Armanusyah terhadap islam dan Amr bin Ash khususnya. Terjadilah bincang-bincang kecil antara puteri Armanusyah dan Maria:

“kenapa engkau bersedih wahai Maria? Saya lihat mereka bukanlah perompak seperti Romawi, mereka berperang hanya untuk menciptakan kedamaian dan keadilan bagi semua kalangan. Di Dunia ini, adakalanya sebuah kebaikan tidak bisa terwujud kecuali  dengan kekerasan dan penaklukkan  karena setelah menaklukkan, mereka bisa mengatur dunia dengan keadilan. Lihatlah, mereka menaklukan dunia dengan pedang dan akhlak, pedang mereka adalah budi pekerti mereka untuk menegakkan haq dan membasmi kebatilan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkn wahai Maria, mereka bukanlah orang-orang Romawi yang hanya mengerti dunia dengan harga, entah itu halal atau haram layaknya hewan”. Ungkap sang puteri terhadap temannya Maria yang sedang menangis dalam tenda tahanan.

“ Demi ayahmu wahai puteri Armanusyah, ini sungguh menakjubkan! Sokrates, Plato, Aristoteles dan semua ahli hikmah dan filosof kita, mereka semua telah mati. Dan mereka tidak bisa mendidik, membangun dunia dengan Hikmah atau Filsafat mereka kecuali dengan apa yang telah mereka tulis. Bahkan tulisan mereka pun tidak merubah peradaban secara universal, tapi hanya  membuat peradaban di sebagian kalangan mereka sendiri, tidak seperti halnya mereka muslimin. Bagaimana bisa Nabi mereka, Muhammad dengan tenggang waktu yang secepat ini mampu menciptakan peradaban baru yang penuh dengan kemajuan dan kejayaan, sedangkan dia hanyalah seorang Ummi (tidak bisa membaca dan menulis), tidak pernah belajar membaca dan menempuh pendidikan?”. Kata Maria mulai tenang.

“ kenapa kita seolah sedang berada di pihak Amr bin Ash dan masuk pada agamanya ya?”. Tambah Maria lagi, dan membuat mereka tertawa  lepas kemudian.

“ Ajaran dan Iman mereka telah membuat mereka yang hanya ribuan seakan ratusan ribu untuk melawan pasukan Romawi yang jumlahnya puluhan kali lipat dari mereka. Sungguh ini adalah sirrun ilahiyun yang tak bisa diterima akal “. Gumam sang puteri.

“ aku tidak pernah merasa seaman ini menjadi tahanan, bahkan tadi saat engkau memintaku mengirimkan surat kepada pimpinan mereka, Amr bin Ash untuk memerintahkan sebagian pasukannya mengawal kita kembali pulang”

“ lalu bagaimana menurutnya, apa katanya? “. Potong Armanusyah.
“ sungguh dia bersikap sebagai laki-lai yang sangat mengagumkan. Dua hal yang menuntutnya bersikap seperti itu; kemuliaan dan agamanya. Dan dia juga berkata: “katakanlah pada sang puteri, Nabi kita bersabda: perlakukanlah orang-orang Qibthi Mesir dengan baik, sesungguhnya mereka dalam lindungan kita”. Dan dia juga berkata: “katakan pada sang puteri, kita disini bukan bandit untuk merompak, tapi kita sebagai solusi menuju perubahan dan peradaban”. Jelas Maria.

“ jelaskan padaku seperti apa sosok Amr bin Ash itu wahai Maria”. sifat kewanitaannya mulai menguasainya.

“ saat itu dia sedang berada ditengah-tengah pasukan yang menunggangi kuda-kuda pilihan. Melihat mereka bagaikan melihat setan-setan yang ditunggangi setan dalam jenis yang lain. Saat aku sedang mencarinya, seorang yang menurutku itu adalah seorang penerjemah menunjukkannya padaku. Pada saat itu aku melihatnya sedang berada diatas kuda hitamnya, kuda kuwait pilihan, gagah perkasa, kekar dan panjang lehernya, terdapat poni- poni menawan dibagian kepalanya seperti poni gadis-gadis Romawi, mendengus, berjingkrak-jingkrak dengan gagah seakan kuda itu ingin mengatakan sesuatu.....”

“ aku tidak bertanya tentang kudanya!” potong sang puteri..
“ oh iya, kalau senjatanya...”
“ bukan juga tentang senjatanya, cukup jelaskan seperti apa orangnya, perawakannya, dan postur tubuhnya!!” potong puteri Armanusyah lagi merasa jengkel dengaan penjelasan Maria yang dianggap sedang menggodanya.

“ dia tidak terlalu tinggi dan tidak pendek, badannya tegap mencerminkan kekuatan dan kegagahannya. Kepalanya besar menunjukkan kecerdasaanya, dahinya lapang menunjukkan kecekatannya, dan kedua bola matanya hitam pekat.....”

“ menunjukkan apa??” potong sang puteri sambil tertawa.
“ raut mukanya bersinar seperti mutiara terkena cahaya. Tatapannya tajam seakan kedua matanya tak pernah berhenti berkata-kata pada setiap mata yang memandangnya. Keningnya yang lebar tertulis disana kejeniusan pemikirannya. Dan bahasa wajahnya...” maria terdiam sejenak. “ setiap kali saya memandangnya tak ada yang bisa saya simpulkan dari bahasa tersebut, kecuali keinginan untuk memandangnya berkali-kali lagi “. Lanjut Maria kemudian, lalu mereka sama-sama terdiam seribu bahasa, membiarkan khayalan dalam menggambarkannya bergelut manja dengan perasaannya. Entah sengaja atau tidak, tiba tiba puteri Armanusyah bergumam: “begitulah Maria, beberapa hal di dunia ini kadang memang  tidak bisa di ekspresikan dengan kata dan terhadap jiwa kecuali ingin mengulanginya berkali-kali lagi, salah satunya adalah rasa nyaman itu”

“ Demi Tuhan, betapa yang kau katakan itu sangatlah benar. Sungguh aku tidak bisa memuaskan mataku dari memandangnya, keterlenaanku hampir membuatku berpikir dia bukanlah manusia. Dan teduh muka itu... terpancar kewibawaan yang luar biasa. Itulah yang membuatku tak bisa puas dengan sekali memandangnya.” Lirih Maria memejamkan mata.

“ kewibawaannya, apa kedua bola matanya yang hitam pekat itu?. Goda sang puteri  sambil tersenyum dan terbalas senyum. Sipu...

Bersambung.....

Oleh: Ach. Mahfud

4 komentar:

Follow Us @soratemplates