Amr bin Ash merupakan salah satu sahabat Rasulullah yang telah memberikan
sumbangsih begitu besar bagi penyebaran islam. Di tangannya, Negeri tempat
peradaban purba dunia (Mesir) dapat ditaklukkan oleh Umat islam. Ide penaklukan
Mesir yang saat itu dikuasai Imperium Romawi muncul dari benak Amr bin Ash
setelah umat islam berhasil menaklukan Baitul Maqdis pada tahun ke 15 H. Dia
kemudian menyampaikan ide itu ke Amirul Mukminin (Umar bin khattab). Awalnya
Umar bimbang atas Ide itu karena khawatir pengaruh Islam tidak kuat di negeri-negeri yang telah
ditaklukan, seperti Syam. Tetapi karena Amr bin Ash terus mendesak Umar dengan
memberikan pertimbangan Mesir adalah Negeri yang subur dan sangat strategis
bagi perkembangan Islam, akhirnya Umar menyetujui ide itu dan berangkatlah Amr
bin Ash bersama 4000 tentara.
***
Armanusah, adalah putri dari Muqauqis, raja Mesir waktu itu.
Pasalnya, sang putri dengan ditemani Maria dan segenap pasukan pengawal sedang
melakukan perjalanan menuju Qaisyariah untuk diserahkan sebagai mempelai wanita
terhadap tunangannya yaitu Qastantin bin Heraklius, salah satu putera Raja Romawi
saat itu. Maria adalah pelayan sekaligus teman sang putri, perempuan keturunan
bangsa Yunani yang dihadiahkan oleh Muqauqish untuknya. Konon, menjadi sempurna
kecantikannya saat aura kecantikan Yunani tercampur dengan aura kecantikan
Mesir. Dan keduanya sama-sama penyair.
Di Bilbis tepatnya, salah satu kota kuno di pinggiran Mesir bagian
Utara, di sanalah Rombongan Amr bin Ash bertemu dengan rombongan sang putri dan
terjadilah peperangan disana. Akhirnya
pasukan islam menang dan sang putri pun menjadi bagian dari tahanan. Namun,
sebagai penghormatan terhadap Muqauqish, sang puteri dibebaskan dan dikirimkan
kepada ayahnya.
Di perjalanan pulang, disanalah awal kekaguman sang puteri Armanusyah
terhadap islam dan Amr bin Ash khususnya. Terjadilah bincang-bincang kecil
antara puteri Armanusyah dan Maria:
“kenapa engkau bersedih wahai Maria? Saya lihat mereka bukanlah
perompak seperti Romawi, mereka berperang hanya untuk menciptakan kedamaian dan
keadilan bagi semua kalangan. Di Dunia ini, adakalanya sebuah kebaikan tidak
bisa terwujud kecuali dengan kekerasan
dan penaklukkan karena setelah menaklukkan,
mereka bisa mengatur dunia dengan keadilan. Lihatlah, mereka menaklukan dunia
dengan pedang dan akhlak, pedang mereka adalah budi pekerti mereka untuk
menegakkan haq dan membasmi kebatilan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkn wahai
Maria, mereka bukanlah orang-orang Romawi yang hanya mengerti dunia dengan harga,
entah itu halal atau haram layaknya hewan”. Ungkap sang puteri terhadap
temannya Maria yang sedang menangis dalam tenda tahanan.
“ Demi ayahmu wahai puteri Armanusyah, ini sungguh menakjubkan!
Sokrates, Plato, Aristoteles dan semua ahli hikmah dan filosof kita, mereka
semua telah mati. Dan mereka tidak bisa mendidik, membangun dunia dengan Hikmah
atau Filsafat mereka kecuali dengan apa yang telah mereka tulis. Bahkan tulisan
mereka pun tidak merubah peradaban secara universal, tapi hanya membuat peradaban di sebagian kalangan mereka
sendiri, tidak seperti halnya mereka muslimin. Bagaimana bisa Nabi mereka,
Muhammad dengan tenggang waktu yang secepat ini mampu menciptakan peradaban
baru yang penuh dengan kemajuan dan kejayaan, sedangkan dia hanyalah seorang
Ummi (tidak bisa membaca dan menulis), tidak pernah belajar membaca dan
menempuh pendidikan?”. Kata Maria mulai tenang.
“ kenapa kita seolah sedang berada di pihak Amr bin Ash dan masuk
pada agamanya ya?”. Tambah Maria lagi, dan membuat mereka tertawa lepas kemudian.
“ Ajaran dan Iman mereka telah membuat mereka yang hanya ribuan
seakan ratusan ribu untuk melawan pasukan Romawi yang jumlahnya puluhan kali
lipat dari mereka. Sungguh ini adalah sirrun ilahiyun yang tak bisa
diterima akal “. Gumam sang puteri.
“ aku tidak pernah merasa seaman ini menjadi tahanan, bahkan tadi saat
engkau memintaku mengirimkan surat kepada pimpinan mereka, Amr bin Ash untuk
memerintahkan sebagian pasukannya mengawal kita kembali pulang”
“ lalu bagaimana menurutnya, apa katanya? “. Potong Armanusyah.
“ sungguh dia bersikap sebagai laki-lai yang sangat mengagumkan.
Dua hal yang menuntutnya bersikap seperti itu; kemuliaan dan agamanya. Dan dia
juga berkata: “katakanlah pada sang puteri, Nabi kita bersabda: perlakukanlah
orang-orang Qibthi Mesir dengan baik, sesungguhnya mereka dalam lindungan
kita”. Dan dia juga berkata: “katakan pada sang puteri, kita disini bukan
bandit untuk merompak, tapi kita sebagai solusi menuju perubahan dan peradaban”.
Jelas Maria.
“ jelaskan padaku seperti apa sosok Amr bin Ash itu wahai Maria”.
sifat kewanitaannya mulai menguasainya.
“ saat itu dia sedang berada ditengah-tengah pasukan yang
menunggangi kuda-kuda pilihan. Melihat mereka bagaikan melihat setan-setan yang
ditunggangi setan dalam jenis yang lain. Saat aku sedang mencarinya, seorang
yang menurutku itu adalah seorang penerjemah menunjukkannya padaku. Pada saat
itu aku melihatnya sedang berada diatas kuda hitamnya, kuda kuwait pilihan,
gagah perkasa, kekar dan panjang lehernya, terdapat poni- poni menawan dibagian
kepalanya seperti poni gadis-gadis Romawi, mendengus, berjingkrak-jingkrak
dengan gagah seakan kuda itu ingin mengatakan sesuatu.....”
“ aku tidak bertanya tentang kudanya!” potong sang puteri..
“ oh iya, kalau senjatanya...”
“ bukan juga tentang senjatanya, cukup jelaskan seperti apa
orangnya, perawakannya, dan postur tubuhnya!!” potong puteri Armanusyah lagi
merasa jengkel dengaan penjelasan Maria yang dianggap sedang menggodanya.
“ dia tidak terlalu tinggi dan tidak pendek, badannya tegap mencerminkan
kekuatan dan kegagahannya. Kepalanya besar menunjukkan kecerdasaanya, dahinya
lapang menunjukkan kecekatannya, dan kedua bola matanya hitam pekat.....”
“ menunjukkan apa??” potong sang puteri sambil tertawa.
“ raut mukanya bersinar seperti mutiara terkena cahaya. Tatapannya
tajam seakan kedua matanya tak pernah berhenti berkata-kata pada setiap mata
yang memandangnya. Keningnya yang lebar tertulis disana kejeniusan
pemikirannya. Dan bahasa wajahnya...” maria terdiam sejenak. “ setiap kali saya
memandangnya tak ada yang bisa saya simpulkan dari bahasa tersebut, kecuali
keinginan untuk memandangnya berkali-kali lagi “. Lanjut Maria kemudian, lalu
mereka sama-sama terdiam seribu bahasa, membiarkan khayalan dalam
menggambarkannya bergelut manja dengan perasaannya. Entah sengaja atau tidak,
tiba tiba puteri Armanusyah bergumam: “begitulah Maria, beberapa hal di dunia
ini kadang memang tidak bisa di
ekspresikan dengan kata dan terhadap jiwa kecuali ingin mengulanginya
berkali-kali lagi, salah satunya adalah rasa nyaman itu”
“ Demi Tuhan, betapa yang kau katakan itu sangatlah benar. Sungguh
aku tidak bisa memuaskan mataku dari memandangnya, keterlenaanku hampir
membuatku berpikir dia bukanlah manusia. Dan teduh muka itu... terpancar
kewibawaan yang luar biasa. Itulah yang membuatku tak bisa puas dengan sekali
memandangnya.” Lirih Maria memejamkan mata.
“ kewibawaannya, apa kedua bola matanya yang hitam pekat itu?. Goda
sang puteri sambil tersenyum dan
terbalas senyum. Sipu...
Bersambung.....
Oleh: Ach. Mahfud
Ditunggu lanjutannya ya kaka.. ��
BalasHapusSegera
HapusMantab kaka
BalasHapusWaaaw mantap wan
BalasHapus