Juli 28, 2018

Perbedaan Adalah Keniscayaan












Hal paling mendasar yang harus diakui adalah, tuhan tidak menciptakan dunia hanya untuk satu ciptaannya saja, tapi beraneka ragam makhluk ciptaan-Nya, seperti: manusia, hewan, tumbuhan dan bahkan benda mati yang gampang dijumpai adalah bukti bahwa itu semua ada untuk ditadabburi oleh akal dan dicari hikmah dari perbedaan jenis itu. Dari masing-masing jenis juga memiliki perbedaan, seperti contoh: manusia, jenis ini memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya, baik dari bahasa, adat, warna kulit dan lain sebagainnya.

            Akal dan pemikiran adalah instrumen paling penting untuk manusia dalam memahami perbedaan-perbedaan tersebut, darinya  seseorang bisa mengenal satu sama lain, dan bahkan mengetahui jenis lain dari ciptaan yang sudah ada. Kesadaran hati yang ditopangi oleh akal dan pemikiran mestinya membantu mereka dalam memahami maksud dari perbedaan itu, serta menghilangkan arogansi pemikiran subjektif  yang menganggap ciptaan lain tidak ada gunanya. Kecenderungan manusia terhadap sikap yang seperti ini dapat menimbulkan berbagai masalah yang teramat sulit diatasi.

            Tidak hanya terhadap jenis ciptaan lain, terhadap sesama manusia kadang terjadi fenomena kekanak-kanakan tingkah dan sikap. Kecenderungan terhadap ego menyebabkan arogansi berlebihan dan berkelanjutan. Hal ini semestinya dapat diatasi melalui akal yang dianugrahkan tuhan sebagai pembeda dari jenis ciptaan yang lainnya. Namun sangat disayangkan jika faktanya terbalik, kesalahan dalam menggunakan fungsi akal sering terjadi, perselisihan sana-sini, pertikaian, dan kecamuk pendapat yang merugikan, terhambur tidak jelas tempatnya.

            Perbedaan adalah keniscayaan bagi manusia. Namun tidak seharusnya perbedaan ini dijadikan alasan untuk berpecah belah. Al-quran menegaskan dalam surah al-Hujarat ayat 13:

يأيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا، إن أكرمكم عند الله أتقاكم، إن الله عليم خبير.

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakankamudariseoranglaki-laki dan seorangperempuan dan menjadikankamuberbangsa-bangsa dan bersuku-sukusupayakamusalingkenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling muliadiantarakamudisisi Allah ialah orang yang paling takwadiantarakamu. Sesungguhnya Allah MahaMengetahuilagiMahaMengenal"
Perbedaan yang Allah ciptakan pada manusia, baik itu berupa jenis, suku, bahasa dan bahkan pendapat (madzhab) seharusnya dimanfaatkan dengan baik sebagai sarana untuk saling mengenal dan memahami satu dengan yang lainnya, bukan sebaliknya, karena dikhawatirkan jika perbedaan ini dijadikan ajang pertikaian pendapat, dan pembenaran kelompok tertentu, akan terjadi perpecahan yang semakin meluas.
 Rasulullah SAW. bersabda:
عن معاوية بن أبي سفيان، وعبد الله بن عمر رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((افترقت اليهود على إحدى وسبعين فرقة، وافترقت النصارى على ثنتين وسبعين فرقة، وستفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة، كلها في النار الا واحدة، قالوا : من هي يا رسول الله ؟ قال : من كان مثل ما أنا عليه اليوم وأصحابي)).
“dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan Ra. dan ‘Abdillah bin ‘Umar Ra. Sesungguhnya nabi bersabda: (orang yahudi terpecah belah menjadi 71 golongan, dan orang Nashrani terpecah menjadi 72 golongan, sedangkan umatku (umat islam) akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu golongan saja). Kemudian para sahabat bertanya: wahai rasulullah, siapakah yang satu golongan itu, kemudian Rasulullah menjawa: siapa saja yang seperti saya  (mengikuti sunnahku) dan para sahabat-sahabat saya.”
Salah satu penyebab perpecahan umat yang kita jumpai akhir-akhir ini adalah perpedaan pendapat dalam semua ranah, baik dalam ranah politik, sosial dan yang paling miris dalam ranah akidah. Sangat disayangkan jika ini semua terjadi pada umat islam, karena dikhawtirkan perbedaan yang menyebabkan perpecahan akan menyebabkan semakin rapuhnya hubungan sosial antar sesama muslim, dan jika ini terjadi, mereka yang tidak menyukai islam akan dengan mudah mengadu domba mereka (Islam).
Lantas bagaimana meyikapi perbedaan yang merupakan keniscayaan ini?
Salah satu yang membedakan manusia dengan yang lainnya adalah akal yang diidentikan dengan ilmu pengetahuan, semakin tinggi ilmu seseorang seharusnya semakin berhati-hati pula dalam menentukan sikap dan pendapat. Dalam hal ini akal dan ilmu menjadi sangat penting bagi seseorang dalam menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada. Akal dan ilmu membantu seseorang dalam mebedakan yang baik dari yang tidak baik. Oleh karena itu hal pertama yang harus diperbaiki adalah akal dan ilmu dengan cara belajar dan terus belajar.
Seseorang yang sudah mampu menfungsikan akalnya dengan baik sesuai ilmu pengetahuan yang baik pula, akan lahir dalam dirinya sifat bijak dalam menentukan sikap dan pendapat. Pernah terjadi suatu percakapan antara pengikut madzhab Imam Malik dan penganut madzhab Imam Syafi’i, tatkala pengikut madzhab Imam Malik mendengar seseorang dari pengikut madzhab Syafi’i mengatakan: barang siapa yang menginginkan madzhab yang bagus dan indah, maka hendaklah mengikuti madzhab Ibn Idris. Dia lantas menjawab: bagaimana tidak bagus, gurunya adalah Imam Malik”
Inia dalah salah satu sifat teladan yang dihasilkan oleh ilmu yang dicerna dengan baik oleh akal. Selain itu menghilangkan kefanatikan terhadap satu pendapat juga penting dalam mengantisipasi akan terjadinya perpecahan umat, Imam Syafi’I pernah mengatakan :
“Pendapatku benar, tapi kemungkinan salah. Sedangkan pendapat orang lain salah, tapi kemungkinan benar.”
Begitu pula Imam Malik, ketika baru saja meyelesaikan kitab Muwattha’, Khalifah Makmun dari Bani Abbasiyah meminta agar kitab itu dijadikan rujukan hukum. Namun Imam Malik menolak serta berkata:“wahai Amirul Mu’minin, biarkanlah umat memilih pandangan yang sesuai dengan diri mereka sendiri.”
Begitu juga Imam Abu Hanifah pernah berkata:“Ucapan kami ini hanyalah pendapat. Inilah yang terbaik yang dapat kami capai. Jika ada orang yang datang dengan pendapat yang lebih baik dari pada kami, ia adalah yang paling dekat dengan kebenaran ketimbang kami.”
Begitulah orang berilmu menyikapi segelumit masalah perbedaan pendapat, mereka tidak serta merta menganggap pendapatnya saja yang paling benar. Mengedepankan perilaku bijak adalah hal yang paling utama agar perbedaan ini tidak berdampak pada perpecahan umat yang tidak diinginkan.
Allahu A’lam
Oleh: Moh. Sholeh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates