Hal paling mendasar yang harus diakui adalah,
tuhan tidak menciptakan dunia hanya untuk satu ciptaannya saja, tapi beraneka
ragam makhluk ciptaan-Nya, seperti: manusia, hewan, tumbuhan dan bahkan benda
mati yang gampang dijumpai adalah bukti bahwa itu semua ada untuk ditadabburi
oleh akal dan dicari hikmah dari perbedaan jenis itu. Dari masing-masing jenis
juga memiliki perbedaan, seperti contoh: manusia, jenis ini memiliki perbedaan
antara satu dengan yang lainnya, baik dari bahasa, adat, warna kulit dan lain
sebagainnya.
Akal
dan pemikiran adalah instrumen paling penting untuk manusia dalam memahami
perbedaan-perbedaan tersebut, darinya
seseorang bisa mengenal satu sama lain, dan bahkan mengetahui jenis lain
dari ciptaan yang sudah ada. Kesadaran hati yang ditopangi oleh akal dan
pemikiran mestinya membantu mereka dalam memahami maksud dari perbedaan itu,
serta menghilangkan arogansi pemikiran subjektif yang menganggap ciptaan lain tidak ada gunanya.
Kecenderungan manusia terhadap sikap yang seperti ini dapat menimbulkan
berbagai masalah yang teramat sulit diatasi.
Tidak
hanya terhadap jenis ciptaan lain, terhadap sesama manusia kadang terjadi
fenomena kekanak-kanakan tingkah dan sikap. Kecenderungan terhadap ego menyebabkan
arogansi berlebihan dan berkelanjutan. Hal ini semestinya dapat diatasi melalui
akal yang dianugrahkan tuhan sebagai pembeda dari jenis ciptaan yang lainnya. Namun
sangat disayangkan jika faktanya terbalik, kesalahan dalam menggunakan fungsi
akal sering terjadi, perselisihan sana-sini, pertikaian, dan kecamuk pendapat
yang merugikan, terhambur tidak jelas tempatnya.
Perbedaan
adalah keniscayaan bagi manusia. Namun tidak seharusnya perbedaan ini dijadikan
alasan untuk berpecah belah. Al-quran menegaskan dalam surah al-Hujarat ayat
13:
يأيها الناس إنا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا
وقبائل لتعارفوا، إن أكرمكم عند الله أتقاكم، إن الله عليم خبير.
"Hai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakankamudariseoranglaki-laki dan
seorangperempuan dan menjadikankamuberbangsa-bangsa dan
bersuku-sukusupayakamusalingkenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling
muliadiantarakamudisisi Allah ialah orang yang paling takwadiantarakamu.
Sesungguhnya Allah MahaMengetahuilagiMahaMengenal"
Perbedaan yang Allah ciptakan
pada manusia, baik itu berupa jenis, suku, bahasa dan bahkan pendapat (madzhab) seharusnya dimanfaatkan dengan baik sebagai sarana untuk saling mengenal dan memahami satu dengan yang lainnya, bukan sebaliknya, karena dikhawatirkan jika perbedaan
ini dijadikan ajang pertikaian pendapat, dan pembenaran kelompok tertentu, akan
terjadi perpecahan yang semakin meluas.
Rasulullah SAW. bersabda:
عن معاوية بن أبي سفيان، وعبد الله بن عمر
رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ((افترقت اليهود على إحدى وسبعين
فرقة، وافترقت النصارى على ثنتين وسبعين فرقة، وستفترق أمتي على ثلاث وسبعين فرقة،
كلها في النار الا واحدة، قالوا : من هي يا رسول الله ؟ قال : من كان مثل ما أنا
عليه اليوم وأصحابي)).
“dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan Ra.
dan ‘Abdillah bin ‘Umar Ra. Sesungguhnya nabi bersabda: (orang yahudi terpecah
belah menjadi 71 golongan, dan orang Nashrani terpecah menjadi 72 golongan,
sedangkan umatku (umat islam) akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya akan
masuk neraka kecuali satu golongan saja). Kemudian para sahabat bertanya: wahai
rasulullah, siapakah yang satu golongan itu, kemudian Rasulullah menjawa: siapa
saja yang seperti saya (mengikuti
sunnahku) dan para sahabat-sahabat saya.”
Salah satu
penyebab perpecahan umat yang kita jumpai akhir-akhir ini adalah perpedaan
pendapat dalam semua ranah, baik dalam ranah politik, sosial dan yang paling
miris dalam ranah akidah. Sangat disayangkan jika ini semua terjadi pada umat
islam, karena dikhawtirkan perbedaan yang menyebabkan perpecahan akan
menyebabkan semakin rapuhnya hubungan sosial antar sesama muslim, dan jika ini
terjadi, mereka yang tidak menyukai islam akan dengan mudah mengadu domba
mereka (Islam).
Lantas
bagaimana meyikapi perbedaan yang merupakan keniscayaan ini?
Salah satu
yang membedakan manusia dengan yang lainnya adalah akal yang diidentikan dengan
ilmu pengetahuan, semakin tinggi ilmu seseorang seharusnya semakin berhati-hati
pula dalam menentukan sikap dan pendapat. Dalam hal ini akal dan ilmu menjadi
sangat penting bagi seseorang dalam menyikapi perbedaan-perbedaan yang ada.
Akal dan ilmu membantu seseorang dalam mebedakan yang baik dari yang tidak baik.
Oleh karena itu hal pertama yang harus diperbaiki adalah akal dan ilmu dengan
cara belajar dan terus belajar.
Seseorang
yang sudah mampu menfungsikan akalnya dengan baik sesuai ilmu pengetahuan yang
baik pula, akan lahir dalam dirinya sifat bijak dalam menentukan sikap dan
pendapat. Pernah terjadi suatu percakapan antara pengikut madzhab Imam Malik
dan penganut madzhab Imam Syafi’i, tatkala pengikut madzhab Imam Malik
mendengar seseorang dari pengikut madzhab Syafi’i mengatakan: barang siapa
yang menginginkan madzhab yang bagus dan indah, maka hendaklah mengikuti
madzhab Ibn Idris. Dia lantas menjawab: bagaimana tidak bagus, gurunya
adalah Imam Malik”
Inia dalah
salah satu sifat teladan yang dihasilkan oleh ilmu yang dicerna dengan baik
oleh akal. Selain itu menghilangkan kefanatikan terhadap satu pendapat juga
penting dalam mengantisipasi akan terjadinya perpecahan umat, Imam Syafi’I pernah
mengatakan :
“Pendapatku benar, tapi kemungkinan
salah. Sedangkan pendapat orang lain salah, tapi kemungkinan benar.”
Begitu pula
Imam Malik, ketika baru saja meyelesaikan kitab Muwattha’, Khalifah Makmun
dari Bani Abbasiyah meminta agar kitab itu dijadikan rujukan hukum. Namun Imam
Malik menolak serta berkata:“wahai Amirul Mu’minin, biarkanlah umat memilih pandangan
yang sesuai dengan diri mereka sendiri.”
Begitu juga Imam Abu
Hanifah pernah berkata:“Ucapan kami ini hanyalah pendapat. Inilah
yang terbaik yang dapat kami capai. Jika ada orang yang datang dengan pendapat
yang lebih baik dari pada kami, ia adalah yang paling dekat dengan kebenaran ketimbang
kami.”
Begitulah
orang berilmu menyikapi segelumit masalah perbedaan pendapat, mereka tidak serta
merta menganggap pendapatnya saja yang paling benar. Mengedepankan perilaku bijak
adalah hal yang paling utama agar perbedaan ini tidak berdampak pada perpecahan
umat yang tidak diinginkan.
Allahu A’lam
Oleh:
Moh. Sholeh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar