Maret 02, 2020

Sisi Lain dari Kemukjizatan Al-Qur'an

Tidak jarang kita dengar istilah mukjizat, namun sejauh mana kemampuan kita memahami istilah tersebut. Bahkan untuk merasionalkan pun sukar sekali karena memang kejadiannya di luar nalar. Satu-satunya mukjizat terbesar yang masih utuh keasliannya sampai saat ini adalah al-Qur'an. Disebut mukjizat terbesar karena al-Qur'an sebagai petunjuk bagi umat manusia. Salah satu bukti lain bahwa al-Qur'an merupakan mukjizat terbesar adalah Allah yang menurunkan al-Qur'an maka Allah yang menjaganya dari segala bentuk perubahan.


Al-Qur'an diturunkan sesuai dengan peristiwa yang terjadi pada masa Nabi atau ada pertanyaan yang sekiranya butuh jawaban, maka turunlah ayat al-Qur'an untuk menjawab persoalan-persoalan tersebut. Turunnya wahyu secara berangsur-angsur serta penataan ayat dan surah dalam al-Qur'an yang tidak sesuai pasca awal turunnya bisa kita cari hikmah di balik penataan serta peletakan ayat-ayat dalam al-Qur'an. Apakah ada kesinambungan antar ayat sebelum dan sesudahnya atau antar surah sebelum dan sesudahnya. Hal ini disebut dengan ilmu Munāsabat Baina Suar wal Āyāt.

Ilmu Munasabat sendiri jarang disinggung oleh para mufassir karena saking detailnya ilmu tersebut, bagaimana mungkin al-Qur’an merupakan kalam ilahi,sudah barang tentu semua hal yang tercakup dan berhubungan dengan al-Quran ditetapkan oleh Allah SWT. Dari ketetapan itu pula para mufassir mencoba memahi dan membahas al-Quran dari berbagai aspek, sehingga tidak pernah berakhir untuk dibahas, sebagaimana ungkapan Syekh Abdullah Darraz: “Al-Qur’an itu bagaikan intan berlian, dipandang dari sudut manapun tetap memancarkan cahaya.” 

Sebelum lebih lanjut mengenal munasabat, alangkah baiknya jika kita mengetahui makna munasabat itu sendiri.
Munasabat secara etimologi berarti Musyākalah (keserupaan) dan Muqarabah (kedekatan). Secara terminologi Munasabat berarti korelasi antara ayat dan ayat atau surah dan surah—sebelum dan sesudahnya, karena adanya keserupaan atau kedekatan lafadz atau makna.

Di antara hikmah mengetahui ilmu munasabat adalah memahami makna al-Qur'an dan mempermudah untuk menafsirkan ayat sesuai dengan temanya. Ada banyak macam-macam musabat dalam al-Qur'an. Namun, saya cukupkan menyebutkan satu contoh. Saya pikir sangat menarik untuk dikemukakan, yaitu: munasabat antar awal surat dengan akhir surat yang sama.

Zamakhsyari berkata: "Allah Swt. mengawali surah al-Mukminun dengan ayat: قد أفلح المؤمنون dan mengakhiri dengan ayat: إنه لا يفلح الكافرون. Dalam surah Nun Allah Swt. memulai dengan ayat: ما أنت بنعمتك ربك بمجنون dan mengakhiri dengan ayat: إنه لمجنون. 

Dan juga pembandingan antar surah al-Kautsar dengan surah sebelumnya (al-Ma'un). Allah Swt. menyifati munafik dalam surah al-Ma’un dengan empat perkara, yaitu: al-Bukhl (kikir), Tarku as-Sālah (meninggalkan shalat), Riyā' (beramal karena orang lain) dan Man'u az-Zakāh (tidak bayar zakat). Allah bandingkan sifat kikir dengan ayat: إنا أعطيناك الكوثر. Orang yang meninggalkan salat dibandingkan dengan ayat: فصل. Sifat riya' dibandingkan dengan ayat: لربك. Dan orang yang tidak bayar zakat dibandingkan dengan ayat: وانحر dengan bersedekah daging kurban.

Dari contoh munasabat tersebut menunjukkan bahwa Al-Qur'an merupakan mukjizat terbesar dengan penataan ayat serta surahnya. Bukan sebatas asal meletakkan, melainkan atas perintah Allah Swt.  kepada nabi Muhammad Saw. Hal ini sesuai dengan riwayat Ustman bin Affan. Suatu hari turun sejumlah ayat kepada Rasulullah. Kemudian ia memanggil sekretarisnya dan berkata: "Letakkan ayat ini bersama dengan ayat itu, dan surah ini bersama surah itu." 

Artinya, peletakan atau penataan ayat-per-ayat dan surah-per-surah murni Tauqifi dari Allah Swt. Tidak ada campur tangan makhluknya. Rahasia keserasian antar ayat dan surah hanya diketahui bagi orang-orang yang belajar dan mendalami ilmu-ilmu al-Quran.

Tabik,

Dhaifil Ihsan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @soratemplates